Nanda Sulistiyo, M.Or.
Universitas Kader Bangsa
Palembang
nandasulistiyo@yahoo.co.id, sulistiyonanda
Abstrak
Industri
olahraga merupakan suatu kegiatan bisnis di bidang olahraga dalam bentuk produk
barang dan jasa yang belum dikembangkan secara maksimal di Indonesia. Pendidikan
jasmani memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan industri olahraga. Dengan
adanya pendidikan jasmani di sekolah diharapkan dapat mengubah masyarakat
memiliki sifat industri. Kurikulum pendidikan jasmani di sekolah memiliki tiga
ruang lingkup yaitu: 1) Pendidikan jasmani; 2) Pendidikan Olahraga; 3)
Pendidikan kesehatan. Perlu adanya pengembangan kurikulum pendidikan jasmani
agar tercipta masyarakat yang memiliki daya saing untuk mengembangkan industri
olahraga. Peran pendidikan jasmani
tampak jelas dari karakter yang terbentuk. Karakter yang kuat tersebut sangat
baik dikembangkan dalam industri olahraga. Melalui nilai-nilai positif yang terdapat pada pendidikan jasmani dan
olahraga dan pemahaman terhadap industri olahraga yang baik maka terbentuk
sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing dengan produk-produk yang
dihasilkan. Keterkaitan industri olahraga dan pendidikan jasmani sangat tampak
dari keberhasilan pendidikan jasmani menanamkan jiwa berwirausaha yang ulet dan
pantang menyerah menimbulkan industri olahraga yang selalu tumbuh. Industri
olahraga yang selalu tumbuh ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi negara juga
meningkat. Dengan demikian, untuk meningkatkan perekonomian negara dapat
dilakukan dengan mengembangkan pendidikan jasmani dan menumbuhkan industri
olahraga.
Kata Kunci: Industri olahraga, kurikulum,
pendidikan jasmani
PENDAHULUAN
Olahraga
sekarang ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat baik pedesaan maupun
perkotaan. Pada umumnya, orang melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran dan
menjaga kesehatan. Selain itu, olahraga dapat digunakan sebagai pencegahan,
pengobatan, dan rehabilitasi. Kondisi tersebut sebenarnya memberikan banyak
peluang dalam dunia industri olahraga. Jika melihat negara-negara berkembang
seperti Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Korea, dan Cina industri
olahraga menjadi aspek yang sangat penting sebagai pemasok devisa negara. Melihat
kondisi perekonomian di Indonesia yang pasang surut dan sulit diprediksi, maka
melalui industri olahraga ini menjadi suatu alternatif untuk meningkatkan pendapatan
guna perbaikan ekonomi negara. Di Indonesia masyarakat selalu mengejar dan
mengharapkan prestasi-prestasi olahraga yang muncul tanpa memperhatikan
unsur-unsur yang mendukung prestasi tersebut.
Olahraga
di Indonesia masih tersendat-sendat diyakini karena kurangnya fasilitas dan
program pendidikan yang baik. Malalui industri olahraga maka
fasilitas-fasilitas dan kegiatan olahraga akan meningkat sehingga prestasi
olahraga dapat tercapai (Bambang P., 2012: 2). Sumber utama yang menjadi
penghalang pembinaan prestasi adalah ketidakmampuan organisasi dalam memperoleh
dana pembinaan yang tidak kecil jumlahnya. Sudah saatnya harus bercermin pada
negara-negara yang telah mampu mengelola olahraga sebagai sebuah industri.
Salah satu kunci keberhasilan adalah kemampuan mengemas olahraga menjadi
tontonan yang layak jual memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan menjadikan
olahraga sebagai suatu kebutuhan yang senantiasa dicari masyarakat. Hal ini
dikarenakan bahwa keberhasilan olahraga tidak dapat diukur dari perolehan
medali, tetapi lebih pada kemampuan untuk menggerakkan olahraga menjadi
tontonan yang menghibur, menggembirakan, dan yang paling puncak adalah menjadi
industri olahraga (Tandiyo Rahayu dan Joni Siahaan, 2003).
