Thursday, November 5, 2015

Peran Olahraga dalam Pembentukan Karakter

Nanda Sulistiyo,M.Or.

Abstrak: Peran Olahraga dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Olahraga merupakan instrumen penting dalam pembentukan karakter bangsa. Melalui olahraga dapat terbentuk perkembangan karakter positif. Karakter dapat terbentuk dalam olahraga melalui peran atlet dan pelatih. Terbentuknya karakter berdasarkan pilar olahraga yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Sehingga dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas, dedikasi, pengorbanan, kerja tim, dan kewarganegaraan yang baik. Sementara nilai-nilai moral yang meliputi kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.

Kata kunci: Olahraga, karakter, sosial, moral

PENDAHULUAN
Perkembangan olahraga di Indonesia dalam perspektif sejarah merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Olahraga bangsa Indonesia dipengaruhi oleh negara-negara Eropa, seperti bangsa Belanda, Jerman, Swedia, dan Austria. Karena itu pula sistem olahraga Jerman, Swedia, dan Austria mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia (Husdarta, 2010).
Gerakan olahraga nasional mengalami babak baru bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental yang telah rusak selama penjajahan kolonia Belanda dan Jepang (Husdarta, 2010: 20). Masyarakat Indonesia mengakui bahwa dalam hidup tidak hanya mengalami pengaruh pikiran dan kemampuan manusia individu saja. Olahraga memberi kesempatan yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira.
Sejalan dengan perkembangan olahraga di Indonesia, untuk dapat mencapai pemahaman dan prestasi yang optimal perlu adanya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam olahraga, teknologi bukan berarti identik dengan pemakaian mesin, tetapi pencapaian hasil yang lebih baik melalui penerapan pengetahuan ilmiah (Rusli Lutan, dkk. 1991). Pengetahuan yang sistematis dan terorganisir tentang fenomena olahraga yang dibangun melalui sebuah sistem penelitian ilmiah yang diperoleh dari medan-medan penyelidikan, akan sangat berperan penting dalam perkembangan olahraga di Indonesia.
Perkembangan olahraga di Indonesia merupakan bagian dari pendidikan. Melalui dunia pendidikan ini olahraga akan membentuk mental dan karakter bangsa. Seiring dengan semboyan yang melekat dalam dunia olahraga yaitu Men Sana in Corpora Sanno. Melalui semboyan di atas tidak hanya semboyan saja yang menjadi nama, akan tetapi benar-benar dapat terwujud tubuh yang kuat dan terdapat jiwa yang sehat. Pepatah tersebut sangat jelas menggambarkan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup baik secara lahir dan batin sehat bugar sangat dibutuhkan. Maka dari itu olahraga memang layak untuk menjadi pilar keselarasan dan keseimbangan hidup sehat dan harmonis.
Olahraga bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkam nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Peran olahraga sangat penting dan strategis dalam konteks pengembangan kualitas sumber daya manusia yang sehat, mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki sifat kompetitif yang tinggi. Selain itu juga penting dalam pengembangan identitas, nasionalisme, dan kemandirian bangsa. Olahraga yang dikelola secara profesional akan mampu mengangkat martabat bangsa dalam dunia internasional. Melalui olahraga ini merupakan pilar penting dalam pembentukan karakter bangsa. Olahraga dapat membangun jiwa fair play, sportivitas, team work, dan nasionalisme. Melalui olahraga inilah dapat diambil nilai-nilai karakter positif yang dapat melatih sikap dan mental kita.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi teori yang diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian ditengah lapangan.
PEMBAHASAN
Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu, oleh karena itu apabila pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Karakter didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dandapat disebut dengan kebiasaan. Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya dan merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam dan hasil dari perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan.
Dari hal di atas dapat di kaji bahwa pikiran harus mendapatkan perhatian serius, dengan memahami cara kerja pikiran, seseorang akan memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting. Kemampuan seseorang dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, maka seseorang juga akan mudah mendapatkan apa yang diinginkannya, yaitu kebahagiaan. Sebaliknya, jika pikiran seseorang lepas kendali sehingga terfokus kepada keburukan dan kejahatan, maka akan terus mendapatkan penderitaan-penderitaan yang disadari maupun tidak. Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka semakin jelas tindakan, kebiasan, dan karakter unik dari masing-masing individu. Setiap individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan (belief system), citra diri (self-image), dan kebiasaan (habit) yang unik. Apabila sistem kepercayaannya benar dan selaras, karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya, apabila sistem kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak baik, dan konsep dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan.
