Wednesday, May 20, 2015

PENGARUH METODE LATIHAN DAN KOORDINASI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING BOLAVOLI EKSTRAKURIKULER SEKOLAH MENENGAH ATAS

The Effect of Exercise Method and Coordination on the Improvement of Passing Skills in the Extracuricular volleyball Senior High Schools

Nanda Sulistiyo, Suharjana
SD Unggulan Aisyiyah Bantul Yogyakarta, FIK Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Penelitian ini bertujuan: (1) perbedaan pengaruh metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA, (2) perbedaan pengaruh koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA, (3) interaksi metode latihan dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA. Populasi penelitian ini seluruh SMA yang menyelenggarakan ekstrakurikuler bolavoli di Kabupaten Bantul. Sampel 60 orang peserta ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Sewon dan SMA Negeri 2 Bantul dengan teknik purposive random sampling. Analisis data menggunakan Kolmogorof-Smirnov Test untuk normalitas. Uji homogenitas dengan menggunakan Levene Statistics, dan pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan (Two-Way Anova). Hasil pengujian adalah: 1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA. 2) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA. 3) Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara kedua kelompok metode latihan dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA.

Kata kunci: metode latihan, koordinasi, keterampilan passing bolavoli, sma

Abstract
This study aims to reveal: (1) there is a significant difference in the effects of the command exercise method and exploration excercise method on the improvement of the passing skills in the extracuricular volleyball at senior high schools (SHSs), (2) there is a significant difference in the effects of the high coordination and the low coordination on the improvement of the passing skills in the extracuricular volleyball at SHSs, and (3) the interaction between the excercise methods and the coordination on the of the passing skills in the extracuricular volleyball at SHSs. The research population comprised all SHSs running the extracuricular volleyball in Bantul Regency. The samples, consisting of 60 participants in the extracuricular volleyball at SMA Negeri 1 Sewon and SMA Negeri 2 Bantul, was selected by means purposive random sampling teachnique. The data were analyzed was by the Kolmogorov-Smirnov test for normality. The homogeneity was assessed by Levene Statistics, and the hypotheses were tested by Two-Way Analysis of Variance. The results of the study are as follows. (1) There is a significant difference in the effects of the command excercise method and exploration excercise method on the improvement of the passing skills in the extracuricular volleyball at SHSs. (2) There is a significant difference in the effects of the high coordination and the low coordination on the improvement of the passing skills in the extracuricular volleyball at SHSs, and (3) There is no significant interaction between excercise methods and coordination on the improvement of the passing skills in the extracuricular volleyball at SHSs.

Keyword: Excercise Methods, coordination, volleyball passing skill



Pendahuluan

Bolavoli merupakan suatu permainan beregu yang dimainkan oleh dua tim yang saling berhadapan dan masing-masing terdiri dari enam pemain. Permainan bolavoli sangat familier di masyarakat, dimulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah sudah tidak asing lagi dengan nama permainan bolavoli. Bolavoli dapat dimainkan oleh semua umur, dewasa maupun muda. Kebanyakan orang memainkan bolavoli ini untuk mengisi waktu luang, mencari keringat, dan bahkan untuk prestasi (Barbara dan Ferguson, 2004, p.2).

Bolavoli menjadi cabang olahraga permainan yang menyenangkan karena dapat beradaptasi dengan kondisi yang mungkin timbul di dalamnya, dapat dimainkan dengan jumlah pemain yang bervariasi seperti voli pantai dengan jumlah pemian 2 orang, dan permainan dengan jumlah 6 orang yang biasa digunakan. Olahraga bolavoli dapat dimainkan disegala bentuk lapangan seperti rumput, kayu, pasir, ataupun lantai buatan, dapat dilakukan di dalam/ di luar gedung.

Seiring berkembangnya permainan bolavoli sekarang ini banyak pertandingan-pertandingan bolavoli untuk mencari pemain-pemain yang handal dalam eksplorasi tidak terbatas bolavoli yang jika dibina akan menjadi siswa profesional. Adanya pembinaan tidak hanya dilakukan di wilayah daerah saja namun di lembaga-lembaga pendidikan baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maupun di Perguruan Tinggi Negeri/Swasta (PTN/PTS).

SMA merupakan jenjang pendidikan yang sangat penting. SMA harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, secara sosial-intitusional maupun fungsional-akademik, baik secara proses maupun keluaran. Dari sisi sosial institusional berarti SMA harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar berfungsi sebagai tempat terjadinya proses sosialisasi antara anak didik yang akhirnya mengantarkan anak didik ke arah dewasa secara mental dan sosial. Oleh karena itu, keberadaan SMA yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Adanya pembinaan yang dilakukan guru pendidikan jasmani atau pelatih yang dilakukan oleh SMA se Kabupaten Bantul ini mampu menciptakan siswa yang berprestasi dalam permainan bolavoli. Adanya prestasi ini ditunjukkan pada pekan olahraga pelajar SMA yang rutin dilakukan setiap tahun di Kabupaten Bantul. Setiap sekolah SMA di Kabupaten Bantul wajib berpartisipasi dalam event tahunan ini. Pelaksanaan pekan olahraga pelajar ini daharapkan mampu menyaring siswa yang berprestasi dalam bolavoli se Kabupaten Bantul dan dijadikan sebagai alat untuk evaluasi bagi guru pendidikan jasmani maupun pelatih dalam pembinaan bolavoli.