Industri
olahraga dapat mencakup beberapa aspek. Masik banyak olahraga yang harus
dikelola dalam format industri olahraga. Industri memiliki banyak klasifikasi,
sehingga industri yang dapat dilakukan dalam olahraga mencapai hasil maksimal.
Klasifikasi industri: 1) Pertanian, kehutanan, dan perikanan; 2) Industri
tambang; 3) Industri kepabrikan; 4) Industri konstruksi; 5) Industri
transportasi; 6) Industri perdagangan; 7) Industri perbankan; 8) Industri jasa;
9) industri pemerintah (Encyclopedia Americana, 1975).
Melihat
klasifikasi industri di atas, industri yang dapat dilakukan dan dikembangkan
dalam olahraga yang paling banyak dilakukan adalah jasa, akan tetapi, industri
kepabrikan, konstruksi juga diperlukan dalam olahraga. Sejalan dengan
perkembangan jaman, nilai produksi terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan
ini dimungkinkan karena adanya daya saing dan peningkatan daya beli masyarakat
dan pencapaian prestasi melalui produk industri olahraga. Akan tetapi,
masyarakat di Indonesia baru sebagian kecil yang mengembangkan industri
olahraga. Permasalahan yang dihadapai adalah mengubah masyarakat Indonesia yang bersifat
agraris sesuai dengan leluhur menjadi masyarakat industri yang ditopang dengan
kekuatan pokok industri yang kuat dan didukung oleh penguasaan teknologi serta
mempunyai daya saing yang kuat.
Masyarakat
dapat memiliki daya saing dan karakter yang kuat dapat terbentuk melalui proses
pendidikan dan pengalaman. Peran dari pendidikan dalam membentuk karakter
menjadi sangat penting untuk membentuk masyarakat yang berkarakter tangguh
dalam mengembangkan industri olahraga. Perilaku industri olahraga juga harus
dibentuk mulai dari pendidikan usia dini, sehingga dapat mengubah masyarakat
yang bersifat agraris menjadi masyarakat bersifat industri. Industri dalam
olahraga juga memerlukan strategi pengembangan yang sesuai dengan keadaan dan
situasi yang diinginkan. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam
berpartisipasi aktif , teratur, simpatik terhadap olahraga dan melekat sebagai
budaya. Terbentuknya masyarakat yang simpatik terhadap olahraga melalui proses
belajar dan pendidikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah merupakan tempat yang strategis untuk membentuk masyarakat
yang simpatik terhadap olahraga.
Pendidikan
jasmani dan olahraga yang di dapat di sekolah ini menjadi bagian yang
terpenting untuk memasyarakatkan olahraga. Terdapat semboyan “memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat” sangat baik jika maknanya diamalkan
oleh semua pihak. Masyarakat menjadi kunci keberhasilan dari pengelolaan olahraga
secara mandiri. Oleh karena itu masyarakat inilah yang harus digarap terlebih
dahulu (Tandiyo Rahayu dan Joni Siahaan, 2003).
Melalui pendidikan jasmani dan olahraga
dapat terbentuk perkembangan karakter positif untuk membangun industri
olahraga. Karakter dapat terbentuk dalam olahraga melalui peran guru dan siswa.
Terbentuknya karakter berdasarkan pilar olahraga yaitu olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Sehingga dua jenis nilai karakter
yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan
moral. Karakter yang terdapat dalam pendidikan jasmani dan olahraga dapat
menggerakkan dan menumbuhkan industri olahraga. Sehingga bagaimana peran
pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dalam pembangunan industri olahraga
di Indonesia.
