Thursday, November 5, 2015

Peran Olahraga dalam Pembentukan Karakter

Nanda Sulistiyo,M.Or.

Abstrak: Peran Olahraga dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Olahraga merupakan instrumen penting dalam pembentukan karakter bangsa. Melalui olahraga dapat terbentuk perkembangan karakter positif. Karakter dapat terbentuk dalam olahraga melalui peran atlet dan pelatih. Terbentuknya karakter berdasarkan pilar olahraga yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Sehingga dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas, dedikasi, pengorbanan, kerja tim, dan kewarganegaraan yang baik. Sementara nilai-nilai moral yang meliputi kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.

Kata kunci: Olahraga, karakter, sosial, moral

PENDAHULUAN
Perkembangan olahraga di Indonesia dalam perspektif sejarah merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Olahraga bangsa Indonesia dipengaruhi oleh negara-negara Eropa, seperti bangsa Belanda, Jerman, Swedia, dan Austria. Karena itu pula sistem olahraga Jerman, Swedia, dan Austria mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia (Husdarta, 2010).
Gerakan olahraga nasional mengalami babak baru bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental yang telah rusak selama penjajahan kolonia Belanda dan Jepang (Husdarta, 2010: 20). Masyarakat Indonesia mengakui bahwa dalam hidup tidak hanya mengalami pengaruh pikiran dan kemampuan manusia individu saja. Olahraga memberi kesempatan yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira.
Sejalan dengan perkembangan olahraga di Indonesia, untuk dapat mencapai pemahaman dan prestasi yang optimal perlu adanya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam olahraga, teknologi bukan berarti identik dengan pemakaian mesin, tetapi pencapaian hasil yang lebih baik melalui penerapan pengetahuan ilmiah (Rusli Lutan, dkk. 1991). Pengetahuan yang sistematis dan terorganisir tentang fenomena olahraga yang dibangun melalui sebuah sistem penelitian ilmiah yang diperoleh dari medan-medan penyelidikan, akan sangat berperan penting dalam perkembangan olahraga di Indonesia.
Perkembangan olahraga di Indonesia merupakan bagian dari pendidikan. Melalui dunia pendidikan ini olahraga akan membentuk mental dan karakter bangsa. Seiring dengan semboyan yang melekat dalam dunia olahraga yaitu Men Sana in Corpora Sanno. Melalui semboyan di atas tidak hanya semboyan saja yang menjadi nama, akan tetapi benar-benar dapat terwujud tubuh yang kuat dan terdapat jiwa yang sehat. Pepatah tersebut sangat jelas menggambarkan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup baik secara lahir dan batin sehat bugar sangat dibutuhkan. Maka dari itu olahraga memang layak untuk menjadi pilar keselarasan dan keseimbangan hidup sehat dan harmonis.
Olahraga bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkam nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Peran olahraga sangat penting dan strategis dalam konteks pengembangan kualitas sumber daya manusia yang sehat, mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki sifat kompetitif yang tinggi. Selain itu juga penting dalam pengembangan identitas, nasionalisme, dan kemandirian bangsa. Olahraga yang dikelola secara profesional akan mampu mengangkat martabat bangsa dalam dunia internasional. Melalui olahraga ini merupakan pilar penting dalam pembentukan karakter bangsa. Olahraga dapat membangun jiwa fair play, sportivitas, team work, dan nasionalisme. Melalui olahraga inilah dapat diambil nilai-nilai karakter positif yang dapat melatih sikap dan mental kita.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi teori yang diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian ditengah lapangan.
PEMBAHASAN
Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu, oleh karena itu apabila pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Karakter didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dandapat disebut dengan kebiasaan. Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya dan merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam dan hasil dari perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan.