Karakter dalam olahraga merujuk pada sebuah kesatuan karakteristik yang dapat dikembangkan dalam olahraga (pada umumnya mengandung nilai-nilai moral bahwa kita semua menginginkan para atlet untuk mengembangkan karakter yang baik dalam olahraga). Karakter dapat dilihat sebagai sebuah konsep menyeluruh yang memadukan antara fair play dan perilaku positif dalam olahraga dengan dua nilai penting lain yaitu perasaan dan integritas, oleh karena itu karakter dalam olahraga menggabungkan empat nilai yang saling terkait: perasaan, keadilan, perilaku sportif dalam olahraga, dan integritas. Perasaan dalam hal ini berkaitan dengan empati, yaitu sebuah kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain. Pada saat seseorang menggunakan perasaan kepada orang lain, maka akan berusaha untuk memahami sudut pandang atau pendapat-pendapat orang lain. Integritas adalah kemampuan untuk mempertahankan moral dan keadilan seseorang berdampingan dengan keyakinan bahwa seseorang akan bisa memenuhi tujuan moral seseorang. Pada intinya, hal tersebut merupakan kesadaran moral seorang atlet atau pelatih dan merupakan sebuah keyakinan bahwa seseorang akan melakukan hal yang benar dan baik saat dihadapkan dengan sebuah dilema moral.
Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan, menyusun harga diri yang kukuh-kuat, pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, mempunyai kehormatan diri. Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ada beberapa karakter manusia menurut motivasinya:
Achievement Motivation
Popularity Motivation
Power Motivation
Strategi Membentuk Karakter
Menumbuhkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menggunakan strategi sehingga terbentuk karakter yang idealis. Karakter dapat dibangun melalui atlet sendiri dan pelatih. Adapaun strategi membentuk karakter untuk atlet (Adopted from Mango, 2011; Heart of Illinois Conference, 2007).
Penekanan yang tinggi pada karakter
Harapan yang tinggi dari perilaku
Memberikan contoh yang baik
Sportif merupakan suatu keharusan
Akuntabilitas
Pendekatan yang menyeluruh
Menghormati sebuah permainan
Menghormati official
Membuat aktif dalam berbuat dan berkomunikasi
Praktek mengontrol diri
Strategies for Coaches (adopted from Clifford & Feezell, 2009; Lumpkin & Stokowski, 2011)
Menjadi contoh yang baik
Selalu membicarakan tentang masalah apapun
Teratur dalam menggunakan bahasa
Menjunjung sportivitas dalam praktek dan permaianan
Memperkuat sportivitas
Selalu menekankan atlet untuk berpartisipasi dalam latihan dan membuat senang
Menekankah bahwa tujuan latihan menguasai keterampilan olahraga yang digunakan sebagai pelajaran hidup
Membantu setiap atlet mengembangkan dan mencapai semua potensi yang dimiliki.
Mengikuti aturan terbaru dan memperkuat perilaku fairplay dan sportif setiap waktu
Mengajarkan bagaimana belajar dari sebuah kegagalan dan kesuksesan
Sedangkan menurut Stefan Sikone (2006), dalam melaksanakan pembentukan karakter, generasi muda memiliki 3 peran penting yaitu:
Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (charater builder)
Sebagai pemberdaya karakter (character enabler)
Sebagai perekayasa karakter (character engineer)
Perkembangan Olahraga
Olahraga secara harfiah berarti sesuatu yang berhubungan dengan mengolah raga atau dapat dikatakan mengolah fisik. Dari sudut pandang ilmu faal olahraga, olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannnya melakukan olahraga (Santosa, 2005). olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu (Giriwijoyo, 2005).
Ciri utama dalam kegiatan olahraga adalah orentasi fisikal dalam konteks ini seperti aspek motorik, daya tahan, kecepatan, kekuatan dan ketrampilan yang merupakan unsur intern dari kegiatan olahraga misalnya, Wiss, Beirat Deutschen Sportbundes 1985, Mejer 1981 (dalam Husdarta 2010), karena itu kegiatan olahraga itu, selalu menampakan diri dalam wujud nyata kehadiran fisik, peragaan diri secara sadar dan bertujuan, disertai dengan pengunaan alat-alat kongkrit, seperti bola, raket dan lain-lain.
Olahraga  adalah proses pengolahan tubuh dengan gerakan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Olahraga dapat digolongkan dalam beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
Olahraga pendidikan
Olahraga prestasi
Olahraga rekreasi
Olahraga amatir
Olahraga professional
Olahraga penyandang cacat
Berdasarkan UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN), olahraga dibagi menjadi tiga pilar, yaitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Prestasi, dan Olahraga Rekreasi.
Olahraga Pendidikan (Education Sport)
Olahraga Rekreasi (Sport for All)
Olahraga Prestasi (Competitive Sport)
Olahraga dan Karakter
Melalui pencapaian prestasi yang diraih merupakan salah satu perwujudan dari pilar olahraga prestasi. Bahwa pilar keolahragaan nasional terdiri dari tiga pilar yaitu olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi. Melalui ketiga pilar tersebut pembentukan karakter dapat berjalan. United Nations (suatu organisasi non-pemerintah terakreditasi (LSM) di PBB) (2003) juga menyatakan bahwa olahraga merupakan instrumen yang efektif untuk mendidik kaum muda terutama dalam nilai-nilai.