PEMBAHASAN
Profil Industri Olahraga
Menurut Pitts; Fielding,
and Miller (1994) industri olahraga adalah “setiap produk, barang, servis,
tempat, orang-orang dengan pemikiran yang ditawarkan pada publik berkaitan
dengan olahraga. Nuryadi (2010) Sport Industry adalah sebuah industri
yang menciptakan nilai tambah dengan memproduksi dan menyediakan olahraga yang
berkaitan dengan peralatan dan layanan. Segmen industri
olahraga sesuai dengan tipe produknya rnenurut Parks, Zanger and Ouarterman,(2002) terdapat tiga
segment yaitu:
1.
Sport
performance / penampilan
olahraga, Segmen ini bermacam - macam produk. seperti olahraga sekolah,
perkumpulan kebugaran, camp olahraga, olahraga professional, dan taman olahraga
kota.
2.
Sport
Production / produksi
olahraga, Segmen produksi olahraga ini dapat diberikan contoh seperti bola
basket, bola tennis, sepatu olahraga, kolam renang, serta perlengkapan olahraga
lainnya,
3.
Sport Promotion / Promosi
Olahraga. Segmen ini dapat berupa barang dagangan seperti kaos, atau baju yang
berlogo, media cetak dan elektronika, sport marketing, agency, sport event
organizer.
UU Sistem Keolahragaan
Nasional mengisyaratkan bahwa olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana
yang diproduksi, diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk masyarakat.
Industri olahraga dapat berbentuk jasa penjualan, kegiatan cabang olahraga
sebagai produk utama yang dikemas secara profesional, seperti kejuaraan
nasional dan internasional, pekan olahraga daerah, wilayah, nasional, dan
internasional, promosi, eksibisi, dan festival olahraga; atau keagenan, layanan
informasi, dan konsultan olahraga (UU Sistem Keolahragaan Nasional tahun 2005,
pasal 79 ayat 2).
Delpy, L. (2000) Industri olahraga adalah pasar dimana produk
yang ditawarkan kepada pelaku olahraga berupa barang atau keperluan yang
terkait dengan olahraga seperti fitness, rekreasi, atau olahraga yang terkait
dan mungkin kegiatan, barang, jasa, orang, tempat atau ide. Berikut ini
beberapa contoh jenis produk yang ditawarkan dalam industri olahraga:
1.
Produk
olahraga yang ditawarkan adalah partisipasi dari masyarakat seperti liga basket
perempuan.
2. Produk olahraga yang ditawarkan adalah
spectatorial (entertainment) seperti tawaran untuk menonton permainan olahraga.
3. Produk peralatan dan pakaian olahraga
yang digunakan untuk kegiatan olahraga atau kebugaran seperti seragam
sepakbola, helm sepeda.
4. Produk promosi olahraga yang digunakan
untuk mempromosikan bisnis olahraga, liga atau acara olahraga seperti topi,
kemeja, logo, shirt, handuk, bantal, selimut.
5. Fasilitas olahraga yang digunakan untuk
kegiatan olahraga seperti stadion olahraga, renovasi stadion.
6. Bisnis jasa olahraga seperti penelitian
pemasaran olahraga, merangkai raket, perawatan lapangan.
7. Kegiatan rekrerasi olahraga yang dijual
adalah partisipasi seperti bersepeda gunung, hiking, camping, berlayar, ski.
8. Manajemen lengkap dan pemasaran jasa
profesional seperti pengelolaan lomba lari marathon, paket wisata olahraga.
9.
Bisnis
sport media yang menawarkan produk seperti majalah tentang olahraga, televisi
olahraga, perusahaan internet olahraga.
Perspektif Kurikulum Pendidikan Jasmani
Kurikulum
pendidikan jasmani dan olahraga di Amerika Serikat menawarkan banyak pendekatan
tertentu, misalnya pendidikan jasmnai perkembangan, pendidikan petualangan,
aktivitas fisik, kebugaran, dan pendidikan kesehatan (Siedentop dan Tannehill, 2000). Di Asia,
pendekatan yang hampir sama telah muncul, tetapi fokusnya adalah terutama pada
dunia kerja, ekonomi atau lebih masalah terkait (Pemerintah Kerajaan Thailand,
2005) seperti:
1.