Salah satu upaya pembinaan yang diselenggarakan di lingkungan SMA adalah dengan mengadakan ekstrakurikuler. Program ekstrakurikuler diperuntukkan bagi siswa yang ingin mengembangkan bakat dan kegemarannya dalam cabang olahraga serta lebih membiasakan hidup sehat. Faktor suksesnya kegiatan ekstrakurikuler bolavoli SMA se Kabupaten Bantul salah satunya adalah proses latihan bolavoli efektif yang tercipta dari strategi latihan yang digunakan.

Keberhasilan guru dan pelatih dalam membina siswa berprestasi dalam bidang bolavoli menjadi kebanggan bagi guru, pelatih dan sekolah. Tentunya untuk berprestasi dalam bidang bolavoli tidak dapat dicapai dengan mudah. Bolavoli merupakan permainan yang sulit dan membutuhkan latihan yang teratur dan terstruktur. Untuk dapat berprestasi, siswa dituntut untuk mengusai semua teknik yang ada dalam permainan bolavoli, terutama passing. Passing termasuk dalam beberapa teknik dasar yang harus dikuasai pemain dikarenakan passing merupakan modal utama dalam permainan bolavoli (Nuril, 2007, p.20). Untuk dapat melakukan passing dengan baik, siswa harus dapat mengetahui langkah-langkah dalam melakukan passing dan dapat melaksanakan langkah-langkah dalam passing dengan baik. Langkah-langkah dalam melakukan passing yaitu sikap awalan atau sikap siap, perkenaan bola, dan gerak lanjutan. (Roji, 2007, p.13).
Upaya untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan passing siswa harus berlatih melalui suatu proses latihan yang terprogram dan tersusun secara sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dan makin hari makin bertambah beban latihannya sesuai dengan prinsip latihan. Ada empat tahapan yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “physical training, technical training, tactical training, psychological and mental training.” Empat persiapan latihan physical training, technical training, tactical training, psychological and mental training, saling berhubungan satu dengan yang lainnya. (Bompa, 1999, p.54).
Latihan mempersiapkan kondisi fisik siswa sangat diperlukan untuk meningkatkan potensi fungsi alat-alat tubuh siswa dan untuk mengembangkan kemampuan biomotor menuju tingkatan yang tertinggi dalam menunjang keberhasilan passing. Komponen dasar biomotor adalah ketahanan, kekuatan, kecepatan dan kelentukan. Komponen lain seperti power, kelincahan, keseimbangan dan koordinasi merupakan kombinasi dan perpaduan dari beberapa komponen dasar biomotor (Sukadiyanto, 2010, p.82). Siswa yang memiliki koordinasi yang baik akan dapat melakukan latihan bolavoli terutama passing dengan baik.
Koordinasi merupakan kemampuan biomotorik yang sangat kompleks yang di dalam pelaksanaannya terdiri atas beberapa unsur fisik yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk merangkaikan beberapa gerakan menjadi satu pola gerakan yang efektif dan efisien. Menurut Irianto (2002, p.76) koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. Coordination is the ability of the performer to integrate types of body movement into specific patterns. (Babu & Kumar, 2014, p.34). Dijelaskan bahwa koordinasi merupakan kemampuan melakukan gerapak pola tertentu dengan baik.
Menurut Lutan (2000, p.77), koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan. Tingkatan baik atau tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat, cepat, dan efisien. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan keterampilan yang masih baru baginya. Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu kepola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif.
Dengan demikian koordinasi adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang (atlet) dalam memadukan berbagai macam gerak yang berbeda-beda, dengan kesulitan yang berbeda, tetapi dilakukan secara cepat, tepat, dan efisien. Setiap cabang olahraga memerlukan koordinasi gerakan, pengaturan gerakan yang termasuk didalamnya passing bawah dan atas dalam bolavoli, agar dapat dihasilkan gerakan yang benar. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil belajar passing bawah dan atas bolavoli diperlukan latihan koordinasi mata tangan dan kaki. Melihat teori koordinasi dia atas passing dan koordinasi merupakan prasyarat yang dibutuhkan dalam permainan bolavoli.
