Thursday, November 13, 2014

Aktivitas Fisik dan Ekonomi

Oleh:
Nanda Sulistiyo, S.Pd.
FIK UNY

BAB I
PENDAHULUAN

Aktivitas olahraga dewasa ini sudah merupakan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Secara tidak disadari melakukan olahraga dapat mempengaruhi jantung, paru-paru, pembuluh darah, otot, tulang, dan psikologis. Selain itu olahraga juga digunakan sebagai pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Pada umumnya orang melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Olahraga merupakan kebutuhan setiap orang, tidak hanya bagi yang masih muda saja, tetapi bagi yang lanjut usia (lansia), olahraga juga msih diperlukan. Dengan berolahraga kebugaran akan terjaga, tetap sehat, dan segar, sehingga dapat menikmati kebahagiaan.
Kondisi tersebut di atas memberikan peluang bisnis yang sangat menarik dan menjanjikan untuk peningkatan ekonomi. Hal ini melihat kondisi perekonomian kita dewasa ini yang tidak menentu dan sulit diprediksi. Melihat realita perekonomian tersebut, seseorang akan menentukan jenis usaha apapun akan menemukan banyak kendala karena barang-barang dagangan sering mengalami perubahan harga yang tidak rasional. Dari fenomena tersebut membuka peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan bisnis di bidang olahraga.
Olahraga akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Seperti yang kita tahu pada saat ini olahraga sekarang menjadi olahraga ekonomi. Terbukti saat ini di klub-klub sepakbola di Inggris. DI sana banyak investor-investor yang menginvestasikan uangnya dengan membeli klub dengan harapan keuntungan dan popularitas. Tetapi, banyak orang juga masih menganggap olahraga itu mahal dan memerlukan uang yang banyak.
Hingga saat ini di lingkungan sekitar kita tampaknya masih banyak opini yang menyebutkan bahwa olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Hal ini dibuktikan ketika seoseorang yang menjadi atlet akan sangat banyak mengeluarkan uang untuk membeli peralatan ataupun membuat fasilitas untuk latihan. Sebagai contoh ketika seorang atlet bulutangkis dari awal mereka mengeluarkan uang untuk membeli sepatu, raket, kok, dan bahkan untuk membayar kepada klub dimana mereka latihan. Tentu saja itu menjadi sangat mahal bagi masyarakat pedesaaan yang notabene bermata pencaharian sebagai buruh. Apalagi olahraga seperti golf yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang yang memiliki uang lebih. Sah-sah saja ketika banyak orang yang mengatakan olahraga memang mahal.
Di Indonesia sendiri baru sedikit warga yang menyadari dari olahraga sebagai kebutuhan. Kesadaran ini belum merata di semua lapisan masayarakat. Penyebabnya bukan ketidaktahuan akan manfaat olahraga, namun karena kebiasaan dan gaya hidup serta perbedaan cara pandang tentang olahraga. Pergeseran orientasi terhadap jenis dan nilai olahraga terjadi akibat perubahan dalam gaya hidup.
Pertama, gaya hidup yang berorientasi mengejar kesenangan dan kenyamanan fisik berpengaruh nyata terhadap perubahan kultur gerak. Banyaknya pekerja kantoran menghindari naik turun tangga. Mereka lebih suka menggunakan lift. Pada usia dini kenyamanan ini secara tidak sadar sudah ditanamkan. Alih-alih berjalan kaki. Anak-anak ke sekolah dengan menggunakan kendaraan antar jemput.
Kedua, pergeseran gaya hidup juga mempengaruhi masayarakat dalam memandang olahraga. Berolahraga kini tidak selalu dikaitkan dengan kompetisi dan prestasi, tetapi juga karena tujuan lain, terutama gaya hidup. Itulah sebabnya klub-klub senam kebugaran, pengobatan, dan kemolekan tubuh marak dimana-mana dan lebih popular dibandingkan senam ritmik dan cabang olahraga prestatif lainnya. Ketiga, pilihan jenis dan tujuan olahraga bergeser. Orientasi olahraga yang langsung atau tidak langsung bersifat ekonomi tumbuh semakin tajam. Orientasi ekonomi langsung terlihat pada perkawinan antara olahraga dengan ekonomi. Olahraga kini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, bahkan dalam dua decade terakhir ekonomi olahraga tumbuh dengan eskalasi makin besar. Kontribusi olahraga bagi pertumbuhan ekonomi tampak dalam mengembangkan industri olahraga.
