Oleh:
Nanda Sulistiyo, S.Pd.
FIK UNY
FIK UNY
BAB
I
PENDAHULUAN
Aktivitas olahraga dewasa ini sudah merupakan
kebutuhan hidup bagi masyarakat. Secara tidak disadari melakukan olahraga dapat
mempengaruhi jantung, paru-paru, pembuluh darah, otot, tulang, dan psikologis.
Selain itu olahraga juga digunakan sebagai pencegahan, pengobatan, dan
rehabilitasi. Pada umumnya orang melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan dan
kesegaran jasmani. Olahraga merupakan kebutuhan setiap orang, tidak hanya bagi
yang masih muda saja, tetapi bagi yang lanjut usia (lansia), olahraga juga msih
diperlukan. Dengan berolahraga kebugaran akan terjaga, tetap sehat, dan segar,
sehingga dapat menikmati kebahagiaan.
Kondisi tersebut di atas memberikan peluang bisnis
yang sangat menarik dan menjanjikan untuk peningkatan ekonomi. Hal ini melihat
kondisi perekonomian kita dewasa ini yang tidak menentu dan sulit diprediksi.
Melihat realita perekonomian tersebut, seseorang akan menentukan jenis usaha
apapun akan menemukan banyak kendala karena barang-barang dagangan sering mengalami
perubahan harga yang tidak rasional. Dari fenomena tersebut membuka peluang
bagi masyarakat untuk mengembangkan bisnis di bidang olahraga.
Olahraga akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi. Seperti yang kita tahu pada saat ini olahraga sekarang menjadi
olahraga ekonomi. Terbukti saat ini di klub-klub sepakbola di Inggris. DI sana
banyak investor-investor yang menginvestasikan uangnya dengan membeli klub
dengan harapan keuntungan dan popularitas. Tetapi, banyak orang juga masih
menganggap olahraga itu mahal dan memerlukan uang yang banyak.
Hingga saat ini di lingkungan sekitar kita tampaknya
masih banyak opini yang menyebutkan bahwa olahraga cenderung
menghambur-hamburkan uang. Hal ini dibuktikan ketika seoseorang yang menjadi atlet
akan sangat banyak mengeluarkan uang untuk membeli peralatan ataupun membuat
fasilitas untuk latihan. Sebagai contoh ketika seorang atlet bulutangkis dari
awal mereka mengeluarkan uang untuk membeli sepatu, raket, kok, dan bahkan
untuk membayar kepada klub dimana mereka latihan. Tentu saja itu menjadi sangat
mahal bagi masyarakat pedesaaan yang notabene bermata pencaharian sebagai
buruh. Apalagi olahraga seperti golf yang hanya mampu dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki uang lebih. Sah-sah saja ketika banyak orang yang
mengatakan olahraga memang mahal.
Di Indonesia sendiri baru sedikit warga yang
menyadari dari olahraga sebagai kebutuhan. Kesadaran ini belum merata di semua
lapisan masayarakat. Penyebabnya bukan ketidaktahuan akan manfaat olahraga,
namun karena kebiasaan dan gaya hidup serta perbedaan cara pandang tentang
olahraga. Pergeseran orientasi terhadap jenis dan nilai olahraga terjadi akibat
perubahan dalam gaya hidup.
Pertama, gaya hidup yang berorientasi mengejar
kesenangan dan kenyamanan fisik berpengaruh nyata terhadap perubahan kultur
gerak. Banyaknya pekerja kantoran menghindari naik turun tangga. Mereka lebih
suka menggunakan lift. Pada usia dini kenyamanan ini secara tidak sadar sudah
ditanamkan. Alih-alih berjalan kaki. Anak-anak ke sekolah dengan menggunakan
kendaraan antar jemput.