Olahraga,
kebugaran, rekreasi outdoor, dan dunia kerja
2. Pendidikan industri olahraga
3. Seni bela diri, aktivitas fisik dan
pekerjaan
4. Aktivitas fisik dan kebugaran untuk
anak perempuan
5.
Aktivitas
fisik dan kebutuhan masyarakat miskin.
De
Vries (2003) mengidentifikasi kendala pada kurikulum pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah-sekolah Asia:
1.
Pendidikan
jasmani dan olahraga memiliki prioritas yang rendah karena tidak memberikan
kontribusi langsung secara substansial terhadap perekonomian negara. Sehingga
membuat kebijakan lebih mementingkan mata pelajaran lain dibandingkan
pendidikan jasmani dan olahraga.
2. Subjek yang diprioritaskan adalah mata
pelajaran yang dapat membentuk tenaga profesional siap kerja dan pertumbuhan
ekonomi. Sehingga pendidikan jasmani diberikan alokasi waktu 40-80 menit per
minggu.
3. Jumlah siswa satu kelas yang terlalu
banyak dan seringkali menjalankan dua sesi pagi dan sore. Kelas yang terbatas
fasilitas yang terbatas sehingga pendidikan jasmani dan olahraga menggunakan
fasilitas yang tersedia seadanya.
4.
Keterbatasan
dana menyebabkan guru tidak mendapatkan program-program untuk peningkatan
kualitas guru.
Adanya
permasalahan di atas memberikan gambaran bahwa pendidikan jasmani dan olahraga
hanya dipandang sebelah mata. Pendidikan jasmani tidak menjadi mata pelajaran
prioritas di sekolah. De Vries (2003) pendidikan jasmani dan olahraga di
sekolah Asia menderita dalam hal sumber
daya dan tidak dinilai makna dari pendidikan jasmani dikarenakan:
1.
Pendidikan
jasmani dan olahraga tidak dilihat sebagai subjek ekonomis.
2. Asia tidak memiliki budaya olahraga
yang kuat.
3. Kebijakan-kebijakan dalam pendidikan
jasmani dan olahraga sering dibuat oleh pejabat pemerintah tanpa memiliki
kualifikasi akademis dan disiplin ilmu yang sesuai.
4.
Pendidikan
jasmani dan olahraga dianggap hanya pelajaran bermain dan tidak mengembangkan
kapasitas berpikir.
Temuan
persepsi di atas menunjukkan bahwa inovasi dalam pendidikan jasmani dan
olahraga sangat sedikit. Perhatian terfokus pada jadwal sekolah memiliki jam
mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dengan sumber daya yang
terbatas. Inovasi dalam pendidikan jasmani sangat diperlukan untuk memberikan
gambaran bahwa manfaat dari pendidikan jasmnai sangat kompleks. Guru harus
lebih memberikan inovasi dan ide-ide untuk perkembangan pendidikan jasmani dan
olahraga. Pandangan olahraga yang tidak memiliki nilai secara ekonomi harus
dapat diubah dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa pendidikan jasmnai dan
olahraga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Kenyataannya,
olahraga memiliki berbagai manfaat yang luas bagi individu maupun masyarakat.
Berkat partisipasi masyarakat dalam olahraga dapat memberikan dampak yang
signifikan. Manfaat yang didapat berkat konsumsi dan partisipasi masyarakat
dalam olahraga (Sportengland, 2013) yaitu:
1. Memiliki
kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih.
2.
Memperolah perbaikan kesehatan (fisik
dan mental). Individu yang sehat memiliki nilai ekonomis dengan mengurangi
biaya kesehatan yang digunakan untuk perawatan kesehatan.
3.