Di Negara maju industry olahraga sudah terindustrialisasi secara masif. Perubahan struktur ini juga diikuti dengan penambahan nilai-nilai profesionalisme secara ketat. Semakin besar nilai, kontrak, msalnya semakin berat beban profesionalisme sang atlet.
Ternyata, industrialisasi olah raga juga mengalami globalisasi. Seperti juga di bidang lain di luar olah raga, globalisasi industri olahraga membuat bangsa kita tergagap. Kita tidak siap bersaing dan hanya menerima luberan pengaruh kultur olahraga pada skala global. Nilai profesionalisme pun mulai ditanamkan di kalangan atlet nasional, meski tidak utuh seperti yang berlaku pada masyarakat yang industri olahraganya sudah maju. Namun gejala umum berlaku dalam dunia olah raga kita adalah bahwa ternyata perubahan stuktur (seperti aturan transfer) tidak selalu diikuti kultur profesional. Itulah sebabnya, tawuran kerap terjadi pada ajang yang mengusung bendera profesionalisme. Pengaruh olah raga terhadap ekonomi juga bisa bersifat tidak langsung. Olah raga telah mengurangi beban pengeluaran masyarakat dalam aspek kesehatan. Derajat kebugaran jasmani dan kesehatan yang baik akan menurunkan biaya perawatan kesehatan, dan malah meningkatkan produktivitas kerja.
Dalam konteks pembangunan, pembinaan olahraga diharapkan memberikan daya ungkit (leverage) bagi pencapaian target pembangunan masyarakat. Meski tidak langsung, daya ungkit olahraga bagi pencapaian akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mendukung diyakini akan signifikan. Pencapaian visi dan misi pemerintah membutuhkan dukungan semua pihak.  Pada sisi ini, derajat kesehatan aparatur dan masyarakat yang baik secara tidak langsung akan berdampak terhadap peningkatan kinerja dan kualitas penyelesaian tugas. Bagaimanapun peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia, pengembangan struktur perekonomian regional yang tangguh, dan pemantapan kinerja pemerintah membutuhkan dukungan aparatur yang sehat. Demikian pula dengan peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama dan budaya daerah membutuhkan dukungan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi, gerak tubuh yang dihasilkan ditujuan untuk memelihara kesehatan fisik, mental dan kualitas hidup sehat. Aktif secara fisik adalah elemen penting dalam mempertahankan hidup yang lebih lama, sehat dan lebih bahagia, karena hal ini dapat membantu mengurangi stres dan dapat memberikan perasaan nyaman secara keseluruhan. Aktivitas fisik menurut Atep Afi Hidayat (2011) adalah bergerak dinamis, berolahraga yang teratur. Menurut Wira (2011) aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI: 2006).
Ketidakaktifan fisik biasanya menyangkut pula dengan kebiasaan makan makanan yang tidak sehat, hal ini berhubungan dengan berkembangnya suatu penyakit di dalam masyarakat, seperti kardiovaskuler, kanker, kegemukan, diabetes dan oesteoporosis.
Melakukan aktifitas fisik secara teratur  adalah hal yang paling penting sehingga dapat membantu seseorang menjaga kesehatan dengan baik. Berikut  adalah beberapa manfaat dari melakukan aktifitas secara teratur, yaitu:
1.   Membantu orang mengendalikan berat badan.
2.   Membantu mengurangi resiko penyakit jantung.
3.   Membantu mengurangi resiko diabetes.
4.   Membantu menguatkan tulang.
5.   Membantu meningkatkan kesehatan mental.