Kedua, pergeseran gaya hidup juga mempengaruhi
masayarakat dalam memandang olahraga. Berolahraga kini tidak selalu dikaitkan
dengan kompetisi dan prestasi, tetapi juga karena tujuan lain, terutama gaya
hidup. Itulah sebabnya klub-klub senam kebugaran, pengobatan, dan kemolekan
tubuh marak dimana-mana dan lebih popular dibandingkan senam ritmik dan cabang
olahraga prestatif lainnya. Ketiga, pilihan jenis dan tujuan olahraga bergeser.
Orientasi olahraga yang langsung atau tidak langsung bersifat ekonomi tumbuh
semakin tajam. Orientasi ekonomi langsung terlihat pada perkawinan antara
olahraga dengan ekonomi. Olahraga kini memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi, bahkan dalam dua decade terakhir ekonomi olahraga tumbuh
dengan eskalasi makin besar. Kontribusi olahraga bagi pertumbuhan ekonomi
tampak dalam mengembangkan industri olahraga.
Di Negara maju industry olahraga sudah
terindustrialisasi secara masif. Perubahan struktur ini juga diikuti dengan
penambahan nilai-nilai profesionalisme secara ketat. Semakin besar nilai,
kontrak, msalnya semakin berat beban profesionalisme sang atlet.
Ternyata, industrialisasi olah raga juga mengalami
globalisasi. Seperti juga di bidang lain di luar olah raga, globalisasi
industri olahraga membuat bangsa kita tergagap. Kita tidak siap bersaing dan
hanya menerima luberan pengaruh kultur olahraga pada skala global. Nilai
profesionalisme pun mulai ditanamkan di kalangan atlet nasional, meski tidak
utuh seperti yang berlaku pada masyarakat yang industri olahraganya sudah maju.
Namun gejala umum berlaku dalam dunia olah raga kita adalah bahwa ternyata
perubahan stuktur (seperti aturan transfer) tidak selalu diikuti kultur
profesional. Itulah sebabnya, tawuran kerap terjadi pada ajang yang mengusung
bendera profesionalisme. Pengaruh olah raga terhadap ekonomi juga bisa bersifat
tidak langsung. Olah raga telah mengurangi beban pengeluaran masyarakat dalam
aspek kesehatan. Derajat kebugaran jasmani dan kesehatan yang baik akan
menurunkan biaya perawatan kesehatan, dan malah meningkatkan produktivitas
kerja.
Dalam konteks pembangunan, pembinaan olahraga
diharapkan memberikan daya ungkit (leverage) bagi pencapaian target pembangunan
masyarakat. Meski tidak langsung, daya ungkit olahraga bagi pencapaian
akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mendukung diyakini akan
signifikan. Pencapaian visi dan misi pemerintah membutuhkan dukungan semua
pihak. Pada sisi ini, derajat kesehatan
aparatur dan masyarakat yang baik secara tidak langsung akan berdampak terhadap
peningkatan kinerja dan kualitas penyelesaian tugas. Bagaimanapun peningkatan
kualitas dan produktivitas sumber daya manusia, pengembangan struktur
perekonomian regional yang tangguh, dan pemantapan kinerja pemerintah
membutuhkan dukungan aparatur yang sehat. Demikian pula dengan peningkatan
implementasi pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan
sosial yang berlandaskan agama dan budaya daerah membutuhkan dukungan
masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik
adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan
pengeluaran energi, gerak tubuh yang dihasilkan ditujuan untuk memelihara
kesehatan fisik, mental dan kualitas hidup sehat. Aktif secara fisik adalah
elemen penting dalam mempertahankan hidup yang lebih lama, sehat dan lebih
bahagia, karena hal ini dapat membantu mengurangi stres dan dapat memberikan
perasaan nyaman secara keseluruhan. Aktivitas fisik menurut
Atep Afi Hidayat (2011) adalah bergerak dinamis, berolahraga yang teratur.
Menurut Wira (2011) aktivitas fisik
adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat
penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari. Aktifitas
fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang
sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. (Pusat
Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI: 2006).
