BAB
I
PENDAHULUAN
Performa atau kinerja tubuh yang sehat dan bugar
akan sangat mempengaruhi pada aktivitas fisik sehari-hari seseorang. Mulai dari
terjaganya imunitas tubuh, tekanan darah yang normal, kepercayaan diri yang
tumbuh dari kondisi fisik yang bugar juga akan menambah motivasi seseorang
untuk beraktivitas. Kondisi demikian sangat dipengaruhi oleh pola hidup
seseorang dalam mengatur pemakaian waktu kesehariannya. Pekerjaan yang banyak
terkadang sangat menyita perhatian, bahkan sampai mengesampingkan kebugaran dan
kesehatan karena terlalu sibuk dengan banyaknya aktivitas yang dijalaninya
sehingga seperti kebutuhan refreshing,
berolahraga, dan mengkontrol makanan yang dikonsumsi kurang diperhatikan.
Tetapi saat ini pola hidup masyarakat pun sudah
berubah semenjak banyaknya ketidak nyamanan dalam tubuh yang sering sakit,
kondisi fisik yang kurang sesuai dengan harapannya yang disebabkan pola hidup
yang tidak berimbang antara aktivitas didalam pekerjaan dan kebutuhan fisik
mereka. Kini masyarakat banyak yang melakukan olahraga untuk mengimbangi
aktivitas fisik keseharian mereka agar mendapatkan kondisi fisik yang sesuai
harapan mereka dan memilik kebugaran untuk menjalani aktivitas mereka
sehari-hari.
Pada dasarnya olahraga adalah suatu aktivitas fisik
yang terukur, tercatat dan terprogram yang didalamnya ada pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar tetap sehat
dan bugar sepanjang hari. Maka, olahraga kini
sudah menjadi kebutuhan masyarakat secara luas. Terbukti dari bertumbuhnya
pusat-pusat olahraga serta dipenuhinya ruang-ruang publik pada hari libur oleh
masyarakat yang berolahraga. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga bukan hanya
sekedar kebutuhan, namun sudah menjadi gaya hidup.
Pada umumnya mereka melakukan olahraga untuk menjaga
kebugaran tubuh serta menjaga kesehatan, akan tetapi tidak sedikit juga mereka
yang melakukannya karena hobi atau mengejar prestasi. Contohnya seorang ibu-ibu
rumah tangga mengikuti senam aerobik agar memiliki tubuh yang langsing dan
penampilannya yang lebih segar atau seorang pegawai kantoran memilih
berolahraga futsal setelah jam kantor atau hari libur untuk menghilangkan penat
dan menjaga kebugarannya untuk tampil lebih bugar saat menghadapi pekerjaannya.
Contoh lain bagi seorang atlet yang mempunyai target untuk berprestasi pasti
akan berusaha agar performa atau kinerjanya selama berlatih itu meningkat dan
dapat membuahkan hasil prestasi yang memuaskan pada saat mereka akan
bertanding. Itu pun tidak hanya diri mereka saja yang mengatur pola hidupnya,
namun ada program yang selalu menyertai aktivitas keseharian para atlet seperti
program diet, program pelatihan fisik, pelatihan psikis pra-tanding, dan
program-program lainnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Aktivitas Fisik dan
Performa
Aktivitas fisik menurut Atep Afi Hidayat
(2011) adalah bergerak dinamis, berolahraga yang teratur. Menurut Wira (2011) aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan
fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari. (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI: 2006).
Pengertian kata performa, dalam bahasa
Inggris adalah performance, dalam
kata lain didalam bahasa Indonesia adalah kinerja. Konsep kinerja atau performa
pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja perindividu dan
kinerja organisasi. Mengutip dari Muhamad Fad (2010: 35) Kinerja adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi,
dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut.
Menurut Sjafri
Mangkuprawira (2007) performance
atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya
pencapaian tujuan, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral
atau etika.
Menurut Brian J. Sharkey, Phd
(2003:4-5). Ahli epidemiologi meneliti populasi untuk menentukan hubungan
antara kebiasaan, seperti aktivitas fisik, dan keberadaan penyakit tertentu.