B.    Ekonomi dalam Olahraga
ekonomi tidak seperti ilmu lainnya yang kita temui di perguruan tinggi. Ilmu ekonomi bukan merupakan seperangkat fakta, menghafal atau mengingat. Sebaliknya, Ilmu Ekonomi adalah cara untuk menafsirkan kejadian sehari-hari. Memang sedikit mengherankan bahwa orang menemukan departemen ekonomi di kedua perguruan tinggi seni liberal dan perguruan tinggi bisnis.
Ekonomi kata berasal dari kata Yunani, yaitu oikonomikos, yang secara harfiah berarti manajemen rumah tangga. sementara tampaknya jauh dari menjalankan rumah tangga untuk menjalankan sebuah perusahaan multinasional.  ekonom menunjukkan bahwa keberhasilan pengelolaan dari keduanya bermuara dari menempatkan sumber daya di tangan untuk menggunakan ilmu ekonomi secara baik. Mereka mungkin juga telah mendirikan prinsip-prinsip dasar perilaku yang menjadi ciri bagaimana orang memutuskan apa yang harus dilakukan. Prinsip-prinsip ini berlaku apakah seseorang adalah seorang pialang saham di dinding jalan, seorang montir mobil, atau pedagang. Semuanya berbeda tergantung dari mereka mengaplikasikan ilmu ekonomi ke dalam pekerjaan mereka.
Bab ini akan memperkenalkan prinsip-prinsip dasar beberapa perilaku ekonomi dan menunjukkan bagaimana mereka berlaku untuk dunia olahraga. Beberapa variasi berikut ini akan menjadi inti dari siapa pun daftar prinsip-prinsip ekonomi.
1.     Semua tindakan melibatkan biaya dan manfaat bagi dirinya sendiri
2.     Keputusan biasanya dibuat pada margin
3.     Pasar bebas berfungsi sebagai cara terbaik untuk mengalokasikan sumberdaya. Orang harus mengkhususkan perdagangan dengan satu sama lain sesuai dengan keunggulan komparatif mereka.
4.     dalam kondisi tertentu pasar gagal, dan pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.