Menurut United Nations sejumlah nilai yang ada dan dapat dipelajari melalui aktivitas olahraga meliputi: cooperation (kerjasama), communication (komunikasi), respect for the rules (menghargai peraturan), problem-solving (memecahkan masalah), understanding (pengertian), connection with others (menjalin hubungan dengan orang lain), leadership (kepemimpinan), respect for others (menghargai orang lain), value of effort (kerja keras), how to win (strategi untuk menang), how to lose (strategi jika kalah), how to manage competition (cara mengatur pertandingan), fairplay (bermain jujur), sharing (berbagi), self-esteem (penghargaan diri), trust (kepercayaan), honesty (kejujuran), self-respect (menghargai diri sendiri), tolerance (toleransi), resilience (kegembiraan dan keuletan), team-work (kerjasama sekelompok), discipline (disiplin) dan confident (percaya diri).
Karakter merupakan sebuah konsep moral yang tersusun dari sejumlah karakteristik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga. Setidaknya terdapat nilai-nilai karakter positif yang dapat terbentuk melalui olahraga, antara lain: rasa kasih sayang, (compassion), keadilan (fairness), sikap sportif (sport-personship), dan integritas (integrity) (Weinberg dan Gould, 2007). Menurut Lumpkin, Stoll & Beller (Beller & Jennifer, 2002: 2)  dalam journal positive character development in school sport programs menyatakan: Two different types of character values exist and are evident in sport: social and moral. Typical social character values include loyalty, dedication, sacrifice, teamwork, and good citizenship (Lumpkin, Stoll & Beller, 2002), while moral values include honesty, fairness, fair play, justice, and responsibility. Social values, which are highly esteemed in our society, are about the real world and how society views the importance of social character. Moral values are first principles, meaning that they stand by themselves; if we violate any one of these, we violate people directly. Social values are positive assets but must be tempered by moral values. A person who has strong social character may have little or no moral character. An individual can be highly dedicated and loyal to an immoral cause. Because sport may foster social values, character development through sport should help athletes learn to weigh a social value against a moral value and then act on that moral value.
Ada dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas, dedikasi, pengorbanan, kerja tim, dan kewarganegaraan yang baik. Sementara nilai-nilai moral yang meliputi kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Nilai-nilai sosial merupakan aset positif tetapi harus selaras dengan nilai-nilai moral. Seseorang yang memiliki karakter sosial yang kuat mungkin memiliki karakter moral sedikit atau tidak ada. Karena olahraga dapat menumbuhkan nilai-nilai sosial, pengembangan karakter melalui olahraga harus membantu atlet untuk  belajar menimbang nilai sosial terhadap nilai moral dan kemudian bertindak pada  nilai moral.
Kesimpulan
Partisipasi dalam olahraga tidak secara otomatis mempunyai efek positif terhadap pembentukan karakter. Pengalaman yang diperoleh melalui olahraga dapat membentuk karakter, tetapi hal ini hanya dapat terjadi apabila lingkungan olahraga diciptakan dan ditujukan untuk mengembangkan karakter. Olahraga dapat membentuk karakter positif hanya jika kondisi-kondisi yang menyokong ke arah positif dipenuhi, misalnya kepemimpinan dan perilaku pelatih yang baik. Dukungan dari pelatih, orang tua, penonton, administrator, maupun dari pemain sendiri sangat dibutuhkan untuk memperoleh manfaat positif dari partisipasi olahraga.
Olahraga mengandung dimensi nilai dan perilaku sportif yang terbukti faktanya. Pertama, sikap sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling mendukung, membantu dan penuh semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama team, saling percaya, berbagi, saling ketergantungan, dan kecakapan membuat keputusan bertindak. Ketiga, sikap dan watak yang senantiasa optimistis, antusias, partisipasif, gembira, dan humoris. Keempat, pengembangan individu yang kreatif, penuh inisiatif, kepemimpinan, kerja keras, kepercayaan diri, dan kepuasan diri. Keunggulan pendidikan olahraga dalam pembentukan karakter terletak pada perlengkapan nilai-nilai ke dalam perilaku. Ada dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral.
Olahraga merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter bangsa. Langkah awal pembentukan karakter ini dimulai dari usia dini dan dilandasi dengan budaya nasional juga dibentuk dengan olahraga yang dilakukan. Maka dari itu, Indonesia dapat disegani di dunia salah satunya dengan membangun karakter bangsa melalui olahraga. Dengan berolahraga, banyak karakter positif yang terbentuk. Mulai dari atlet, pelatih dan masyarakat pelaku olahraga akan memiliki rasa tanggungjawab, rasa hormat, dan memiliki kepedulaian dengan sesama. Nilai Ketekunan, kejujuran, dan keberanian juga diperolah dari aktivitas olahraga. Dengan demikian, karakter yang sudah terbentuk memalui olahraga ini menjadikan icon bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki karakter yang kuat.
REFERENSI
Giriwijoyo, S. (2005). Manusia dan olahraga. Bandung: ITB.
Husdarta. (2010). Sejarah dan filsafat olahraga. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Lumpkin, A. (2009). Modern sports ethics: A reference handbook. Santa Barbara, CA: ABC-CLIO.

