BAB I
PENDAHULUAN
Tugas
pokok guru adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pelayanan pada masyarakat.
Penelitian yang merupakan salah satu tugas guru tersebut
secara esensial merupakan aktivitas untuk mengembangkan teori atau cara yang dapat digunakan untuk memahami
hakikat alam. Hakikat alam yang dimaksud, adalah masalah-masalah
yang terkait dengan kehidupan. Pemecahan masalah kehidupan memang memerlukan teori yang
seyogyanya teruji keunggulannya. Walaupun suatu teori
senantiasa bersifat tentatif, namun dalam jangka pendek suatu teori hendaknya mampu menunjukkan deskripsi atau
preskripsi yang bersifat mencerahkan. Untuk
mencapai
maksud dan tujuan tersebut, aktivitas penelitian mutlak diperlukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode
Penelitian Eksperimen
Metode eksperimen merupakan bagian dari
metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya
kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan
desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel
lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara
ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu
variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan
salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari
penelitian-penelitian lain.
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009)
mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang
sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel
eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Suharsimi Arikunto
(2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
a. Karakteristik Penelitian
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik
penelitian eksperimental:
1.
Manipulasi,
dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai
sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh
perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2.
Pengendalian,
dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai
dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau
membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variabel.
3.
Pengamatan,
dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada
pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel
lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
b. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian eksperimental pada
dasarnya sama dengan penelitian lain, yakni; memilih dan merumuskan masalah,
memilih subyek dan instrumen pengukuran, memilih desain penelitian,
melaksanakan prosedur, menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan.
c. Validitas
Suatu eksperimen dikatakan valid jika
hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan
jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting
eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni
faktor internal dan eksternal.
- Validitas Internal
Validitas
ini mengacu pada kondisi bahwa perbedaan yang diamati pada variabel bebas
adalah suatu hasil langsung dari variabel beas yang dimanipulasi dan bukan dari
variabel lain.
- Validitas Eksternal
Validitas
ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan
kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke
populasi yang lain pada waktu dan kondisi yang lain.
- Desain Penelitian Eksperimental
1.
Pengontrolan Variabel Luar
2.
Pemadanan, yaitu suatu teknik untuk
penyamaan kelompok pada satu atau lebih variabel yang telah diidentifikasi
peneliti sebagai berhubungan dengan performansi pada variabel terikat
(Emzir:2009)
3.
Perbandingan Kelompok atau Subkelompok
Homogen
4.
Penggunaan Subjek sebagai pengendalian
diri mereka sendiri
5.
Analisis Kovarian, yaitu suatu metode
statistik untuk penyamaan kelompok yang dibentuk secara random pada satu atau
lebih variabel terkontrol.
- Jenis-Jenis Desain Penelitian Eksperimental
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009)
mengemukakan kriteria-kriteria untuk suatu desain penelitian eksperimental yang
baik, diantaranya;
1.
Kontrol eksperimental yang memadai
2.
Mengurangi artifisialitas (dalam
merealisasikan suatu hasil eksperimen ke non-eksperimen)
3.
Dasar untuk perbandingan dalam
menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
4.
Informasi yang memadai dari data yang
akan diambil untuk memutuskan hipotesis
5.
Data yang diambil tidak terkontaminasi
dan memadai dan mencerminkan pengaruh
B.
Metode
Penelitian Pengembangan
Metode Penelitian Pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu
: (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk.
Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
1. Model pengembangan
Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model
pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model
teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan
langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual
adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk,
menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan hubungan antar komponen yang
akan dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka
berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data
empirik.
Dalam model pengembangan, peneliti
memperhatikan 3 hal:
a. Menggambarkan Struktur Model yang digunakan secara singkat, sebagai dasar
pengembangan produk.
b. Apabila model yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka
perlu dijelaskan alasan memilih model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan
kekuatan serta kelemahan model dibanding model aslinya.
c. Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan
mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam
pengembangan.