C.    Hubungan Olahraga dengan Ekonomi
Olahraga merupakan perusahaan besar dan merupakan industry berjuta-juta dolar. Televisi sendiri mengontrak atlet-atlet professional maupun  amatir berjuta-juta dolar setiap tahun dan memberikan sumber hidup bagi mereka. Harga pemasangan iklan pada peristiwa-peristiwa olahraga yang besar melebihi seperempat juta dolar setiap menit. Hal ini diperkirakan juga bahwa perjudian orang-orang Amerika Serikat antara lima belas juta dolar dan lima belas juta dolar setiap tahun di berbagai event olahraga. Sebagian orang menghabiskan sejumlah besar uang untuk pakaian olahraga dan peralatan, aktivitas, instruksi, keanggotaan di klub atletik, dan perjudian di acara penyortiran. Merupakan industri terbesar dan meningkatkan pengahasilan  hingga $63.1 Milyar di Amerika Serikat. Rata-rata gaji $200,000 sampai $800,000  per tahun untuk atlet professional dan lebih dari $1 juta pertahun untuk superstar di Amerika Serikat.
Tidak dipungkiri bahwa untuk melakukan pembinaan olahraga membutuhkan dana yang tidak sedikit adalah fakta. Ketika suatu negara atau daerah menyelenggarakan sebuah event olahraga, mungkin sekali banyak dana yang digunakan untuk membiayainya. Tetapi sangat boleh jadi kegiatan olahraga juga mampu mendorong tumbuhnya ekonomi, dan bahkan mendatangkan keuntungan langsung seperti Olympiade Los Angeles 1984, yang nyata-nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar.
Olympiade Los Angeles merupakan olympiade pertama yang menerapkan pendekatan logika ekonomi melalui sport business. Pernyataan tersebut memberikan bukti bahwa olahraga apabila dikelola secara profesional dapat mendatangkan keuntungan ekonomi disamping nonekonomi. Itulah sebabnya mengapa banyak negara yang berebut untuk menjadi tuan rumah suatu event olahraga seperti Asian Games, Olympic Games, Piala Dunia ( sepakbola) dan Piala Eropa.
Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Lihat bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris, Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi, terutama dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan dirinya di papan atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dari angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-negara maju juga lebih unggul.
Akan tetapi, bukan berarti prestasi tinggi hanya terjadi pada negara-negara yang secara ekonomi lebih maju. Brasil secara ekonomi barangkali jauh di bawah negara-negara maju seperti Perancis, Jerman, dan Italia. Ditinjau dari GDP per kapita, Brasil hanya US$ 7,037, sementara ketiga negara tersebut masing-masing adalah US$ 22,897, US$ 23,742, dan US$ 22,172. Sebuah perbedaan yang sangat signifikan, karena lebih dari tiga kali lipat. Akan tetapi, Brasil memiliki tradisi prestasi sepakbola yang lebih tinggi dibandingkan ketiga negara tersebut.
Untuk membangun olahraga tidak harus menunggu negara kita maju atau secara ekonomi sejajar dengan negara-negara maju. Justru yang perlu di dorong adalah bagaimana olahraga dijadikan sebagai salah satu instrumen untuk membangun ekonomi.
Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa tingginya partisipasi masyarakat dalam olahraga, ternyata tidak hanya mengurangi anggaran kesehatan yang dikeluarkan pemerintah, tetapi pada sisi yang lain juga meningkatkan produktivitas. Peningkatan partisipasi dalam olahraga hingga 25 % (angka semula 33% dari penduduk yangs ecara reguler melakukan olahraga) dapat mengurangi biaya kesehatan sekitar $ 778 juta dolar atau sekitar 6,6 trilyun rupia. Selain itu juga menstimulasi produktivitas 1-3 % , dari setiap 2-5 $ dolar yang diinvestasikan. Sementara anggaran yang digunakan untuk menstimulasi kegiatan olahraga tersebut hanya $ 191 juta dolar atau sekitar 1,6 trilyun rupiah (B.Kidd,World Summit on Physical Education,1999).
Studi di Austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat menghasilkan pendapatan nasional sebesar AUD $4,8 milyar pertahun, AUD $ 4 milyar dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang AUD$ 1,2 milyar terhadap GOP (Pereira,2004).
Fakta lain juga menunjukkan bahwa olahraga memiliki kontribusi yang signifikan pada upaya mengurangi pengangguran. Data di Inggris menyebutkan bahwa kegiatan olahraga menyediakan lebih banyak lapangan kerja dibanding industri mobil, pertanian, nelayan, dan industri makanan.