Tercapainya pendidikan yang baik.
Partisipasi dalam olahraga dapat meningkatkan motivasi, sosial dalam
berhubungan dengan teman sebaya, disiplin dalam memanajemen waktu dan harga
diri.
4.
Mengurangi kejahatan remaja. Partisipasi
dalam olahraga berkontribusi terhadap mengurangi perilaku kejahatan dan
anti-sosial terutama pada pemuda.
5.
Dampak dari olahraga di masyarakat
menjadikan ramah lingkungan. misalnya, mendorong lebih banyak berjalan dan
bersepeda, yang dapat mengurangi emisi dan kemacetan, meskipun ini akan menjadi
diimbangi dengan mereka yang menghadiri acara olahraga.
6.
Penggunaan proyek dalam bidang olahraga
merangsang regenerasi dan pengembangan masyarakat dalam bidang industri
olahraga.
7.
Kegiatan olahraga yang bersifat sukarela
seperti penggalangan dana dapat bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya
pertandingan amal yang disalurkan kepada panti asuhan.
Industri Olahraga dan Kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah Indonesia
Berdasarkan UU No.3 tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional (SKN), olahraga dibagi menjadi tiga pilar, yaitu
Olahraga Pendidikan, Olahraga Prestasi, dan Olahraga Rekreasi.
1. Olahraga
Pendidikan (Education Sport)
2. Olahraga
Rekreasi (Sport for All)
3. Olahraga
Prestasi (Competitive Sport)
Sesuai
dengan tiga pilar di atas, maka pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
merupakan bagian dari olahraga pendidikan yaitu pendidikan jasmani
dan olah raga yang dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang teratur dan
berkelanjutan untuk memperoleh penggetahuan, kepribadian, keterampilan,
kesehatan, dan kebugaran jasmani. Pendidikan jasmani dan olahraga dapat
diartikan sebagai kegiatan mendidik anak dengan proses pendidikan melalui
aktivitas jasmani dan olahraga dengan tujuan untuk membantu anak agar tumbuh
dan berkembang secara wajar sesuai tujuan pendidikan nasional (Achmad Paturusi,
2012). Melalui pendidikan jasmani di sekolah merupakan wahana untuk mendidik
anak. Agus Mahendra (2004) tujuan pendidikan jasmani dan olahraga meliputi tiga
ranah atau domain, yaitu: 1) domain kognitif, 2) domain psikomotor, dan 3)
domain afektif.
Kurikulum
KTSP (2006) ruang lingkup pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga meliputi
tiga aspek terstruktur meliputi:
1.
Pendidikan
Jasmani, Pendidikan gerak yang bertujuan mengembangkan potensi-potensi
aktivitas siswa secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional.
2.
Pendidikan
Olahraga, Pendidikan gerak yang bertujuan mengembangkan kemampuan gerak dasar
cabang-cabang olahraga.
3.
Pendidikan
Kesehatan, Pendidikan yang membentuk dan mengembangkan pengetahuan serta
pandangan hidup sehat, serta dapat menerapkan perilaku hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan salah satu tujuan utamanya yaitu mengembangkan
keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan
olahraga yang terpilih. Pada intinya pendidikan
jasmani dan olahraga di sekolah untuk menjaga kebugaran siswa agar dapat
mengikuti kegiatan di sekolah setiap harinya. Selain itu, perkembangan
kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga tidak hanya kebugaran yang menjadi tujuan
utama, namun juga penanaman karakter siswa.
Terbentuknya karakter berdasarkan pilar olahraga
yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Sehingga dua
jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu
nilai sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas,
dedikasi, pengorbanan, kerja tim, dan kewarganegaraan yang baik. Sementara
nilai-nilai moral yang meliputi kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.