2. Prosedur penelitian pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan akan
memaparkan prosedur yang ditempuh oleh peneliti/pengembang dalam membuat
produk. Prosedur
pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen
rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, peneliti menyebutkan
sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara
analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan
menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem.
Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall, dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 5
langkah utama:
a. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan
b. Mengembangkan produk awal
c. Validasi ahli dan revisi
d. Ujicoba lapangan skala kecil dan revisi produk
e. Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir
3. Uji Coba Model Atau Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang
sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan
produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah
produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga
melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Uji coba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas
dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field
Testing). Dengan uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan
betul-betul teruji secara empiris.
1. Desain Uji Coba
Ada 3 tahapan dalam uji coba produk:
a.
Uji ahli atau
Validasi, dilakukan dengan responden para ahli perancangan model atau produk.
Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk
perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement atau Teknik
Delphi.
b. Analisis konseptual
c. Revisi I
d. Uji Coba Kelompok Kecil, atau Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok
kecil sebagai pengguna produk.
e. Revisi II
f. Uji Coba Lapangan (field
testing)
g. Telaah Uji Lapangan
h. Revisi III
i. Produk Akhir dan Diseminasi
2. Subyek Uji Coba.
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat dari jumlah dan cara
memilih sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih sampel.
a. Penentuan sampel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup
dan tapan penelitian pengembangan.
b. Sampel hendaknya representatif, terkait dengan jenis
produk yang akan dikembangkan, terdiri atas tenaga ahli dalam bidang studi,
ahli perancangan produk, dan sasaran pemakai produk.
c. Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba tahap awal (preliminary
field test)
3. Jenis Data
Dalam uji coba, data digunakan sebagai
dasar untuk menentukan keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang
dihasilkan. Jenis data yang akan dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi
yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Bisa terjadi data yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan
masalah yang terkait dengan keefektifan dan efisiensi, atau data tentang daya
tarik produk yang dihasilkan.
Paparan data hendaknya dikaitkan dengan
desain penelitian dan subyek uji coba tertentu. Data mengenai kecermatan isi
dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi, kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam
Uji Ahli, data yang terungkap antara lain ketepatan substansi, ketepatan metode,
ketapatan desain produk, dan sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data dan
Instrumen
Dalam pengumpulan data dapat digunakan
berbagai teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan dengan
karakteristik data yang akan dikumpulkan dan responden penelitian.
a.
Teknik pengumpulan
data seperti observasi, wawancara, dan kuesioner.
b.
Pengumpulan data dapat
menggunakan Instrumen yang sudah ada. Untuk ini perlu kejelasan mengenai
karateristik instrumen, mencakup kesahihan (validitas), kehandalan
(reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk mengukur apa.
c.
Instrumen dapat
dikembangkan sendiri oleh oleh peneliti, oleh karena itu perlu kejelasan
prosedur pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitas.
5. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan
jenis data dikumpulkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis
data:
a.
Analisis data mencakup
prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan,
atau grafik.
b.
Data diklasifikasikan
berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan.
c.
Data dianalisis secara
deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d.
Penyajian hasil
analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual, dengan tanpa interpretasi
pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.
e.
Dalam analisis data
penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan produk yang akan
dikembangkan.
f.
Laporan atau sajian
harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan
konsumen, atau calon pemakai produk.
6. Penyajian Hasil Pengembangan
Penyajian data hasil uji coba hendaknya
komunikatif, sesuai dengan jenis dan karakteristik produk dan calon konsumen
pemakai produk. Penyajian yang komunikatif akan membantu konsumen/ pengguna
produk dalam mencerna informasi yang disajikan, dan menumbuhkan ketertarikan
untuk menggunakan model atau produk hasil pengembangan.
7. Revisi produk
a.
Simpulan yang ditarik dari hasil analisis data uji coba
menjelaskan produk yang diujicobakan sebagai dasar pengam-bilan keputusan
apakah model atau produk yang dihasilkan perlu direvisi atau tidak.
b.