Ketidakaktifan fisik biasanya menyangkut pula dengan
kebiasaan makan makanan yang tidak sehat, hal ini berhubungan dengan
berkembangnya suatu penyakit di dalam masyarakat, seperti kardiovaskuler,
kanker, kegemukan, diabetes dan oesteoporosis.
Melakukan aktifitas fisik secara teratur adalah hal yang paling penting sehingga dapat
membantu seseorang menjaga kesehatan dengan baik. Berikut adalah beberapa manfaat dari melakukan
aktifitas secara teratur, yaitu:
1. Membantu
orang mengendalikan berat badan.
2. Membantu
mengurangi resiko penyakit jantung.
3. Membantu
mengurangi resiko diabetes.
4. Membantu
menguatkan tulang.
5. Membantu
meningkatkan kesehatan mental.
B.
Ekonomi
dalam Olahraga
ekonomi tidak seperti ilmu lainnya yang kita
temui di
perguruan tinggi. Ilmu
ekonomi
bukan merupakan
seperangkat fakta, menghafal atau mengingat. Sebaliknya, Ilmu
Ekonomi
adalah cara untuk menafsirkan kejadian sehari-hari.
Memang sedikit mengherankan bahwa orang
menemukan departemen ekonomi
di kedua perguruan tinggi seni liberal dan perguruan
tinggi bisnis.
Ekonomi
kata berasal dari kata Yunani, yaitu oikonomikos, yang secara harfiah berarti manajemen rumah tangga. sementara
tampaknya jauh dari menjalankan rumah tangga untuk menjalankan sebuah
perusahaan multinasional. ekonom menunjukkan
bahwa keberhasilan pengelolaan dari keduanya bermuara dari menempatkan sumber daya di tangan untuk menggunakan
ilmu ekonomi secara baik. Mereka mungkin juga telah mendirikan prinsip-prinsip dasar
perilaku yang menjadi ciri bagaimana orang memutuskan apa yang harus dilakukan.
Prinsip-prinsip ini berlaku apakah seseorang adalah
seorang pialang saham di dinding jalan, seorang montir mobil, atau
pedagang. Semuanya
berbeda tergantung dari mereka mengaplikasikan ilmu ekonomi ke dalam pekerjaan
mereka.
Bab ini akan
memperkenalkan prinsip-prinsip dasar beberapa perilaku ekonomi dan menunjukkan
bagaimana mereka berlaku untuk dunia olahraga. Beberapa variasi berikut ini akan menjadi inti dari siapa
pun daftar prinsip-prinsip ekonomi.
1.
Semua tindakan melibatkan biaya dan manfaat bagi dirinya
sendiri
2.
Keputusan
biasanya dibuat pada margin
3.
Pasar bebas berfungsi sebagai cara terbaik untuk mengalokasikan sumberdaya.
Orang harus mengkhususkan
perdagangan dengan satu sama lain sesuai dengan keunggulan komparatif mereka.
4.
dalam
kondisi tertentu pasar gagal, dan pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan
sosial.
C. Hubungan Olahraga dengan Ekonomi
Olahraga
merupakan perusahaan besar dan merupakan industry berjuta-juta dolar. Televisi
sendiri mengontrak atlet-atlet professional maupun amatir berjuta-juta dolar setiap tahun dan
memberikan sumber hidup bagi mereka. Harga pemasangan iklan pada
peristiwa-peristiwa olahraga yang besar melebihi seperempat juta dolar setiap
menit. Hal ini diperkirakan juga bahwa perjudian orang-orang Amerika Serikat
antara lima belas juta dolar dan lima belas juta dolar setiap tahun di berbagai
event olahraga. Sebagian orang menghabiskan sejumlah besar uang untuk pakaian
olahraga dan peralatan, aktivitas, instruksi, keanggotaan di klub atletik, dan
perjudian di acara penyortiran. Merupakan industri terbesar dan meningkatkan
pengahasilan hingga $63.1 Milyar di
Amerika Serikat. Rata-rata gaji $200,000 sampai $800,000 per tahun untuk atlet professional dan
lebih dari $1 juta pertahun untuk superstar di Amerika Serikat.