Lumpkin, A., & Stokowski, S. (2011). Inter scholastic sports: a character building privilege. Kappa Delta Pi Record, pp. 124-128.

Lumpkin, Stoll & Beller. (2002). Sport ethics: Applications for fair play. St. Louis: Mc-Graw Hill.

Lutan, Rusli, dkk. (1991). Manusia dan olahraga. Bandung: ITB.
Mango, K. (Feb, 2011). Building character through sports. Online: Web plays Mom.

Menpora. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Omar-Fauzee, M.S. etc. (2012). The strategies for character building through sports participation. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 2, No. 3, pp. 48-58.

Sumaryanto.(2008). Upaya pembentukan karakter melalui olahraga. Proceeding Seminar Olahraga Nasional: FIK UNY-Kemenpora RI.

Weinberg, Robert S.; Gould, Daniel, (2007). Foundation of sport and exercise psychology. 4th edition. Champaign, II.: Human Kinestics Publishers, Inc.

Sunday, June 7, 2015

Aktivitas Fisik dan Nilai-Nilai Rekreasi



Oleh: Nanda Sulistiyo
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Dalam kehidupan manusia tidak pernah lepas dari suatu aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Aktivitas merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu seperti berjalan, berlari, maupun berolahraga. Aktivitas fisik merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu yang dikehendaki. Usaha sadar melakukan aktivitas fisik yang dilakukan juga untuk mempertahankan diri dan eksistensi dalam kehidupan sehari-hari, karena manusia dituntut bekerja dan beraktivitas untuk kelangsungan hidupnya. Dalam perkembangannya suatu aktivitas dilakukan untuk tujuan hidup, prestasi dan rekreasi.
      Zaman yang semakin berkembang dengan perubahan gaya hidup seseorang dewasa ini memberikan pengaruh yang positif maupun negatif. Banyak dari sebagian orang kehilangan waktunya karena menghabiskan waktu di kantor, perusahaan, sekolah dan tempat kerjanya. Dunia saat ini menuntut semua menjadi serba cepat, mulai dari teknologi yang terus berganti, transportasi dan juga perkembangan ilmu pengetahuan. Secara tidak sadar manusia telah melakukan aktivitas fisik yang dilakukan secara berulang dengan waktu yang sama. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan tingkat stres, kejenuhan dan rasa lelah yang berlebihan.
      Manusia sebenarnya juga membutuhkan waktu luang, berkumpul bersama keluarga, teman, bermain dan rekreasi. Berkunjung ke suatu tempat atau rekreasi untuk mencari sebuah kesenangan merupakan pilihan yang tepat untuk menghilangkan rasa penat akibat aktivitas fisik yang berlebihan. Rekreasi merupakan salah satu aktivitas fisik karena di dalamnya juga mengandung gerak yang secara sadar dilakukan untuk mencapai kepuasan. Rekreasi sudah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat yang telah paham mengenai pentingnya aktivitas fisik untuk mencari sebuah kesenangan.
Melakukan kegiatan olahraga seperti sepakbola, bersepeda juga dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk rekreasi tergantung bagaimana sudut pandang pribadi seseorang.
B.  Rumusan Masalah
      Sesuai dengan latar belakang tersebut diatas, makalah ini akan membahas mengenai kaitan aktivitas fisik dan nilai-nilai rekreasi, maka yang akan menjadi rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud aktivitas fisik ?
2. Apa yang dimaksud dengan rekreasi ?
3. Apa yang dimaksud dengan nilai-nilai rekreasi ?
4. Apakah hunbungan aktivitas fisik dengan nilai-nilai rekreasi ?
C.  Tujuan Penulisan
      Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kaitan anatara aktivitas fisik dan nilai- nilai rekreasi.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Aktivitas Fisik
      Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik merupakan bentuk kegiatan yang melibatkan anggota tubuh untuk bergerak. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktivtas otot-otot skeletal yang mengakibatkan pengeluaran energi (Faizati Karim, 2002: 6). Selain itu menurut badan kesehatan WHO, menjelaskan bahwa aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat.
      Keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah terhindar dari berbagai macam penyakit, berat badan terkendali, mempunyai rasa kepercayaan diri, lebih bertenaga dan mencapai kebugaran jasmani. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik juga membantu mengendalikan perilaku berisiko terutama di kalangan anak-anak dan orang muda, misalnya penggunaan tembakau, alkohol, penggunaan narkoba, diet yang tidak sehat dan kekerasan. Aktivitas fisik secara teratur juga dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan ekonomi melalui peningkatan produktivitas di tempat kerja, ketidakhadiran pekerja yang lebih rendah dan omset dan sekolah berperforma lebih baik.