Pengampilan keputusan untuk mengadakan revisi model atau
produk perlu disertai dengan dukungan/ pembenaran bahwa setelah direvisi model
atau produk itu akan lebih baik, lebih efektif, efisien, lebih menraik, dan
lebih mudah bagi pemakai.
c.
Komponen-komponen yang perlu dan akan direvisi hendaknya
dikemukakan secara jelas dan rinci.
8. Expert Judgement
Expert Judgement atau Pertimbangan Ahli dilakukan melalui: (1) Diskusi Kelompok (group
discussion), dan (2) Teknik Delphi.
a. Group discussion, adalah sutau proses
diskusi yang melibatkan para pakar (ahli) untuk mengidentifikasi masalah
analisis penyebab masalah, menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan
mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi kelompok terjadi curah pendapat (brain
storming) diantara para ahli dalam perancangan model atau produk. Mereka
mengutarakan pendapatnya sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
b. Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara para
pakar melalui pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi
dalam Uji-Ahli dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut :
1) Problem
identification and specification. Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah
yang berkembang di lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang melatar
belakangi, atau permasalahan yang dihadapi yang harus segera perlu
penyelesaian.
2) Personal
identification and selection. Berdasarkan bidang permasalahan dan isu
yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orang yang
ahli, manaruh perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan
ketercapaian tujuan. Jumlah responden paling tidak sesuai dengan sub permasalahan,
tingkat kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya.
3) Questionaire Design. Peneliti menyusun
butirbutir instrumen berdasarkan variabel yang diamati atau permasalahan yang
akan diselesaikan. Butir instrumen hendaknya memenuhi validitas isinya (content
validity). Pertanyaan dalam bentuk open-endedquestion, kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik.
4) Sending questioner
and analisis responded for first round. Peneliti mengirimkan kuesioner pada putaran
pertama kepada responden, selanjutnya meriview
instrumen dan menganalisis
jawaban instrumen yang telah dikembalikan.
Analisis dilakukan denganmengelompokkan jawaban yang serupa. Berdasarkan hasil
analisis, peneliti merevisi instrument.
5) Development of
subsequent Questionaires. Kuesioner hasil review pada putaran pertama dikembangkan
dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil
revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami kesulitan
dan keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi kepada
responden. Dalam teknik delphi biasanya digunakan hingga 3-5 putaran,
tergantung dari keluasan dan kekomplekan permasalahan sampai dengan tercapainya
konsensus.
6) Organization of
Group Meetings. Peneliti mengundang responden untuk melakukan diskusi panel,
untuk klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Disinilah argumentasi dan
debat bisa terjadi untuk mencapai consensus dalam memberikan jawaban tentang
rancangan face-to-face contact, peneliti dapat menanyakan secara rinci mengenai respon yang telah
diberikan. Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat dikatakan baik apabila
dicapai minimal 70% konsensus.
7) Prepare final
report. Peneliti perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil
yang dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu diujicoba di
lapangan dengan responden yang akan memakai model atau produk dalam jumlah yang
jauh lebih besar.
9. Karakteristik Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan dalam rangka
peningkatan kualitas pembelajaran
memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1.
Masalah yang ingin dipecahkan adalah
masalah nyata yang berkaitan dengan upaya
inovatif
atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya
terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan
model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan
pencapaian kompetensi siswa.
3. Proses
pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu
dilakukan sehingga produk yang dihasilkan
bermanfaat
untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan
tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga
dapat dipertanggung jawabkan secara akademik.
4.
Proses pengembangan model, pendekatan,
modul, metode, dan media pembelajaran
perlu
didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan
originalitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Borg, W.R. and
Gall, M.D. (1983). Educational Research: An Introduction. London:
Longman, Inc.
Domu,
Ichdar. 2009. Bahan Kuliah Metodologi
Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri
Manado.
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan,
Kuantitatif dan Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metodologi
Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung.
Wierma W., 1995, Research Methods
in Education: An Introduction,
Allyn and Bacon, Boston.