Para peneliti berpegang pada morbiditas (atau penyakit) dan mortabilitas (atau
kematian). Penelitian dapat bersifat retrospektif, melihat ke kebiasaan lampau,
cross-sectional,melihat kepotongan kronologis atau segmen usia populasi; atau
prospektif, mengikuti kelompok di masa depan. Malangnya, tidak ada bentuk
penelitian yang bebas dari masalah. Penelitian retrospektif sering disulitkan
oleh kurangnya informasi yang solid mengenai aktivitas, kebugaran dan kebiasaan
sehat lainnya dimasa lampau, sedangkan penelitian prospektif menghadapi masalah
kebiasaan yang berubah-ubah atau dihentikan. Kebanyakan penelitian dirintangi
oleh masalah akses kecacatan medis, atau kepercayaan, tapi masalah utamanya
adalah pemilihan subyek. Kritik dilontarkan bahwa subyek harus aktif karena
sehat, bukan sehat karena aktif. Karena pemilihan subyek mengacaukan hasil
penelitian retrospektif dan cross-sectional, hanya penelitian prospektif yang
terkontrol baik, yang melibatkan penentuan subyek secara acak, pada tingkat
aktif (atau tidak aktif) yang memungkinkan kesimpulansebab dan akibat. Karena
penelitian ini sulit untuk dijalankan dan mungkin tidak etis (ketidak-aktifan
membahayakan kesehatan anda), bukti mutlak dari nilai aktivitas dan kebugaran
mungkin tidak dapat dikumpulkan. Namun, jika sejumlah besar penelitian
mendukung keuntungan kesehatan dari aktivitas, dan jika resikonya minim,
kelihatannya beralasan untuk menyarankan tindakan yang bijaksana.
B. Kebugaran Tubuh
Kebugaran tubuh adalah suatu kondisi
seseorang dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang
berlebihan, serta memiliki cadangan kemampuan. Kondisi kebugaran seseorang
merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatannya. Menurut Nani
Cahyani Sudarsono (2008). Kebugaran tubuh
itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu kebugaran secara aerobik dan non aerobik.
Menurut Brian J. Sharkey, Phd
(2003:72). Kebugaran aerobik berarti “daya tahan” atau “stamina” yang
menggambarkan kemampuan, bagian yang diwarisi dan bagian yang dilatih, untuk
mempertahankan usaha yang keras dan lama. Orang yang mengejar kebugaran mendapat lebih
banyak dari sekedar kesehatan yang meningkat dan prestasi. Bagi kebanyakan
orang, proses tersebut menjadi lebih penting daripada tujuan, yang menghasilkan
disiplin, tantangan, dan waktu untuk mewujudkannya.
Kebugaran aerobik,
didefinisikan sebagai kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan, dan
menggunakan oksigen , sebaiknya diukur dalam tes laboratorium yang disebut
maksimal pemasukan oksigen. Tes tersebut,yang menentukan intensitas latihan
tertinggi yang dapat dilakukan, membutuhkan treadmill atau alat lainya; sistem
pengukuran metabolisme untuk mengukur oksigen, karbondioksida, dan volume udara
yang dikeluarkan.
Setelah melakukan pemanasan
singkat, subyek memulai tes dengan menggunakan masker untuk menyalurkan udara
yang dikeluarkan ke dalam alat analisa. Tes terdiri dari berjalan kaki pada
treadmill, yang diprogram untuk bertambah cepat setiap satu atau dua menit.
Pemasukan oksigen dihitung setiap menit saat tes berlangsung menuju usaha
maksimal. Tes dihentikan bila tingkat pemasukan oksigen turun walaupun
kecepatan treadmill bertambah, atau bila subyek tidak lagi dapat mengikuti
treadmill. Kadaroksigen tertinggi yang dapat dicapai disebut dengan maksimal
pemasukan oksigen atau kebugaran aerobik (Brian J. Sharkey, Phd, 2003:74).
pada
seorang yang mempunyai kebugaran jantung dan paru yang baik, berbagai sistem
dalam tubuhnya mampu mengambil oksigen dari udara secara optimal,
mendistribusikannya ke seluruh tubuh dan memanfaatkannya sesuai dengan
kebutuhan tubuh pada saat tersebut. Oksigen diambil dari udara oleh paru-paru,
selanjutnya jantung dan pembuluh darah mendistribusikannya ke seluruh tubuh. Di
bagian tubuh yang memerlukan, sel dari jaringan memanfaatkan oksigen melalui
jalur metabolisme yang disebut sebagai jalur metabolisme aerobik.