      Menjadi aktif secara fisik tidak perlu mahal atau melibatkan peralatan, sepatu khusus dan pakaian dan dapat dilakukan hampir di mana saja. Banyak kegiatan sehari-hari dan tugas-tugas seperti membawa bahan makanan, kayu, buku atau anak-anak yang baik aktivitas fisik komplementer, seperti menaiki tangga daripada menggunakan lift. Berjalan mungkin adalah aktivitas fisik yang paling umum dan paling sangat dianjurkan, benar-benar gratis dan dapat dilakukan di perkotaan, daerah taman dan bahkan di pusat perbelanjaan. Tidaklah penting untuk pergi ke kolam renang, gym atau olahraga fasilitas khusus lainnya secara fisik aktif.
Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang akan mengakibatkan resiko terkena penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global. Aktivitas-aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan, yaitu:
  1. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi dan lain-lain.
  2. Berat badan terkendali
  3. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
  4. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
  5. Lebih percaya diri
  6. Lebih bertenaga dan bugar
      Secara keseluruhan melakukan aktivitas fisik secara terartur akan mengakibatkan kesehatan yang semakin baik. Berkaitan dengan aktivitas fisik, ada tiga macam aktivitas fisik yang perlu Anda ketahui dan penting untuk dipraktekan demi mempertahankan kesehatan tubuh yaitu:
  1. Ketahanan (endurance)
Aktivitas fisik yang bersifat ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit 4-7 hari per minggu. Contoh kegiatan seperti berjalan kaki selama 20 menit, lari, berenang, senam, bermain tenis.
  1. Kelenturan (flexibility)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan tubuh lebih mudah. Mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan hasilny perlu dilakukan selama 30 menit 4-7 hari per minggu. Contoh kegiatannya seperti senam taichi, yoga, mencuci pakaian, mobil atau mengepel lantai.
  1. Kekuatan (strengh)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, mempertahankan bentuk tubuh dan membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Lamanya aktivitas selama 30 menit 2-4 hari per minggu. Bebrapa kegiatan yang dilakukan antara lain: push up, naik turun tangga, angkat berat atau beban.
B.  Pengertian Rekreasi
      Rekreasi secara harfiah yaitu membentuk atau menciptakan kembali. Definisi ini berasal dari kata’re’ dan ‘creation’. Re berarti mengulang atau kembali sedangkan creation memiliki arti membentuk atau menciptakan. Rekreasi merupakan sebuah aktivitas yangdilakukan seseorang selain pekerjaan. Kegiatan yang umum dilakukan untk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan hobi. Rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan pada waktu luang atau akhir pekan untuk mengembalikan kesegaran fisik. Kamus Webster mendefinisikan rekreasi sebagai sarana untuk menyegarkan kembali atau hiburan. Rekreasi dapat dinikmati, menyenangkan dan bisa pula tanpa membutuhkan biaya.
      Rekreasi dapat juga membantu memulihkan kondisi tubuh dan pikiran yang sedang dialami serta mengembalikan kesegaran. Beberapa ciri-ciri dari rekreasi adalah: berupa kegiatan, bentuknya bervariasi, dilatarbelakangi oleh motivasi, dilakukan secara rutin, bersifat sukarela, serius dan berguna, fleksibel, bersifat universal serta produk sampingan. Dari bebarapa ciri tersebut dapat diketahui bahwa jenis-jenis rekreasi sangat beragam, diantaranya:
1.      Rekreasi berdasarkan sifat
Merupakan rekreasi aktif yang menenkankan manfaat fisik daripada mental. Contoh: panjat tebing dan yoga, sedangkan rekreassi pasif berlaku sebaliknya, lebih berorientasi pada manfaat mental daripada manfaat fisik. Contoh: membaca buku di perpustakaan, menonton televisi atau menonoton film di bioskop.
2.      Rekreasi berdasar tempat tujuan
Dibedakan menjadi dua yaitu: rekreasi dalam ruangan (indoor) dan luar ruangan (outdoor). Rekreasi indoor seperti membaca buku di perpus, makan di restoran, sedangkan rekreasi outdoor seperti rafting di sungai, mendaki gunung, berenang dan jalan-jalan di taman.
      Dari definisi diatas, rekreasi tidak hanya memberikan manfaat yang baik kepada fisik dan mental. Rekreasi fisik yang berlebihan dan memerlukan energi besar justru akan mengganggu kesehatan seseorang yang baru sembuh atau dalam kondisi yang kurang bugar. Contoh rekreasi yang berdampak buruk bagi kesehatan adalah mengkonsumsi alkohol di cafe atau bar dengan ruangan yang penuh asap rokok. Aktivitas tersebut akan mengakibatkan gangguan fisik yang berakibat menurunnya kesehatan tubuh, sehingga setiap orang harus bisa memilih jenis rekreasi yang berdampak positif dan baik untuk kesehatan.
C.  Nilai-Nilai Rekreasi