Tidak
dipungkiri bahwa untuk melakukan pembinaan olahraga membutuhkan dana yang tidak
sedikit adalah fakta. Ketika suatu negara atau daerah menyelenggarakan sebuah
event olahraga, mungkin sekali banyak dana yang digunakan untuk membiayainya.
Tetapi sangat boleh jadi kegiatan olahraga juga mampu mendorong tumbuhnya
ekonomi, dan bahkan mendatangkan keuntungan langsung seperti Olympiade Los
Angeles 1984, yang nyata-nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta
dolar.
Olympiade
Los Angeles merupakan olympiade pertama yang menerapkan pendekatan logika
ekonomi melalui sport business. Pernyataan tersebut memberikan bukti bahwa
olahraga apabila dikelola secara profesional dapat mendatangkan keuntungan
ekonomi disamping nonekonomi. Itulah sebabnya mengapa banyak negara yang
berebut untuk menjadi tuan rumah suatu event olahraga seperti Asian Games,
Olympic Games, Piala Dunia ( sepakbola) dan Piala Eropa.
Dalam
banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi maju, maka
perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Lihat
bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris,
Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi,
terutama dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan
dirinya di papan atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang
diukur dari angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya,
negara-negara maju juga lebih unggul.
Akan
tetapi, bukan berarti prestasi tinggi hanya terjadi pada negara-negara yang
secara ekonomi lebih maju. Brasil secara ekonomi barangkali jauh di bawah
negara-negara maju seperti Perancis, Jerman, dan Italia. Ditinjau dari GDP per
kapita, Brasil hanya US$ 7,037, sementara ketiga negara tersebut masing-masing
adalah US$ 22,897, US$ 23,742, dan US$ 22,172. Sebuah perbedaan yang sangat
signifikan, karena lebih dari tiga kali lipat. Akan tetapi, Brasil memiliki
tradisi prestasi sepakbola yang lebih tinggi dibandingkan ketiga negara
tersebut.
Untuk
membangun olahraga tidak harus menunggu negara kita maju atau secara ekonomi
sejajar dengan negara-negara maju. Justru yang perlu di dorong adalah bagaimana
olahraga dijadikan sebagai salah satu instrumen untuk membangun ekonomi.
Beberapa
hasil riset menunjukkan bahwa tingginya partisipasi masyarakat dalam olahraga,
ternyata tidak hanya mengurangi anggaran kesehatan yang dikeluarkan pemerintah,
tetapi pada sisi yang lain juga meningkatkan produktivitas. Peningkatan
partisipasi dalam olahraga hingga 25 % (angka semula 33% dari penduduk yangs
ecara reguler melakukan olahraga) dapat mengurangi biaya kesehatan sekitar $
778 juta dolar atau sekitar 6,6 trilyun rupia. Selain itu juga menstimulasi
produktivitas 1-3 % , dari setiap 2-5 $ dolar yang diinvestasikan. Sementara
anggaran yang digunakan untuk menstimulasi kegiatan olahraga tersebut hanya $
191 juta dolar atau sekitar 1,6 trilyun rupiah (B.Kidd,World Summit on Physical
Education,1999).
Studi
di Austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat
menghasilkan pendapatan nasional sebesar AUD $4,8 milyar pertahun, AUD $ 4
milyar dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini
menyumbang AUD$ 1,2 milyar terhadap GOP (Pereira,2004).
Fakta
lain juga menunjukkan bahwa olahraga memiliki kontribusi yang signifikan pada
upaya mengurangi pengangguran. Data di Inggris menyebutkan bahwa kegiatan
olahraga menyediakan lebih banyak lapangan kerja dibanding industri mobil, pertanian,
nelayan, dan industri makanan.