D.    Nilai Ekonomi Dalam Olahraga
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang melawan maka akan dibunuh. Zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk sekaligus pengguna produk.
            Organisasi olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era industrialisasi. Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa organisasi olahraga modern saat ini melalui pengamatannya sejak zaman romawi memiliki tujuh karakter, yaitu:
Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat religious atau keagamaan.
Olahraga bisa merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab tidak ada lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat.
Spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, jika ingin berkarir di olahraga, seorang atlet harus memilih satu cabang olahraga yang menjadi focus pilihannya.
Terjadinya rasionalisasi. Dengan makin kompleknya cabang olahraga dibutuhkan seperangkat aturan agar organisasi olahraga dan pertandingan berjalan dengan baik.
Berkaitan dengan birokratisasi. Organisasi olahraga tidak lagi berdiri sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain, dari tingkat perkumpulan sampai dengan tingkat dunia.
Dengan semakin majunya teknologi informasi, setiap cabang olahraga modern mencoba melakukan kuantifikasi terhadap jalannya pertandingan. Dan menjadi daya tarik unik olahraga yang membedakan dari peristiwa kesenian atau budaya lainnya.
Menyangkut pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih tinggi, dan lebih baik sangat didambakan seorang atlet.
Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan semata aktivitas fisik. Olahraga memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya lagi, olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan sosial. Setelah era industri dan memasuki era informasi, kala peran media menjadi sangat besar, keterkaitan olahraga dengan dunia bisnis makin tidak terlepaskan. Olahraga dijadikan bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga membawa atlet memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan kesejahteraan hidup lebih baik.
Perubahan cara pandang itu ditanggapi positif oleh Pemerintah Korea Selatan. Di saat mengalami krisis ekonomi 1998, pembangunan infrastruktur olahraga bukan saja dilanjutkan, melainkan dimanfaatkan untuk meningkatkan citra bangsa dan pembangunan ekonomi. Korea Selatan pun berani menjadi tuan rumah Piala Dunia Sepak Bola dan Pesta Olahraga Asian Games di tahun yang sama pada tahun 2002. Yang jauh lebih menarik adalah keterlibatan korporat seperti Samsung dan Hyundai yang memanfaatkan olahraga sebagai sarana strategis untuk meningkatkan citra perusahaan. Bahkan, pemerintah memberikan insentif yang dikaitkan dengan pajak kepada perusahaan Korea yang aktif berpartisipasi.
Berbeda dengan Korea Selatan, cara pandang seperti itu tidak dimiliki para elite politik serta elite ekonomi di Indonesia. Perubahan peta politik di Indonesia berdampak besar terhadap dunia olahraga. Pada era Orde Baru banyak pejabat pemerintah dan militer jadi orang nomor satu di cabang olahraga, sejak era reformasi jabatan tersebut ditinggalkan. Bahkan, Kapolri Jenderal Da'i Bachtiar secara tegas memerintahkan anak buahnya segera menanggalkan seluruh jabatan di olahraga agar lebih berkonsentrasi pada tugas-tugas utamanya. Da'i sendiri kemudian mundur dari jabatan Ketua Umum Lemkari. Itu diikuti Hatta Radjasa, Menteri Negara Riset dan Teknologi, yang mundur sebagai Ketua Umum Gabsi, ketika kepengurusannya baru seumur jagung. Di tingkat pemerintahan, jabatan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dihapus Presiden Abdurrahman Wahid.
Olahraga sendiri dianggap milik masyarakat, karena itu pengelolaannya dikembalikan kepada masyarakat. Instansi pemerintah yang menangani olahraga berada pada tingkat direktur jenderal, di bawah Menteri Pendidikan. Menurutnya dukungan pemerintah itu membawa keguncangan besar di masyarakat olahraga. Institusi olahraga di Indonesia ternyata belum siap membangun dirinya sendiri. Bahkan, mencari pemimpin yang paham peran olahraga seutuhnya makin sulit. Apalagi memperoleh akses untuk dana pembinaan agar mampu menggerakkan olahraga dari tingkat komunitas, perkumpulan, sampai pemusatan latihan nasional.
Dalam kondisi ini memang kalangan pengusaha makin banyak menempati jabatan puncak di olahraga. Akan tetapi, minimnya pemahaman mereka terhadap karakteristik internal organisasi olahraga telah mengakibatkan roda organisasi berjalan lambat. Bahkan, perselisihan internal makin sering meletup,dan ditambah dengan pemberiaan bonus kepada atlet yanag mendapatkan mendali di kejuaraan tertentu. Untuk mendapatkan bonus itu, para atlet harus memberikan pengorbanan, baik di saat latihan maupun bertanding. Kondisinya sangat bertolak belakang dengan wakil rakyat, yang bisa memperoleh bonus hanya melalui lobi dari hotel ke hotel. Itulah potret bangsa Indonesia saat ini.