Dari hal di atas dapat di kaji bahwa pikiran harus mendapatkan perhatian serius, dengan memahami cara kerja pikiran, seseorang akan memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting. Kemampuan seseorang dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, maka seseorang juga akan mudah mendapatkan apa yang diinginkannya, yaitu kebahagiaan. Sebaliknya, jika pikiran seseorang lepas kendali sehingga terfokus kepada keburukan dan kejahatan, maka akan terus mendapatkan penderitaan-penderitaan yang disadari maupun tidak. Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka semakin jelas tindakan, kebiasan, dan karakter unik dari masing-masing individu. Setiap individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan (belief system), citra diri (self-image), dan kebiasaan (habit) yang unik. Apabila sistem kepercayaannya benar dan selaras, karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya, apabila sistem kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak baik, dan konsep dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan.
Karakter dalam olahraga merujuk pada sebuah kesatuan karakteristik yang dapat dikembangkan dalam olahraga (pada umumnya mengandung nilai-nilai moral bahwa kita semua menginginkan para atlet untuk mengembangkan karakter yang baik dalam olahraga). Karakter dapat dilihat sebagai sebuah konsep menyeluruh yang memadukan antara fair play dan perilaku positif dalam olahraga dengan dua nilai penting lain yaitu perasaan dan integritas, oleh karena itu karakter dalam olahraga menggabungkan empat nilai yang saling terkait: perasaan, keadilan, perilaku sportif dalam olahraga, dan integritas. Perasaan dalam hal ini berkaitan dengan empati, yaitu sebuah kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain. Pada saat seseorang menggunakan perasaan kepada orang lain, maka akan berusaha untuk memahami sudut pandang atau pendapat-pendapat orang lain. Integritas adalah kemampuan untuk mempertahankan moral dan keadilan seseorang berdampingan dengan keyakinan bahwa seseorang akan bisa memenuhi tujuan moral seseorang. Pada intinya, hal tersebut merupakan kesadaran moral seorang atlet atau pelatih dan merupakan sebuah keyakinan bahwa seseorang akan melakukan hal yang benar dan baik saat dihadapkan dengan sebuah dilema moral.
Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan, menyusun harga diri yang kukuh-kuat, pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, mempunyai kehormatan diri. Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ada beberapa karakter manusia menurut motivasinya:
Achievement Motivation
Popularity Motivation
Power Motivation
Strategi Membentuk Karakter
Menumbuhkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menggunakan strategi sehingga terbentuk karakter yang idealis. Karakter dapat dibangun melalui atlet sendiri dan pelatih. Adapaun strategi membentuk karakter untuk atlet (Adopted from Mango, 2011; Heart of Illinois Conference, 2007).
Penekanan yang tinggi pada karakter
Harapan yang tinggi dari perilaku
Memberikan contoh yang baik
Sportif merupakan suatu keharusan
Akuntabilitas
Pendekatan yang menyeluruh
Menghormati sebuah permainan
Menghormati official
Membuat aktif dalam berbuat dan berkomunikasi
Praktek mengontrol diri
Strategies for Coaches (adopted from Clifford & Feezell, 2009; Lumpkin & Stokowski, 2011)
Menjadi contoh yang baik
Selalu membicarakan tentang masalah apapun
Teratur dalam menggunakan bahasa
Menjunjung sportivitas dalam praktek dan permaianan
Memperkuat sportivitas
Selalu menekankan atlet untuk berpartisipasi dalam latihan dan membuat senang
Menekankah bahwa tujuan latihan menguasai keterampilan olahraga yang digunakan sebagai pelajaran hidup
Membantu setiap atlet mengembangkan dan mencapai semua potensi yang dimiliki.
Mengikuti aturan terbaru dan memperkuat perilaku fairplay dan sportif setiap waktu
Mengajarkan bagaimana belajar dari sebuah kegagalan dan kesuksesan
Sedangkan menurut Stefan Sikone (2006), dalam melaksanakan pembentukan karakter, generasi muda memiliki 3 peran penting yaitu:
Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (charater builder)
Sebagai pemberdaya karakter (character enabler)