      Nilai-nilai rekreasi (recreation values) yaitu nilai-nilai permainan pada waktu senggang, sehingga memberikan sumbangan untuk mensejahterakan kehidupan maupun memberikan kesegaran jasmani dan rohani. Jika direncanakan secara efektif, rekreasi merupakan bagian integral dari seluruh pengalaman belajar atau mengajar. Para ahli memandang bahwa nilai-nilai rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, nilai-nilai rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh waktu. Nilai rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial. Menurut Syaifuddin (1990:24), kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Secara psikologi banyak orang yang merasa jenuh dengan rutinitas perkerjaan dan berbagai masalah yang dihadapi, sehingga membutuhkan istirahat, tidur yang nyaman dan bersanatai. Melihat beberapa pernyataan di atas, maka nilai-nilai rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan  sebagai pengisi waktu luang untuk tujuan tertentu, diantaranya memperoleh kesenangan, kepuasan, penyegaran sikap dan mental, serta menambah wawasan.
      Banyak nilai yang dapat diperoleh dari kegiatan rekreasi, diantaranya: melepaskan ketegangan, energi yang berlebih dapat tersalurkan, mengajarkan anak bagaimana berolahraga dalam berbagai kegiatan sehingga kemampuan anak dapat dibangun dan ditingkatkan melalui rekreasi. Salah satu manfaat penting dari rekreasi adalah dalam pembentukan karakter atau sifat. Seperti diketahui bahwa anak-anak selalu belajar melalui aktivitas bermain. Melalui suatu program rekreasi yang telah di susun dan direncanakan dengan baik maka anak dapat belajar untuk menikmati penggunaan waktu dengan sebaik-baiknya. Secara lebih spesifik nilai-nilai rekreasi dalam kehidupan sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
  1. Mengembangkan rasa menghargai dan mencintai lingkungan serta melestarikannya.
  2. Mengembangkan pengertian dan kemampuan serta pemahaman akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dan menggunakannya secara bijaksana.
  3. Menggugah kesadaran manusia akan pentingnya membina hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya serta agar semakin mengenal sifat ataupun karakternya.
  4. Membantu mengembangkan secara positif tingkah laku serta hubungan sosial kepada individu.
  5. Membantu mengembangkan ilmu pengetahuan tentang praktek lingkungan yang sehat.
  6. Membantu membuat pelajaran di kelas agar menjadi lebih berarti melalui pengalaman langsung di lapangan.
  7. Membuka peluang membangun kerjasama antar masyarakat sekolah dengan organisasi pelayanan rekreasi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
  8. Menumbuhkan dan atau memperkuat rasa percaya diri dan harga diri yang merupakan pondasi yang kuat untuk menumbuhkan “self concept”.
  9. Mempererat persaudaraan dan tumbuhnya saling mendukung diantara anggota kelompok 
  10. Menambah atau meningkatkan keterampilan dan koordinasi.
  11. Menambah kesenangan pribadi serta rasa kebersamaan antara anggota kelompok.
  12. Mendidik seseorang untuk dapat mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif dalam arti, tidak merugikan dirinya sendiri, orang lain, atau lingkungan/alam dan sebaliknya mencegah munculnya kegiatan negatif, seperti penggunaan narkoba, vandalisme kegiatan destruktif, dan kegiatan negatif lain yang sejenis.
  13. Mengembangkan budaya hidup sehat, baik untuk pribadi maupun untuk orang lain dan atau lingkungan alamnya.
D.  Hubungan Aktivitas Fisik dan Nilai-Nilai Rekreasi
      Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa aktivitas fisik mempunyai hubungan dengan nilai-nilai rekreasi, aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan terencana akan memberikan manfaat bagi kesehatan seseorang. Aktivitas fisik yang memadai telah terbukti mampu memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup serta meningkatkan kesehatan mental serta fungsi kognitif. Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang secara teratur akan memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial dan memberikan kontribusi pada pengelolaan gangguan seperti depresi. Aktivitas fisik juga membantu mengembangkan jaringan muskuloskeletal sehat, yaitu tulang, otot dan sendi, juga koordinasi dan kontrol gerakan.
      Nilai-nilai rekreasi yaitu nilai permainan pada waktu senggang, sehingga memberikan sumbangan untuk mensejahterakan kehidupan maupun memberikan kesegaran jasmani dan rohani.merupakan kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, memiliki kaitan dengan aktivitas fisik karena pada dasarnya nilai-nilai rekreasi bertujuan untuk mencari kesenangan atau untuk mencapai tujuan tertentu dan sebagian besar melibatkan gerak tubuh. Jika dikaji lebih dalam maka nilai-nilai rekreasi termasuk aktivitas fisik yang di lakukan oleh seseorang untuk memperbaiki kualitas hidup. Kedua aktivitas tersebut memiliki kesamaan yaitu melibatkan gerak tubuh dan mempunyai tujuan untuk mencapai sesuatu guna menjaga kelangsungan hidup ke arah yang lebih sehat dan baik.
