E.    Manfaat Event Olahraga pada Perekonomian
Event besar olahraga dapat memberikan berkah bagi masyarakat. Seperti event olahraga terbesar di Indonesia yaitu PON, dengan adanya PON masyarakat dapat mengais keuntungan dari even tersebut. Hal ini terbukti pada PON XVII di Kaltim. Kesuksesan PON XVII Kaltim dapat diukur melalui tri sukses secara stimulant, yang meliputi sukses prestasi, sukses penyelenggaraan, dan sukses pemberdayaan ekonomi rakyat. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari penyelenggaraan PON dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang yang meliputi:
1.     Sektor pariwisata
Sektor pariwisata sangat laris dikunjungi oleh atlet yang memanfaatkan waktu senggang bertanding ataupun setelah selesai pertandingan. Sebagai contoh Kebun Raya Unmul Samarinda per minggu meraup untung Rp. 20.000,- Keuntungan tersebut diperoleh dari sejumlah 4.000 sampai 5.000 orang yang berkunjung setiap minggunya selama pelaksanaan PON XVII Kaltim. Omset parker pengunjung juga meningkat. Komposisi pengunjung meliputi warga local yang memanfaatkan masa liburan sekolah ditambah para atlet, pelatih, dan official dari Provinsi Kalimantan Timur, penyelenggaraan PON memiliki dampak jangka panjang terkait dengan efektivitas promosi pariwisata dan potensi ekonomi daerah di Kalimantan Timur melalui keberhasilan expo di stadion sempaja; nilai transaksi melalui expo mencapai 2,5 miliar rupiah selama sepekan.
2.     Sektor Perhotelan/Penginapan
Tingkat hunian hotel 100%, sejumlah 120 hotel yang ada di Samarinda Kaltim dan Tenggarong bahkan tidak cukup menampung para atlet dan official kontingen PON. Harga sewa kamar hotel per hari berkisar Rp. 300.000,- hingga Rp. 800.000,- hotel berkelas bahkan memasang tariff di atas Rp. 1.000.000,-. Hotel atlet yang menyediakan 245 kamar atlet dan 28 kamar untuk pelatih juga full booking. Asrama atlet I dan II yang total berjumlah 192 kamar juga penuh atlet dari berbagai kontingen.
Ketidakcukupan jumlah hotel yang ada menyebabkan usaha persewaan penginapan rumah-rumah penduduk sangat merebak. Bisnis sewa rumah tersebut memanfaatkan rumah warga, rumah lama, atau rumah dinas yang belum ditempai. Nilai sewa Rp. 5.000.000,- hingga Rp. 6.000.000,- selama penyelenggaraan PON.
3.     Sektor Transportasi
Transportasi udara dari dank e Bandara Sepinggan Balikpapan dalam status full booking, dan full seat untuk semua maskapai penerbangan. Bahkan untuk melayani permintaan jasa transportasi udara yang melonjak, PT Garuda Indonesia menambah jadwal penerbangan dengan harga khusus bagi para atlet dan official. Transportasi darat melibatkan bus sebanyak 350 unit, minibus 300 unit, dan sepeda motor 500 unit. Untuk angkutan bis hamper seluruhnya didatangkan secara khusus dari Pulau Jawa, seperti Surabaya, Malang, Bogor, dan Jakarta.
Sektor transportasi rakyat meraup keuntungan yang sangat besar, seperti missal ojek yang pada hari biasa berpenghasilan Rp. 20.000,- hingga Rp. 50.000,- selama PON mereka di sewa per hari Rp. 150.000,- Usaha persewaan mobil juga meraup untung, karena selama PON per hari sebesar Rp. 600.000,- hingga Rp. 1.000.000,- sementara pada hari biasa omset mereka tidak tentu dan berkisar Rp. 200.000,- hingga Rp. 300.000,-
4.     Sektor Penjualan Atribut/ Pakaian Olahraga/ Souvenir
Maskot PON di Sempaja dan Segiri habis terjual.maskot satu paket terdiri dari orang utan, burung enggang, dan ikan pesut dijual dengan harga Rp. 150.000,- sedangkan bila secara terpisah harganya masing-masing Rp. 75.000,- Omset penjualan kaos beratribut PON, terutama pakaian olahraga untuk anak-anak rata-rata Rp. 4.000.000,-  
Per hari. Penjualan pulpen berlogo PON rata-rata sebanyak 120 buah per hari, dengan harga rata-rata per pulpen Rp. 15.000,-. Di kawasan Citra Niaga Samarinda, permintaan souvenir khusus seperti: tangkur buaya, minyak lintah hitam, pasak bumi, dan lain-lain melonjak 2x lipat terutama mulai pada hari menjelang penutupan PON.
5.     Penjualan Makanan dan Minuman
Pemgusaha makanan di Stand Expo Sempaja Samarinda menyewa tempat jualan Rp. 3.000.000,- selama PON, mereka memperoleh omzet penjualan, per hari Rp. 500.000,- hingga Rp. 2.000.000,- Penjualan amplang berkemasan logo PON amat diminati. Harga amplang per kardus adalah Rp. 50.000 hingga Rp.60.000,- . Keuntungan penjualan amplang di stand pameran expo berkisar antara 200.000 hingga 1.00.000,- Produk normal amplang rata-rata setiap pengusaha di Samarinda pada hari biasa berkisar 50 kg amplang yang rata-rata pada saat PON mereka memproduksi amplang  melonjak dari 300.000,- hingga 500.000 kg per hari. Artinya omzet penjualan amplang meningkat 6 sampai 10 x lipat selama penyelenggaraan PON.
6.     Produk/Jasa-jasa Lain, yang Relevan dan Mendukung
Jasa perbankan terjadi volume peningkatan yang sangat signifikan. Bank Indonesia menyediakan uang kartal lebih dari 1 triliyun rupiah untuk menopang dana segar selama PON. Geliat ekonomi menjelang PONjuga sangat terasa, karena pada bulan Juni 2008 Bank Indonesia juga telah mengalirkan uang segar senilai 402 miliar rupiah. Angka tersebut besarnya dua kali lipat pada bulan Juni tahun 2007.
Jasa laundry juga mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Pada hari biasa perusahaan laundry rata-rata menerima 35 hingga 40 kilogram. Namun selama penyelenggaraan PON, mereka rata-rata menerima 70 hingga 80 kilogram per hari dengan biaya laundry Rp. 6.000,- per kilogram.
Jasa hiburan malam seperti karaoke, juga meraup untung yang signifikan selam PON. Bagi para pengusaha hiburan malam, adanya kegiatan PON berarti terjadi penambahan tamu yang dating. Sedikitnya ada tamu sekitar 20 Tempat Hiburan Malam (THM) yang merasakan penambahan jumlah pengunjung yang signifikan. Jasa yang lain terkait dengan jasa promosi penyelenggaraan. Keterlibatan sponsor besar seperti Khong Guan, Pocari sweat, Air mineral club, dan PT Garuda Indonesia. Dapat menghemat biaya promosi yang harus dikeluarkan pemerintah. Biaya promosi yang dapat dihemat karena adanya sponsor adalah senilai 32 miliar rupiah.