Peran pendidikan jasmani dalam menumbuhkan industri
olahraga terlihat dari karakter siswa yang terbentuk. Karakter yang di dapat
dalam pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah sangat diperlukan untuk
mengembangkan industri olahraga. Akan tetapi, sebenarnya tidak hanya karakter
yang di dapat dalam pendidikan jasmani. Seharusnya masih banyak aspek yang
dikembangkan dalam pendidikan jasmani untuk membentuk masyarakat yang bersifat
industri. Pendidikan jasmani harus berkembang mengikuti perkembangan jaman.
Pengembangan dalam pembelajran jasmani ini dapat
memberdayakan siswa ataupun masyarakat menuju industri olahraga. Terdapat tiga
kunci dari pemberdayaan yaitu kekuasaan (power),
sumber daya (resource), dan kerja
sama (collaboration) baik dalam
tataran teori maupun praktik (Lawson, 2005). Pemberdayaan ini merupakan
penyaluran baru kekuasaan dan ketika kekuasaan itu terbatas, maka pemberdayaan
tidak tersalurkan. Sumber daya disini termasuk uang, yang tidak berhubungan
dengan uang, tenaga kerja dan masyarakat lainnya. Sumber daya ini dapat
terbentuk melalui pendidikan jasmani yang membentuk karakter siswa. Maka,
karakter siswa yang sudah terbentuk melalui pendidikan jasmani seperti pekerja
keras, pantang menyerah maka jika diterapkan dalam industri olahrga hasilnya
akan baik.
Maka dari itu, pengembangan olahraga dan
pendidikan jasmani dapat terus dilakukan. Menurut Soni (2010) terdapat 5 tema
pengembangan olahraga dan pendidikan jasmani; 1) Enhancing the Sporting Infrastructure, program ini bertujuan untuk
mengembangkan sistem keolahragaan yang bertaraf dunia, pemersatu jaringan
organisasi-organisasi dan kesempatan untuk memulai, tinggal, dan berhasil dalam
olahraga; 2) Developing Education and
Skill, program ini bertujuan untuk pemanfaatan olahraga dan pendidikan
jasmani untuk meningkatkan pembelajaran sepanjang hayat dan partisipasi
olahraga untuk keuntungan pribadi dan ekonomi; 3) Improving Health and Well Being, program ini bertujuan untuk
pemanfaatan olahraga dan pendidikan jasmani dalam meningkatkan kesehatan
jasmani, sosial, dan mental; 4) Benefiting
the Economy, program ini bertujuan untuk pemanfaatan olahraga dan
pendidikan jasmani dalam memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi melalui
peningkatan daya tarik dan keterampilan orang tersebut, pengembangan daya tarik
dan pendidikan jasmani untuk masuk dalam investasi, pemanfaatan olahraga untuk
memberikan kesan positif; 5) Creating
Stronger and Safer Communities, program ini bertujuan untuk pemanfaatan
olahraga dan pendidikan jasmani dalam mempersatukan masyarakat, membuka
keterampilan sekitar, membantu orang dari resiko untuk mengambil gaya hidup
yang positif.
Pengembangan kurikulum pendidikan
jasmani dapat dilakukan dengan mempertimbangkan lima hal di atas. Kurikulum
pendidikan jasmani dapat dikembangkan untuk memberdayakan siswa menuju industri
olahraga. Tentunya dengan membentuk siswa memiliki pengetahuan, kesehatan,
keterampilan dan karakter yang baik, dan ditambah dengan kemampuan siswa untuk menumbuhkan
industri olahraga. Bekal yang sudah diperoleh melalui pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah diharapkan terbentuk masyarakat yang memiliki karakter yang
kuat, memiliki daya saing untuk mengembangkan industri olahraga di Indonesia.
Masyarakat berpartisipasi aktif dalam olahraga dengan menciptakan suasana
bisnis dalam olahraga. Pencapaian yang demikian menjadi prestasi olahraga di
Indonesia dikarenakan industri olahraga yang selalu tumbuh, derajat kesehatan
masyarakat membaik, perekonomian meningkat, fasilitas olahraga yang tumbuh
berkat industri olahraga dan pendidikan jasmani.