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
      Hubungan antara aktivitas fisik dan niali-nilai rekreasi yaitu nilai yang terkandung dalam rekreasi merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik. Ditinjau dari gerak dan tujuannya maka nilai-nilai rekreasi merupakan penjabaran dan termasuk dalam aktivitas fisik karena sebagian besar  melibatkan gerak tubuh atau otot untuk mencapai tujuan kesenangan dan  memperbaiki status fungsional dalam kehidupan baik jasmani maupun rohani. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan terencana merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas hidup dan pembentukan karakter seseorang. Dalam melakukan aktivitas fisik tidak perlu mahal atau melibatkan peralatan, sepatu khusus dan pakaian dan dapat dilakukan hampir di mana saja.
      Setiap orang tanpa di sadari telah melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari, namun untuk mendapatkan aktivitas fisik yang baik dan menunjang kehidupan yang lebih baik maka diperlukan penyusunan dan  ketreraturan dalam melakukan hal tersebut. Sedangkan rekreasi juga dapat dilakukan dimana saja dan tidak selalu harus mengeluarkan materi, karena dapat dilakukan dirumah ataupun dengan olahraga rekreasi yang dipandang lebih menarik dan hemat, namun tidak mengurangi tujuan utama yang ingin dicapai oleh orang tersebut.
B.  Saran-saran
      Berdasarkan hasil penulisan makalah yang telah dilakukan, penulis berharap dan memberikan saran sebagai berikut:
  1. Bagi siswa atau masyrakat, hendaknya lebih aktif dalam melakukan aktivitas fisik, karena manfaatnya sangant besar untuk kehidupan dan kesehatan.
2.      Bagi guru atau tenaga pendidik, diharapkan mampu membuat rencana program rekreasi yang dikemas lebih menarik agar siswa tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.
3.      Bagi penulis, selanjutnya dapat mengembangkan penulisannya dengan menambah unsur-unsur lain dan menambah wawasan dalam dunia pendidikan.

