BAB III
KESIMPULAN

Olahraga meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dengan efek menguntungkan dari aktivitas fisik, baik kesehatan fisik pemain yang berolahraga dan kegiatan lainnya secara teratur menetap cenderung merasa lebih puas dan pengalaman, subyektif, sebuah kebaikan yang lebih besar.
Olahraga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekonomi. Olahraga sendiri mempunyai omzet yang besar di sector industry. Hal ini dibuktikan dari pendapatan atlet-atlet professional dan pendapatan masyarakat dari penyelenggaraan event olahraga. Ketercapaian pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dapat tercapai jika orang-orang dapat melihat potensi ekonomi dari olahraga dan menjadikan olahraga sebagai industry olahraga.

DAFTAR PUSTAKA

Atep Afi Hidayat. (2011). “Aktivitas Fisik Teratur dan Manfaatnya”. Diambil
Anthony Laker. (2002). The Sociology of Sport and Physical Education.
         Greet Britain. The University Press, Cambride, United Kingdom.
Ch. Fajar Sri Wahyuniati dkk. Membuka Peluang Bisnis Olahraga Kebugaran
         dalam Membangun Program Industri Olahraga Melalui Program
         Kuliah Kewirausahaan. FIK UNY.
Claude Bouchard, Bari D. Mc.Pherson, Albert W. Taylor. (1990). Physical 
         Activity Sciences. Human Kinetics Book. Campaign, Illinosis.
Jalu.(2001). Hubungan Olahraga dan Ekonomi. Diambil pada Tanggal 16
        September     2012. Dari http://jalu89.wordpress.com/2010/04/08/
Raswingayo(2003). Ekonomi dan Olahraga. Diambil pada Tanggal 16 
                    September 2012. Dari        http://raswingayo.blogspot.com/2010/03/olahraga- dan-ekonomi.