KESIMPULAN
Pendidikan
jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan industri olahraga
di Indonesia. Melalui karakter yang terbentuk dari pendidikan jasmani dapat menjadi
langkah awal yang strategis untuk mengembangkan industri olahraga. Keterkaitan
industri olahraga dan pendidikan jasmani sangat tampak dari keberhasilan
pendidikan jasmani menanamkan jiwa berwirausaha yang ulet dan pantang menyerah
menimbulkan industri olahraga yang selalu tumbuh. Industri olahraga yang selalu
tumbuh ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi negara juga meningkat. Maka untuk
meningkatkan perekonomian negara dapat dilakukan dengan mengembangkan
pendidikan jasmani dan menumbuhkan industri olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Paturusi. (2012). Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga.
Jakarta: Rineka Cipta.
Agus Mahendra. (2004). Modul teori belajar mengajar motorik.
FPOK UPI. Bandung.
Bambang
Priyono. (2012). Pengembangan Pembangunan Industri Keolahragaan Berdasarkan
Pendekatan Pengaturan Manajemen Pengelolaan. Jurnal Medikora. Vol. 2., No. 2, Desember 2012, pp 112-123. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki.
BNSP. (2006). Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BNSP
Delpy, L. (2000). An Overview of Sport Tourism: Building Toward a
Dimensional Framework. Journal of
Vocation Marketing. Vol 4, 23-38.
De Vries, L.A. (2003). The Study of the Concept of Context in
Physical Education in Asian Schools. Proceedings: the 4th ICHPER.SD Asia
Congress, Bangkok Thailand. Bangkok: Thai Association for Health, Physical
Education and Recreation, pp. 426-431.
Hari Setiono. (2015). Peran Olahraga Pendidikan dalam Sistem
Keolahragaan Nasional. Proceding.
(Seminar Nasional Olahraga UNY 2015). Hal 39-47.
Lawson., H.A. (2005). Empowering People, Facilitating Community
Development, And Contributing To Sustainable Development: The Social Work Of
Sport, Exercise, And Physical Education Programs. Sport, Education and Society. Vol.10, No.1, March 2005, pp. 135-160.
Taylor & Francis Ltd.
Menpora. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda
dan Olahraga Republik Indonesia.
Nuryadi. (2010). Industri Olahraga (Sport Industry) (Online),
(http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=363998434&url=4ad8305a5fa81d9f5811a731c2530ab2,
diakses 29
Desember 2013).
Parks & Recreation New Zealand. Running Sport: Event
Management.
(2002) (http://www.sparc.org.nz
diakses 29
Desember 2013].
Pemerintah Kerajaan Thailand. (2005). Consultant’s Report: International
Conference on Sport and Education Celebrating 2005 United Nations International
Year of Sport and Physical Education. Paper
commissioned by the Ministry of Tourism and Sport, Bangkok, Thailand.
Pitts B.G, Fielding, L.W., and Miller (1994). Industry Segmentation
Theory and Sport Industry. Developing a Spoort Industry Segmentation Model
Sport Marketing Quarterly. 3. 1994. (Morgantown, WV: Titness Information
Technologi, Inc).
Siedentop, D. and Taunehill, D. (2000). Developing Teaching
Skills in Physical Education, 4th Edition. Mountain View, CA: Mayfield
Publishing Company.
Soni Nopembri. (2010). Empowerment People dalam Olahraga: Awal
Menuju Industri Olahraga. Artikel:
FIK UNY.
Sport England. (2013). Economic Value of Sport in England. London.
www.sportengland.org.
Tandiyo Rahayu & Jonni Siahaan. 2003. Kembangkan Olahraga
Tanpa Bapak Angkat. Suara merdeka. Edisi Selasa, 9 September 2003.
No comments:
Post a Comment