Sebagai perekayasa karakter (character engineer)
Perkembangan Olahraga
Olahraga secara harfiah berarti sesuatu yang berhubungan dengan mengolah raga atau dapat dikatakan mengolah fisik. Dari sudut pandang ilmu faal olahraga, olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannnya melakukan olahraga (Santosa, 2005). olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu (Giriwijoyo, 2005).
Ciri utama dalam kegiatan olahraga adalah orentasi fisikal dalam konteks ini seperti aspek motorik, daya tahan, kecepatan, kekuatan dan ketrampilan yang merupakan unsur intern dari kegiatan olahraga misalnya, Wiss, Beirat Deutschen Sportbundes 1985, Mejer 1981 (dalam Husdarta 2010), karena itu kegiatan olahraga itu, selalu menampakan diri dalam wujud nyata kehadiran fisik, peragaan diri secara sadar dan bertujuan, disertai dengan pengunaan alat-alat kongkrit, seperti bola, raket dan lain-lain.
Olahraga  adalah proses pengolahan tubuh dengan gerakan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Olahraga dapat digolongkan dalam beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
Olahraga pendidikan
Olahraga prestasi
Olahraga rekreasi
Olahraga amatir
Olahraga professional
Olahraga penyandang cacat
Berdasarkan UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN), olahraga dibagi menjadi tiga pilar, yaitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Prestasi, dan Olahraga Rekreasi.
Olahraga Pendidikan (Education Sport)
Olahraga Rekreasi (Sport for All)
Olahraga Prestasi (Competitive Sport)
Olahraga dan Karakter
Melalui pencapaian prestasi yang diraih merupakan salah satu perwujudan dari pilar olahraga prestasi. Bahwa pilar keolahragaan nasional terdiri dari tiga pilar yaitu olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi. Melalui ketiga pilar tersebut pembentukan karakter dapat berjalan. United Nations (suatu organisasi non-pemerintah terakreditasi (LSM) di PBB) (2003) juga menyatakan bahwa olahraga merupakan instrumen yang efektif untuk mendidik kaum muda terutama dalam nilai-nilai.
Menurut United Nations sejumlah nilai yang ada dan dapat dipelajari melalui aktivitas olahraga meliputi: cooperation (kerjasama), communication (komunikasi), respect for the rules (menghargai peraturan), problem-solving (memecahkan masalah), understanding (pengertian), connection with others (menjalin hubungan dengan orang lain), leadership (kepemimpinan), respect for others (menghargai orang lain), value of effort (kerja keras), how to win (strategi untuk menang), how to lose (strategi jika kalah), how to manage competition (cara mengatur pertandingan), fairplay (bermain jujur), sharing (berbagi), self-esteem (penghargaan diri), trust (kepercayaan), honesty (kejujuran), self-respect (menghargai diri sendiri), tolerance (toleransi), resilience (kegembiraan dan keuletan), team-work (kerjasama sekelompok), discipline (disiplin) dan confident (percaya diri).
Karakter merupakan sebuah konsep moral yang tersusun dari sejumlah karakteristik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga. Setidaknya terdapat nilai-nilai karakter positif yang dapat terbentuk melalui olahraga, antara lain: rasa kasih sayang, (compassion), keadilan (fairness), sikap sportif (sport-personship), dan integritas (integrity) (Weinberg dan Gould, 2007). Menurut Lumpkin, Stoll & Beller (Beller & Jennifer, 2002: 2)  dalam journal positive character development in school sport programs menyatakan: Two different types of character values exist and are evident in sport: social and moral. Typical social character values include loyalty, dedication, sacrifice, teamwork, and good citizenship (Lumpkin, Stoll & Beller, 2002), while moral values include honesty, fairness, fair play, justice, and responsibility. Social values, which are highly esteemed in our society, are about the real world and how society views the importance of social character. Moral values are first principles, meaning that they stand by themselves; if we violate any one of these, we violate people directly. Social values are positive assets but must be tempered by moral values. A person who has strong social character may have little or no moral character. An individual can be highly dedicated and loyal to an immoral cause. Because sport may foster social values, character development through sport should help athletes learn to weigh a social value against a moral value and then act on that moral value.