Taste "Geblek"


Geblek is one of a traditional food from Kulon Progo beside growol. It is made from cassava likes growol. But the appearance of geblek is different with growol. From the colour, it is same, the colour is white but the shape of geblek is like numeral 0. The taste is delicious but it is fairly sticky or ‘alot’ in Indonesian.
It is more delicious if you eat it in warm condition. You can easily get geblek in traditional market in Kulon Progo. If you can not get it in the market, do not worry about it. You can find it along of the way in Kulon Progo easily. Usually, some people sell geblek with ‘tempe benguk’ or ‘gorengan’ like ‘bakwan, tahu susur’ and etcetera along the way in Kulon Progo.
Because of geblek is fairly sticky, it is different from the other tradirional foods in Kulon Progo, rather in the other places in Indonesia. The sensation if you eat geblek is fairly sticky. So if it is not fairly sticky it is not like eat geblek.
There are many tourism places in Kulon Progo, so you can easily get geblek near the tourism places. Do not forget to try it. If you come to Kulon Progo and you did not have oppurtunity to eat geblek, you will feel regret...!!

Children's Drawings


Children love to draw. It is perhaps drawing is more than anything else that reveals their tendency to think in images and discloses all the charm of their perception.
Some countries strive to create the best possible conditions for developing and perfecting children’s abilities and artistic talents. It is in kindergartens, under expert guidance, that the children begin to acquire their first habits in art.
A more serious study on the art of drawing comes with the first year in school-when children are seven years old. Drawing is part of the curriculum in the first six years. Here they are taught the fundamental of realistic drawing by teachers.
In addition to drawing lessons, every school has its art section where children develop their abilities. Moreover, teachers often take them to exhibitions, museums and picture galleries. Annual exhibitions of the children’s painting have become a tradition now. The exhibits include the best works from most countries in the world. The number of exhibitors and exhibits is extremely high and grows steadily with each passing year.
There is a wide range of subject depicted in these works-townscapes and landscapes, illustrations for fairly tales, scenes from tourist excursions and games, animals, birds and still life.
The works of the youthful artist may not be skillfully executed, they may not be of the same artistic level, but they do captivate by their sincerity, straightforwardness and originality.

Monday, November 10, 2014

The roles of the parents and the teachers in toothbrush habituating for the students elementary school

Health education is a learning process, in this case means a process of development or change towards more and better know the individual self. Dental health education from an early age is very important, to prevent early tooth decay. The goal of prevention and early dental treatment is to get a state free of dental disease. The roles of the of parents and teachers is very influential on the child's behavior to maintain oral health. Oral health education is not targeted to children only, but parents also need to be knowledgeable about oral health. The role of parents and teachers need to know the extent of their role in teaching children to care for the health of their teeth by brushing. There are indicated that the students of Elementary School do not habituate the toothbrush yet and they do not know the importance of a toothbrush yet. This research aimed to determine how high the roles of the parents and the teachers in toothbrush habituating for the students of Elementary School.
This research was a descriptive research which used a survey method. The data collecting method used questionnaire. The subjects of this research were all students of Elementary School. The population of this research was 36 students. The data analyzing technique used descriptive analysis that was written on percentage form.
The results of this research showed that the overall roles of the parents and the teachers in toothbrush habituating for the students of Elementary School were mostly very high. In detailed, there were 13 students (36.11%) in the very high category, 10 students (27.78%) in the high category, 9 students (25.00%) in the low category, and 4 students (11.11%) in the very low category. It can be concluded that the role of parents and teachers in the habituation toothbrush is very high.
For your consideration and evaluation tool for teachers and schools to be able to provide support to their students in the habituation toothbrushes on dental hygiene students for their students awake.

The effect of television violence on children

Parents and teachers are worried about the effect of television violence on children. many children watch television for several hours everyday, even though they are watching children's programs, they are still confronted with scenes of violence and terror.
whether this will encourage children to act more violently themselves is not certain. there has been a general increase in to trace this trend direcly to television.
yet, they point out that the situation is dangerous because television, and films as well, teaches children at an early age to accept violence as a natural part of life