D. Nilai Ekonomi Dalam Olahraga
Nilai
ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai banyak
orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai
ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin
meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme
ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju.
Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari
kelas yang berlawanan. Kelas penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak
mereka untuk jadi hiburan, bila yang melawan maka akan dibunuh. Zaman
kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga
ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil berolahraga. Dalam alam
kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk sekaligus pengguna
produk.
Organisasi olahraga modern mengalami
perkembangan pesat sejak era industrialisasi. Pakar sosiologi olahraga Allen
Guttman menggambarkan bahwa organisasi olahraga modern saat ini melalui
pengamatannya sejak zaman romawi memiliki tujuh karakter, yaitu:
Olahraga tidak
lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat religious atau keagamaan.
Olahraga bisa
merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab tidak ada lagi
batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat.
Spesialisasi
merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, jika ingin berkarir di olahraga,
seorang atlet harus memilih satu cabang olahraga yang menjadi focus pilihannya.
Terjadinya
rasionalisasi. Dengan makin kompleknya cabang olahraga dibutuhkan seperangkat
aturan agar organisasi olahraga dan pertandingan berjalan dengan baik.
Berkaitan dengan
birokratisasi. Organisasi olahraga tidak lagi berdiri sendiri, melainkan
berkaitan satu sama lain, dari tingkat perkumpulan sampai dengan tingkat dunia.
Dengan semakin
majunya teknologi informasi, setiap cabang olahraga modern mencoba melakukan
kuantifikasi terhadap jalannya pertandingan. Dan menjadi daya tarik unik
olahraga yang membedakan dari peristiwa kesenian atau budaya lainnya.
Menyangkut
pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih tinggi, dan lebih baik
sangat didambakan seorang atlet.
Penelitian Guttman itu memberikan gambaran
bahwa olahraga memang bukan semata aktivitas fisik. Olahraga memberikan arti
lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya lagi, olahraga tidak akan
pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan sosial. Setelah era
industri dan memasuki era informasi, kala peran media menjadi sangat besar,
keterkaitan olahraga dengan dunia bisnis makin tidak terlepaskan. Olahraga
dijadikan bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga
membawa atlet memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan
kesejahteraan hidup lebih baik.
Perubahan cara pandang itu ditanggapi
positif oleh Pemerintah Korea Selatan. Di saat mengalami krisis ekonomi 1998,
pembangunan infrastruktur olahraga bukan saja dilanjutkan, melainkan
dimanfaatkan untuk meningkatkan citra bangsa dan pembangunan ekonomi. Korea
Selatan pun berani menjadi tuan rumah Piala Dunia Sepak Bola dan Pesta Olahraga
Asian Games di tahun yang sama pada tahun 2002. Yang jauh lebih menarik adalah
keterlibatan korporat seperti Samsung dan Hyundai yang memanfaatkan olahraga
sebagai sarana strategis untuk meningkatkan citra perusahaan. Bahkan,
pemerintah memberikan insentif yang dikaitkan dengan pajak kepada perusahaan
Korea yang aktif berpartisipasi.
Berbeda dengan Korea Selatan, cara pandang
seperti itu tidak dimiliki para elite politik serta elite ekonomi di Indonesia.
Perubahan peta politik di Indonesia berdampak besar terhadap dunia olahraga.
Pada era Orde Baru banyak pejabat pemerintah dan militer jadi orang nomor satu
di cabang olahraga, sejak era reformasi jabatan tersebut ditinggalkan. Bahkan,
Kapolri Jenderal Da'i Bachtiar secara tegas memerintahkan anak buahnya segera
menanggalkan seluruh jabatan di olahraga agar lebih berkonsentrasi pada
tugas-tugas utamanya. Da'i sendiri kemudian mundur dari jabatan Ketua Umum
Lemkari. Itu diikuti Hatta Radjasa, Menteri Negara Riset dan Teknologi, yang
mundur sebagai Ketua Umum Gabsi, ketika kepengurusannya baru seumur jagung. Di
tingkat pemerintahan, jabatan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dihapus
Presiden Abdurrahman Wahid.