DAFTAR PUSTAKA
Aip Syaifuddin. (1990). Belajar Aktif Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Rekreasi. Jakarta: Grasindo.
Faizati Karim. (2002). Panduan Kesehatan Olahraga bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes.
Webster repository.upi.edu/operator/upload/t_por_0907969_chapter2.pdf
WHO, 2010; Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web site, 2008

Monday, June 1, 2015

The dangerous of Space

By. Sulistiyo, Nanda

Space is a dangerous place, not only because of meteors but also because of rays from the sun and other stars. The atmosphere acts as our protective blanket on eart. Light gets through, and this is essential for plants to make the food which we eat. heat, too, makes our environments tolerable and some ultraviolet rays penetrate the atmosphere.

Cosmic rays if various kinds come through the air from outer space, but enermous quantities of radiation from the sun are screened off.

Radiation is a greatest known danger to explorers in space, but their spacesuits or the walls of their spacecraff to prevent a log of radiation damage. We all receive radiation here on eart from the sun, from cosmic rays and from radioactive minerals.

The trouble is that it is extremely difficult to be sure about radiation damage a person may feel well, but the cells of his or her sex organs may be damaged, and this will not be discovered until the birth of deformed children or even grandchildren. There have been a lot of miserable cases resulting from radiation or radioactive dust.