Salah satu tanda kebugaran jantung-paru
yang baik adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan aktivitas harian dalam
jangka waktu yang lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, serta
kemampuan untuk segera pulih setelah melakukan suatu aktivitas fisik. Komponen
berikutnya dari kebugaran adalah kebugaran otot, yang terdiri dari kekuatan
otot dan daya tahan otot. Kemampuan otot mendukung kegiatan jasmani ditentukan
oleh efisiensi pengaturan oleh sistem saraf serta mekanisme seluler yang
bekerja di dalam otot. Pada otot yang bugar, energi yang dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan jasmani lebih rendah karena otot bekerja lebih efisien,
sehingga otot dapat tampil lebih kuat dan mempertahankan kerjanya dalam waktu
yang lebih lama. Kondisi seperti ini yang dinamakan dengan performa tubuh yang
bugar untuk menjadikan aktivitas keseharian menjadi lancar dan lebih ringan
untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan.
Untuk melakukan zona latihan
dalam mendapatkan kebugaran aerobik, bisa dilakukan dengan berbagai cara yang
salah satunya dengan menggunakan baju untuk latihan, lakukan pemanasan dan
mulai melangkah dengan kecepatan berjalan kaki. Tambahkan kecepatan sedikitnya
setiap satu menit, mulai dari berjalan perlahan hingga berjalan cepat.
Kira-kira 5 mil per jam mulai lari perlahan. Terus tingkatkan kecepatan secara
bertahap hingga kita merasa tidak nyaman,nafas menjadi sukar. Pada titik ini,
latihan menjadi aerobik, yang berarti adanya “oksigen”. Enrgi timbul dari
pembakaran lemak dan karbohidrat. Jika latihan terus ditingkatkan
intensitasnya, otot akan mulai menghasilkan energi secara non-aerobik, atau
tanpa pembakaran , yang melibatkan usaha yang intensif dalam durasi yang pendek
dan akumulasi asam laktat dalam otot dan darah.
Asam laktat adalah pembawa
energi dan produk samping metabolisme dari usaha yang intensif. Akumulasi asam
ini merupakan tanda bahwa energi yang digunakan lebih cepat dari yang dapat
dihasilkan secara aerobik. Asam laktat yang berlebihan mengganggu kontraksi
otot dan kapabilitas metabolisme. Asam laktat dan tingginya tingkat
karbondioksida yang dihasilkan dalam usaha yang berat dikaitkan dengan
kesukaran bernafas, kelelahan dan ketidaknyamanan. Latihan aerobik dapat
didefinisikan sebagai latihan dibawah titik dimana kadar asam laktat darah naik
dengan cepat, dibawah ambang laktat.
C. Performa Atlet dalam
Ketercapaian Prestasi
Prestasi yang diperoleh atlet sebagai
duta olahraga disebuah negara merupakan gambaran prestasi dan prestise suatu negara
itu sendiri. Untuk memperoleh prestasi tersebut, perlu adanya sinergi kerja
yang ekstra keras serta komitmen para pelatih, atlet, pembina serta kerja sama
yang solid dengan instansi lain dan elemen masyarakat yang peduli terhadap
kemajuan dan perkembangan prestasi olahrga di sebuah negara. Peran serta
instansi pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota, serta keterlibatan
pengcab-pengcab, sangat diharapkan dalam mendukung atlet potensial pada saat
ini dan saat yang akan datang. Bentuk sinergisitas dari beberapa komponen
pendukung tersebut adalah bentuk kinerja atau
performa dari kelompok yang menginginkan tercapainya sebuah prestasi
olahraga.
Menurut Norman Gledhill (1994), kinerja tinggi dari sebuah sistem olahraga
terdiri dari program pelatihan dan kompetitif atlet, bersama dengan dukungan
personil yang bekerjasama dengan para atlet seperti pelatih, administrator,
ilmuwan olahraga, dan profesional medis dan paramedis. Sistem yang mendukung
kinerja ini termasuk ahli fisiologi olahraga yang bekerja untuk meningkatkan
latihan para atlet dan memantau kebugaran mereka, ahli biomekanik olahraga yang
memberikan masukan untuk atlet dan pelatih pada teknik-teknik yang akan
dilakukan, seperti sudut tinggal landas ideal untuk memaksimalkan produksi gaya,
fisiologi olahraga yang bekerja untuk mengoptimalkan kesiapan mental dan ahli
gizi yang memberikan informasi tentang diet yang optimal.
Sebuah contoh yang spesifik dari
dukungan ilmu olahraga dalam sistem kinerja tinggi cabang olahraga adalah
penilaian fisiologis atlet dalam komponen-komponen kebugarannya. karena hal ini
penting untuk performa yang ingin dicapai dalam olahraga yang mereka pilih.
