Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan didalam
proses belajar mengajar . Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai
dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat
mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah
sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami
prinisp-prinsip belajar itu. Pentingnya guru memahami prinsip dari
teori belajar menurut Lindgren dalam Toeti Sukamto (1992: 14 )
mempunyai alasan sebagai berikut :
Teori belajar ini membantu guru untuk memahami proses belajar yang terjadi di dalam diri siswa,
Dengan kondisi ini guru dapat mengerti kandisi0kondisi dan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar;
Teori ini memungkinkan guru melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan suatu aktifitas belajar;
Teori belajar merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang
proses belajar yang telah diuji kebenarannya melalui experimen dan
penelitian. Dengan mempelajari teori belajar pengertian seseorang
tentang bagaimana terjadinya proses belajar akan meningkat , Oleh
karenanya sangatlah penting bagi seorang guru untuk memiliki pengetahuan
tentang prinsip-prinsip dari berbagai teori belajar.
Ada banyak teori-teori belajar , setiap teori memiliki konsep atau
prinsip sendiri tentang belajar. Berdasarkan berbedaan sudat pandang ini
maka teori belajar tersebut dapat dikelompokan. Teori belajar yang
terkemuka diabad 20 ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu
kelompok teori bahaviorisme dan kelompok teori kognitivisme. (Arif
Sukadi,1987)
Menurut kelompok teori behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan
pengalaman-pengalamn belajar. Belajar adalah proses perubahan
tingkahlaku yang terjadi karena adanya stimuli dan respon yang dapat
diamati. Menurut teori ini manupulasi lingkungan sangat penting agar
dapat diperoleh perubahan tingkah laku yang diharapkan . Teori
behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu
tingkah laku, tidak memperhatikan apa yang terjadi didalam fikiran
manusia. Para ahli pendidikan menganjurkan untuk menerapkan prinsip
penguatan (reinforcement) untuk mengidentifikasi aspek situasi
pendidikan yang penting dan mengatur kondisi pembelajaran sedemikian
rupa sehingga siswa berhasil mencapai tujuan. Dalam menerapkan teori ini
yang terpenting adalah guru harus memahami karakteristik si belajar
dan karakteristik lingkungan belajar agat tingkat keberhasilan siswa
selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Tuntutan dari teori ini
adalah pentingnya merumuskan tujuan belajar secara jelas dan spesifik
supaya mudah dicapai dan diukur.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak diterapkan didunia
pendidikan meliputi (Hartley & Davies, 1978 dalam Toeti S. 1992:23) :
Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila siswa ikut dengan aktif didalamnya
Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya siswa dapat
dengan mudah mempelajarinya dan dapat memberikan respon tertentu;
Tiap-tiap respon harus diberi umpan balik secara langsung supaya siswa
dapat mengetahui apakah respon yang diberikannya telah benar;
Setiap kali siswa memberikan respon yang benar maka ia perlu diberi penguatan.
Prinsip-prinsip bihaviorisme diatas telah banyak digunakan dan
diterapkan dalam berbagai program pendidikan. Misalnya dalam pengajaran
berprogram dan prinsip belajar tuntas (mastery learning). Dalam
pengajaran berprogram materi pelajaran disajikan dalam bentuk unit-unit
terkecil yang mudah dipelajari siswa, bila setiap unit selesai siswa
akan mendapatkan umpanbalik secara langsung. Sedangkan dalam mastery
learing materi dipecah perunit, dimana siswa tidak dapat pindah keunit
di atasnya bila belum menguasai unit yang dibawahnya.
Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah
pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh
pemahaman. Dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan dan perubahan tingkahlaku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir
internal yang terjadi selama proses belajar.
Prinsip-prinsip teori kognitifisme; menurut teori kognitivisme, belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa
bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan kontek situasi
secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori
perkembangan Piaget, teori kognitif Bruner, teori belajar bermakna
Ausebel dll.
Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik
yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan
sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang
akan semakin komplek dan ini memungkinkan kemampuannya meningkat (Traves
dalam Toeti 1992:28). Oleh karena itu proses belajar seseorang akan
mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya.
Perjenjangan ini bersifat hierarkis yaitu melalui tahap-tahap tertentu
sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu diluar
kemampuan kognitifnya. Ada empat tahap perkembangan kognitif anak yaitu
Tahap sensorikmotorik yang bersifat internal ( 0-2 tahun)
Tahap preoperasional (2-6 tahun )
Tahap operasional konkrit (6-12 tahun)
Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun)
Teori kognitif Bruner
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap pertama
adalah tahap enaktif, dimana siswa melakukan aktifitas-aktifitasnya
dalam usahanya memahami lingkungan. Tahap kedua adalah tahap ikonik
dimana ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
Tahap ketiga adalah tahap simbolik, dimana ia mempunyai gagasan-gagasan
abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi
dilkukan dengan pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol
ini samakin dominan.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak
mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus
ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan
perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan
mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam
dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang
sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi
disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar
yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu
kesimpulan. (discovery learning)
Teori belajar bermakna menurut Ausubel
Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, dimana materi yang dipelajari
diasimilasikan secara non-arbitrari dan berhubungan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Menurut Reilly & Lewis, (1983) ada
dua persyaratan untuk membuat materi pelajaran bermakna yaitu
Pilih materi yang secara potensial bermakna lalu diatur sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu;
Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna;
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan
dalam proses belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut :
mengukur kesiapan mahasiswa seperti minat, kemampuan dan struktur
kognitifnya melalui tes awal, interview, review , pertanyaan-pertanyaan
dan lain-lain tehnik;
memilih materi-materi kunci lalu penyajiannya diatur dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial;
mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari materi baru itu;
menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari,
memakai advan organizers;
mengajar mahasiswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada
Menurut Hartley & Davies (1978), Prinsip-prinsip kognitifisme dari
beberapa contoh diatas banyak diterapkan dalam dunia pendidikan
khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut adalah
Mahasiswa akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu;
Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit.
Untuk dapat melakukan tugas dengan baik mahasiswa harus lebih tahu
tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana;
Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian.
Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa
sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah
diketahui sebelumnya;
Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor
ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi
kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan
lain-lain. (dalam Toeti Soekamto 1992:36)
Prinsip-prinsip (teori) Pembelajaran
Berbeda dengan teori belajar maka teori pembelajaran persifat
preskriptif. Teori pembelajaran berusaha merumuskan cara-cara untuk
membuat orang dapat belajar dengan baik. Ia tidak semata-mata merupakan
penerapan dari teori atau prinsip-prinsip belajar walaupun berhubungan
dengan proses belajar.
Dalam teori pembelajaran dibicarakan tentang prinsip-prinsip yang
dipakai untuk memecahkan masalah-masalah praktis di dalam pembelajaran
dan bagaimana menyelesaikan masalah yang terdapat dalam pembelajaran
sehari hari. (Snelbaker,) Teori pembelajaran tidak saja berbicara
tentang bagaimana manusia belajar tetapi juga mempertimbangkan hal-hal
lain yang mempengaruhi manusia secara psycologis, biografis,
antropologis dan sosiologis. Tekanan utama teori ini adalah prosedur
yang telah terbukti berhasil meningkatakan kualitas pembelajaran yaitu ;
Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang
merubah stimuli yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah
informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam
bentuk ingatan jangka panjang. Hasil-hasil belajar ini memberikan
kemampuan melakukan berbagai penampilan;
Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikatagorikan sebagai a. bersifat praktis dan teoritis.
Kejadian-kejadian di dalam pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar
dapat di kelompokkan ke dalam kategori umum, tanpa memperhatikan hasil
belajar yang diharapkan. Namun tiap-tiap hasil belajar memerukan
adanya kejadian-kejadian khusus untuk dapat terbentuk. (Gagne 1985 : )
Dari uraian di atas tampak bahwa teori pembelajaran merupakan suatu
kumpulan prinsip-prinsip yang terintegrasi dan memberikan preskripsi
untuk mengatur situasi agar siswa mudah mencapai tujuan belajar.