Olahraga sendiri dianggap milik
masyarakat, karena itu pengelolaannya dikembalikan kepada masyarakat. Instansi
pemerintah yang menangani olahraga berada pada tingkat direktur jenderal, di bawah
Menteri Pendidikan. Menurutnya dukungan pemerintah itu membawa keguncangan
besar di masyarakat olahraga. Institusi olahraga di Indonesia ternyata belum
siap membangun dirinya sendiri. Bahkan, mencari pemimpin yang paham peran olahraga
seutuhnya makin sulit. Apalagi memperoleh akses untuk dana pembinaan agar mampu
menggerakkan olahraga dari tingkat komunitas, perkumpulan, sampai pemusatan
latihan nasional.
Dalam kondisi ini memang kalangan
pengusaha makin banyak menempati jabatan puncak di olahraga. Akan tetapi,
minimnya pemahaman mereka terhadap karakteristik internal organisasi olahraga
telah mengakibatkan roda organisasi berjalan lambat. Bahkan, perselisihan
internal makin sering meletup,dan ditambah dengan pemberiaan bonus kepada atlet
yanag mendapatkan mendali di kejuaraan tertentu. Untuk mendapatkan bonus itu,
para atlet harus memberikan pengorbanan, baik di saat latihan maupun
bertanding. Kondisinya sangat bertolak belakang dengan wakil rakyat, yang bisa
memperoleh bonus hanya melalui lobi dari hotel ke hotel. Itulah potret bangsa
Indonesia saat ini.
E. Manfaat Event Olahraga pada
Perekonomian
Event besar olahraga dapat memberikan berkah
bagi masyarakat. Seperti event olahraga terbesar di Indonesia yaitu PON, dengan
adanya PON masyarakat dapat mengais keuntungan dari even tersebut. Hal ini
terbukti pada PON XVII di Kaltim. Kesuksesan PON XVII Kaltim dapat diukur
melalui tri sukses secara stimulant, yang meliputi sukses prestasi, sukses
penyelenggaraan, dan sukses pemberdayaan ekonomi rakyat. Dampak ekonomi yang
ditimbulkan dari penyelenggaraan PON dapat bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang yang meliputi:
1.
Sektor
pariwisata
Sektor
pariwisata sangat laris dikunjungi oleh atlet yang memanfaatkan waktu senggang
bertanding ataupun setelah selesai pertandingan. Sebagai contoh Kebun Raya
Unmul Samarinda per minggu meraup untung Rp. 20.000,- Keuntungan tersebut
diperoleh dari sejumlah 4.000 sampai 5.000 orang yang berkunjung setiap
minggunya selama pelaksanaan PON XVII Kaltim. Omset parker pengunjung juga
meningkat. Komposisi pengunjung meliputi warga local yang memanfaatkan masa
liburan sekolah ditambah para atlet, pelatih, dan official dari Provinsi Kalimantan
Timur, penyelenggaraan PON memiliki dampak jangka panjang terkait dengan
efektivitas promosi pariwisata dan potensi ekonomi daerah di Kalimantan Timur
melalui keberhasilan expo di stadion sempaja; nilai transaksi melalui expo
mencapai 2,5 miliar rupiah selama sepekan.
2.
Sektor
Perhotelan/Penginapan
Tingkat hunian
hotel 100%, sejumlah 120 hotel yang ada di Samarinda Kaltim dan Tenggarong
bahkan tidak cukup menampung para atlet dan official kontingen PON. Harga sewa
kamar hotel per hari berkisar Rp. 300.000,- hingga Rp. 800.000,- hotel berkelas
bahkan memasang tariff di atas Rp. 1.000.000,-. Hotel atlet yang menyediakan
245 kamar atlet dan 28 kamar untuk pelatih juga full booking. Asrama atlet I
dan II yang total berjumlah 192 kamar juga penuh atlet dari berbagai kontingen.