Ada dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas, dedikasi, pengorbanan, kerja tim, dan kewarganegaraan yang baik. Sementara nilai-nilai moral yang meliputi kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Nilai-nilai sosial merupakan aset positif tetapi harus selaras dengan nilai-nilai moral. Seseorang yang memiliki karakter sosial yang kuat mungkin memiliki karakter moral sedikit atau tidak ada. Karena olahraga dapat menumbuhkan nilai-nilai sosial, pengembangan karakter melalui olahraga harus membantu atlet untuk  belajar menimbang nilai sosial terhadap nilai moral dan kemudian bertindak pada  nilai moral.
Kesimpulan
Partisipasi dalam olahraga tidak secara otomatis mempunyai efek positif terhadap pembentukan karakter. Pengalaman yang diperoleh melalui olahraga dapat membentuk karakter, tetapi hal ini hanya dapat terjadi apabila lingkungan olahraga diciptakan dan ditujukan untuk mengembangkan karakter. Olahraga dapat membentuk karakter positif hanya jika kondisi-kondisi yang menyokong ke arah positif dipenuhi, misalnya kepemimpinan dan perilaku pelatih yang baik. Dukungan dari pelatih, orang tua, penonton, administrator, maupun dari pemain sendiri sangat dibutuhkan untuk memperoleh manfaat positif dari partisipasi olahraga.
Olahraga mengandung dimensi nilai dan perilaku sportif yang terbukti faktanya. Pertama, sikap sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling mendukung, membantu dan penuh semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama team, saling percaya, berbagi, saling ketergantungan, dan kecakapan membuat keputusan bertindak. Ketiga, sikap dan watak yang senantiasa optimistis, antusias, partisipasif, gembira, dan humoris. Keempat, pengembangan individu yang kreatif, penuh inisiatif, kepemimpinan, kerja keras, kepercayaan diri, dan kepuasan diri. Keunggulan pendidikan olahraga dalam pembentukan karakter terletak pada perlengkapan nilai-nilai ke dalam perilaku. Ada dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral.
Olahraga merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter bangsa. Langkah awal pembentukan karakter ini dimulai dari usia dini dan dilandasi dengan budaya nasional juga dibentuk dengan olahraga yang dilakukan. Maka dari itu, Indonesia dapat disegani di dunia salah satunya dengan membangun karakter bangsa melalui olahraga. Dengan berolahraga, banyak karakter positif yang terbentuk. Mulai dari atlet, pelatih dan masyarakat pelaku olahraga akan memiliki rasa tanggungjawab, rasa hormat, dan memiliki kepedulaian dengan sesama. Nilai Ketekunan, kejujuran, dan keberanian juga diperolah dari aktivitas olahraga. Dengan demikian, karakter yang sudah terbentuk memalui olahraga ini menjadikan icon bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki karakter yang kuat.
REFERENSI
Giriwijoyo, S. (2005). Manusia dan olahraga. Bandung: ITB.
Husdarta. (2010). Sejarah dan filsafat olahraga. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Lumpkin, A. (2009). Modern sports ethics: A reference handbook. Santa Barbara, CA: ABC-CLIO.

Lumpkin, A., & Stokowski, S. (2011). Inter scholastic sports: a character building privilege. Kappa Delta Pi Record, pp. 124-128.

Lumpkin, Stoll & Beller. (2002). Sport ethics: Applications for fair play. St. Louis: Mc-Graw Hill.

Lutan, Rusli, dkk. (1991). Manusia dan olahraga. Bandung: ITB.
Mango, K. (Feb, 2011). Building character through sports. Online: Web plays Mom.

Menpora. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Omar-Fauzee, M.S. etc. (2012). The strategies for character building through sports participation. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 2, No. 3, pp. 48-58.

Sumaryanto.(2008). Upaya pembentukan karakter melalui olahraga. Proceeding Seminar Olahraga Nasional: FIK UNY-Kemenpora RI.

Weinberg, Robert S.; Gould, Daniel, (2007). Foundation of sport and exercise psychology. 4th edition. Champaign, II.: Human Kinestics Publishers, Inc.