Prinsip-prinsip pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran
tatapmuka dikelas maupun tidak seperti pembelajaran jarak jauh,
terprogram dll. Teori pembelajaran juga memberi arahan dalam memilih
metode pengajaran yang mana yang paling tepat untuk suatu pembelajaran
tertentu. Sehubungan dengan itu berdasarkan teori yang mendasarinya
yaitu teori psikologi dan teori belajar maka teori pembelajaran ini
dapat dibagi ke dalam lima kelompok yaitu
Pendekatan modifikasi tingkahlaku; teori pembelajaran ini menganjurkan
agar para guru menerapkan prinsip penguatan (reinforcment) untuk
mengidentifikasi aspek situasi pendidikan yang penting dan mengatur
kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan siswa dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru sangat penting untuk mengenal
karakteristik siswa dan karakteristik situasi belajar sehingga guru
dapat mengetahui setiap kemajuan belajar yang diperoleh siswa.
Teori Pembelajaran Konstruk Kognitif; teori ini diturunkan dari
prinsip/teori belajar kognitifisme. Menurut teori ini prinsip
pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal siswa yang
terjadi selama pengalaman belajar diberikan di dikelas. Pengalaman
belajar yang diberikan oleh siswa harus bersifat penemuan yang
memungkinkan siswa dapat memperoleh informasi dan ketrampilan baru dari
pelajaran sebelumnya .(Bruner…)
Teori pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip belajar;
Dari berbagai teori belajar yang ada, Bulgelski (dalam Snelbecer : )
mengidentifikasi beberapa puluh prinsip kemudian dipadatkan menjadi
empat prinsip dasar yang dapat diterapkan oleh para guru dalam
melaksanakan tugas mengajar. Ke empat prinsip dasar tersebut adalah
Untuk belajar siswa harus mempunyai perhatian dan responsif terhadap
materi yang akan diajarkan. Jadi materi pembelajaran harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian si belajar.
Semua proses belajar memerlukan waktu, dan untuk suatu waktu tertentu
hanya dapat dipelajari sejumlah materi yang sangat terbatas.
Di dalam diri orang yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat
pengatur internal yang dapat mengotron motivasi serta menentukan sejauh
mana dan dalam bentuk apa seseorang bertindak dalam suatu situasi
tertentu.
Pengetahuan tentang hasil yang diperoleh di dalam proses belajar
merupakan faktor penting sebagai pengontrol. Disini ditekankan juga
perlunya kesamaan antara situasi belajar dengan pengalaman-pengalaman
yang sesuai dengan kehidupan nyata.
Teori Pembelajaran berdasarkan analisis tugas; teori pembelajaran yang
ada diperoleh dari berbagai penelitian dilaboratorium dan ini dapat
diterapkan dalam situasi persekolahan namun hasil penerapannya tidak
selalui memuaskan oleh karena itu sangat penting untuk mengadakan
analisis tugas (task analysis) secara sistematis mengenai tugas-tugas
pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa, yang kemudian
disusun secara hierarkis dan diurutkan sedemikian rupa tergantung dari
tujuan yang ingin dicapai.
Teori Pembelajaran berdasarkan Psikologi Humanistik; teori pembelajaran
ini sangat menganggap penting teori pembalajaran dan psikoterapi dari
suatu teori belajar. Prinsip yang harus diterapkan adalah bahwa guru
harus memperhatikan pengalaman emosional dan karakteristik khusus siswa
seperti aktualisasi diri siswa. Dengan memahami hal ini dapat dibuat
pilihan-pilihan kearah mana siswa akan berkembang.
Agar belajar bermakna inisiatif siswa harus dimunculkan dengan kata lain
siswa harus selalu dilibatkan dalam proses belajar mengajar.
Pengajaran yang cocok untuk hal ini adalah dengan pengajaran
eksperimental. (Toeti S. 1992:47)
No comments:
Post a Comment