Ketidakcukupan
jumlah hotel yang ada menyebabkan usaha persewaan penginapan rumah-rumah
penduduk sangat merebak. Bisnis sewa rumah tersebut memanfaatkan rumah warga,
rumah lama, atau rumah dinas yang belum ditempai. Nilai sewa Rp. 5.000.000,-
hingga Rp. 6.000.000,- selama penyelenggaraan PON.
3.
Sektor
Transportasi
Transportasi
udara dari dank e Bandara Sepinggan Balikpapan dalam status full booking, dan
full seat untuk semua maskapai penerbangan. Bahkan untuk melayani permintaan
jasa transportasi udara yang melonjak, PT Garuda Indonesia menambah jadwal
penerbangan dengan harga khusus bagi para atlet dan official. Transportasi
darat melibatkan bus sebanyak 350 unit, minibus 300 unit, dan sepeda motor 500
unit. Untuk angkutan bis hamper seluruhnya didatangkan secara khusus dari Pulau
Jawa, seperti Surabaya, Malang, Bogor, dan Jakarta.
Sektor
transportasi rakyat meraup keuntungan yang sangat besar, seperti missal ojek
yang pada hari biasa berpenghasilan Rp. 20.000,- hingga Rp. 50.000,- selama PON
mereka di sewa per hari Rp. 150.000,- Usaha persewaan mobil juga meraup untung,
karena selama PON per hari sebesar Rp. 600.000,- hingga Rp. 1.000.000,-
sementara pada hari biasa omset mereka tidak tentu dan berkisar Rp. 200.000,-
hingga Rp. 300.000,-
4.
Sektor
Penjualan Atribut/ Pakaian Olahraga/ Souvenir
Maskot PON di
Sempaja dan Segiri habis terjual.maskot satu paket terdiri dari orang utan,
burung enggang, dan ikan pesut dijual dengan harga Rp. 150.000,- sedangkan bila
secara terpisah harganya masing-masing Rp. 75.000,- Omset penjualan kaos
beratribut PON, terutama pakaian olahraga untuk anak-anak rata-rata Rp.
4.000.000,-
Per hari.
Penjualan pulpen berlogo PON rata-rata sebanyak 120 buah per hari, dengan harga
rata-rata per pulpen Rp. 15.000,-. Di kawasan Citra Niaga Samarinda, permintaan
souvenir khusus seperti: tangkur buaya, minyak lintah hitam, pasak bumi, dan
lain-lain melonjak 2x lipat terutama mulai pada hari menjelang penutupan PON.
5.
Penjualan
Makanan dan Minuman
Pemgusaha
makanan di Stand Expo Sempaja Samarinda menyewa tempat jualan Rp. 3.000.000,-
selama PON, mereka memperoleh omzet penjualan, per hari Rp. 500.000,- hingga
Rp. 2.000.000,- Penjualan amplang berkemasan logo PON amat diminati. Harga
amplang per kardus adalah Rp. 50.000 hingga Rp.60.000,- . Keuntungan penjualan
amplang di stand pameran expo berkisar antara 200.000 hingga 1.00.000,- Produk
normal amplang rata-rata setiap pengusaha di Samarinda pada hari biasa berkisar
50 kg amplang yang rata-rata pada saat PON mereka memproduksi amplang melonjak dari 300.000,- hingga 500.000 kg per
hari. Artinya omzet penjualan amplang meningkat 6 sampai 10 x lipat selama
penyelenggaraan PON.
6.
Produk/Jasa-jasa
Lain, yang Relevan dan Mendukung
Jasa perbankan
terjadi volume peningkatan yang sangat signifikan. Bank Indonesia menyediakan
uang kartal lebih dari 1 triliyun rupiah untuk menopang dana segar selama PON.