Informasi ini digunakan sebagai data dasar untuk merancang program pelatihan
dan mengevaluasi efektivitas program tersebut. Dengan adanya penilaian
fisiologis atlet ini diharapkan baik atlet maupun pelatih memiliki pemahaman
yang lebih baik terhadap olahraga mereka. Kegunaan penilaian ini sangat
tergantung pada validitas dan reliabilitas tes yang digunakan. Item tes harus
relevan dengan olahraga yang dijalani, pengukuran komponen kebugaran yang dapat
membatasi performa atau kinerja atlet sendiri dan tes tersebut harus sesuai
dengan proses kerja yang aktual dalam
olahraga tersebut. Seperti tes daya ledak otot untuk atlet angkat berat, tes
ketahanan kardiovaskuler untuk atlet lari jarak jauh.
Selain itu, penilaian tersebut digunakan
untuk mengidentifikasi potensi dan bakat untuk memprediksi performa atau kinerja
yang akan dicapainya besok. Agar tidak hanya sebagai program yang insidental,
sebaiknya sinergi sistem kinerja ini memiliki program lanjutan yang akan tetap
memantau perkembangan kinerja atlet untuk meraih prestasi yang paling tinggi.
Hal ini menimbulkan peluang-peluang kepada pihak-pihak terkait untuk
mengembangkan bidang keilmuannya dan kinerjanya.
BAB
III
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari beberapa
pengertian tersebut bahwa kinerja atau performa adalah hasil kerja yang dicapai
seseorang maupun sebuah oraganisasi untuk mewujudkan tujuannya. Dalam
pembahasan aktivitas fisik dan performa ini berdasar pada ketercapaian tujuan
seseorang untuk mendapatkan hasil dari sebuah aktivitas fisik yaitu dengan berolahraga.
Ketercapaian hasil kinerja (aktivitas fisik) individu tersebut dapat berbentuk
kebugaran tubuh untuk keseimbangan aktivitas sehari-hari, peningkatan kualitas
hidup, peningkatan kepercayaan diri (self confidence) dan prestasi
gemilang seorang atlet yang akan didapatkan dari sinergisitas kinerja kelompok
yaitu komitmen para pelatih, atlet, pembina serta kerja sama yang solid dengan
instansi lain dan elemen masyarakat yang peduli terhadap kemajuan dan
perkembangan prestasi olahraga.
DAFTAR
PUSTAKA
Atep Afi Hidayat. (2011).
“Aktivitas Fisik Teratur dan Manfaatnya”. Diambil pada tanggal 12 Oktober 2011,
dari http://www.pantonanews.com/berita-293-aktivitas-fisik-teratur-dan-manfaatnya.html
Muhamad Fad. (2010). “BAB II”.
Diambil pada tanggal 16 Oktober 2011, dari
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/454/jbptunikompp-gdl-muhamadfad-22696-2-babii.pdf
Nani Cahyani Sudarsono. (2008). ”Kebugaran”. Diambil pada tanggal 16
Oktober 2011, dari http://staff.ui.ac.id/internal/140222109/material/KEBUGARAN.pdf
Norman Gledhill (1994). Physical Activity Sciences: Physical
Activity and High Performance. New York.
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. (2006). ”Gaya Hidup
Sehat”. Diambil pada tanggal 23 Oktober 2011, dari http://balaiolahragamks.wordpress.com/2009/02/01/lakukan aktifitas fisik-30-
menit-sehari 2/
Sjafri Mangkuprawira. (2007). “Kinerja:
Apa Itu?”. Diambil pada tanggal 16 Oktober 2011, dari http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/kinerja-apa-itu/
Wira. (2011). “Pentingnya Aktivitas
Fisik”. Diambil pada tanggal 12 Oktober 2011, dari http://wirainside.blogspot.com/2011/03/pentingnya-aktivitas-fisik.html
Maksaih ya Agar Toko Online Ramai serta Cara Packing Barang juga Cara Pasang Iklan di Tokopedia lalu Cara Mengatasi Online Shop Sepi juga layanan Jasa Pembuatan Website Online Shop dan Cara Meningkatkan Penjualan di Lazada kemudian Kenapa Jualan di Shopee Sepi lainnya Jualan di Tokopedia Sepi dan satu lagi Marketplace FB Sepi dan Beli Jilbab Murah di Jilbab Terbaru
ReplyDelete