Geliat ekonomi menjelang PONjuga sangat terasa, karena pada bulan Juni 2008
Bank Indonesia juga telah mengalirkan uang segar senilai 402 miliar rupiah. Angka
tersebut besarnya dua kali lipat pada bulan Juni tahun 2007.
Jasa laundry
juga mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Pada hari biasa
perusahaan laundry rata-rata menerima 35 hingga 40 kilogram. Namun selama
penyelenggaraan PON, mereka rata-rata menerima 70 hingga 80 kilogram per hari
dengan biaya laundry Rp. 6.000,- per kilogram.
Jasa hiburan
malam seperti karaoke, juga meraup untung yang signifikan selam PON. Bagi para
pengusaha hiburan malam, adanya kegiatan PON berarti terjadi penambahan tamu
yang dating. Sedikitnya ada tamu sekitar 20 Tempat Hiburan Malam (THM) yang
merasakan penambahan jumlah pengunjung yang signifikan. Jasa yang lain terkait
dengan jasa promosi penyelenggaraan. Keterlibatan sponsor besar seperti Khong
Guan, Pocari sweat, Air mineral club, dan PT Garuda Indonesia. Dapat menghemat
biaya promosi yang harus dikeluarkan pemerintah. Biaya promosi yang dapat
dihemat karena adanya sponsor adalah senilai 32 miliar rupiah.
BAB
III
KESIMPULAN
Olahraga meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat dengan efek menguntungkan dari aktivitas fisik, baik kesehatan
fisik pemain yang berolahraga dan kegiatan lainnya secara teratur menetap
cenderung merasa lebih puas dan pengalaman, subyektif, sebuah kebaikan yang
lebih besar.
Olahraga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
ekonomi. Olahraga sendiri mempunyai omzet yang besar di sector industry. Hal
ini dibuktikan dari pendapatan atlet-atlet professional dan pendapatan
masyarakat dari penyelenggaraan event olahraga. Ketercapaian pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi dapat tercapai jika orang-orang dapat melihat potensi
ekonomi dari olahraga dan menjadikan olahraga sebagai industry olahraga.
DAFTAR
PUSTAKA
Atep Afi Hidayat.
(2011). “Aktivitas Fisik Teratur dan Manfaatnya”. Diambil
pada tanggal 12
September 2012, dari http://www.pantonanews.com/berita-293-aktivitas-fisik-teratur-dan-manfaatnya.html
Anthony Laker. (2002). The Sociology of Sport and Physical
Education.
Greet Britain. The University Press,
Cambride, United Kingdom.
Ch.
Fajar Sri Wahyuniati dkk. Membuka Peluang
Bisnis Olahraga Kebugaran
dalam Membangun Program Industri
Olahraga Melalui Program
Kuliah Kewirausahaan.
FIK UNY.
Claude Bouchard, Bari
D. Mc.Pherson, Albert W. Taylor. (1990). Physical
Activity Sciences.
Human Kinetics Book. Campaign, Illinosis.
Jalu.(2001).
Hubungan Olahraga dan Ekonomi.
Diambil pada Tanggal 16
Raswingayo(2003).
Ekonomi dan Olahraga. Diambil pada
Tanggal 16
September 2012. Dari http://raswingayo.blogspot.com/2010/03/olahraga- dan-ekonomi.
Maksih banyak Agar Toko Online Ramai serta Cara Packing Barang juga Cara Pasang Iklan di Tokopedia lalu Cara Mengatasi Online Shop Sepi juga layanan Jasa Pembuatan Website Online Shop dan Cara Meningkatkan Penjualan di Lazada kemudian Kenapa Jualan di Shopee Sepi lainnya Jualan di Tokopedia Sepi dan satu lagi Marketplace FB Sepi dan Beli Jilbab Murah di Jilbab Terbaru
ReplyDelete