Melihat pentingnya passing dan koordinasi, maka kedua komponen ini harus dilatihkan kepada siswa secara kontinyu dikarenakan dengan memiliki koordinasi yang baik, akan menunjang dalam melakukan passing yang diperlukan dalam bolavoli. Hal yang harus dilakukan untuk memiliki passing yang baik selain dengan memiliki koordinasi yang baik dibutuhkan suatu metode latihan yang tepat digunakan saat latihan. Pemberian metode latihan yang tepat dalam proses latihan sangat diperlukan. Apalagi jika melihat siswa berlatih tentu saja lebih cepat merasa bosan jika pelatih melatih hanya monoton. Pelatih harus dapat menguasai metode latihan yang bervariasi dan menarik bagi anak latihnya. Metode komando dan metode eksplorasi merupakan dua bentuk dari metode latihan. Kedua metode ini akan sangat membantu dalam proses latihan terutama pada siswa peserta ekstrakurikuler bolavoli.
Pemberian metode latihan juga perlu diberikan agar siswa tidak jenuh dan menurunkan semangat siswa untuk berlatih passing bolavoli. Adapun metode yang sering digunakan adalah metode komando dimana pusat latihan atau pusat belajar ada pada pelatih. Menurut Paturusi (2012, p.123) metode komando adalah pendekatan mengajar ataupun melatih yang semua proses latihan bergantung pada pelatih. Pelatih menyiapkan semua aspek yang dibutuhkan pada saat latihan, guru atau pelatih juga bertanggungjawab dan berinisiatif terhadap proses latihan sekaligus memantau kemajuan atau perkembangan latihan siswa. Adapun dari tujuan metode komando ini Moston & Asworth (2008, p.78) Command style enables us to converse about teaching in a clear, efficient manner and to claim this jargon as our own.
Menggunakan metode komando ini pelatih harus menjelaskan, memberikan contoh, dan mengevaluasi sehingga siswa dibimbing ke satu tujuan yang sama. Dalam metode ini pelatih harus menguasai semua teknik dan perkembangannya, mempunyai kreativitas tinggi agar anak tidak bosan berlatih. Dengan metode komando kreativitas siswa menjadi berkurang dan kurang memberikan kesempatan siswa untuk berpikir dan menentukan keputusan dalam menghadapi masalah. Untuk itu pelatih juga harus mencoba metode lain selain komando yaitu metode eksplorasi. Dalam metode eksplorasi ini pelatih hanya menentukan materi dan alat yang dibutuhkan. Jadi, siswa lebih kreatif dalam menentukan latihan sehingga siswa diharapkan lebih berkembang.
Menurut Paturusi (2012, p.131) pada metode latihan eksplorasi guru atau pelatih hanya membantu menyiapkan alat yang diperlukan untuk latihan dan merancang tugas atau materi yang akan dijelajahi. Metode ini diutamakan siswa untuk memecahkan permasalahan sendiri, guru atau pelatih tidak memberikan contoh terlebih dahulu, menghindari pemberian petunjuk dan hasil yang harus dicapai, hanya sebatas mengingatkan cara pemakaian alat. Tujuannya adalah agar siswa tidak hanya meniru guru, sehingga anak lebih kreatif.
Lutan (2000, p.42) mengemukakan metode latihan eksplorasi memiliki ciri dan pelaksanaan pembelajaran guru atau pelatih hanya membantu menyediakan alat dan menyiapkan materi. Guru atau pelatih hanya mengingatkan bagaimana menggunakan alat. Adapaun pelaksanaannya sebagai berikut: (1) Jika yang diutamakan hasil latihan adalah kemampuan, maka siswa harus mencari cara pemecahannya sendiri, tidak ada contoh atau demonstrasi dari pihak guru atau pelatih. (2) Guru atau pelatih menghindari pemberian petunjuk dan hasil yang ingin dicapai, kecuali mengingatkan beberapa hal seperti pemakaian alat. Hal itu untuk mencegah siswa meniru sehingga tidak kreatif. (3) Guru atau pelatih aktif berkeliling untuk memantau dan memberikan dorongan serta menjawab pertanyaan yang dikemukakan secara perorangan maupun kelompok. (4) Guru atau pelatih tetap memusatkan perhatiannya untuk mekoordinasi dan memberikan kesempatan kepada siswa agar mandiri, semakin mandiri sesuai dengan perkembangan siswa.
Dalam metode latihan eksplorasi siswa merupakan titik sentral dalam latihan, sehingga metode eksplorasi ini memberi kesempatan kepada siswa seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya. Latihan passing dengan metode eksplorasi yaitu, guru atau pelatih mendesain pengajaran sedemikian rupa agar semua siswa mendapat kesempatan melakukan tugas secara merata. Selanjutnya guru memperkenalkan teknik passing bawah maupun atas yang baik dan benar yaitu, dari sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut serta mendemonstrasikan atau memberikan contoh gerakan passing atas yang benar.
Metode komando dan metode eksplorasi merupakan dua bentuk dari metode latihan. Kedua metode ini akan sangat membantu dalam proses latihan terutama pada siswa SMA. Metode komando merupakan metode latihan yang sering dilakukan pelatih dan materi diberikan sesuai dengan yang ditentukan pelatih. Metode eksplorasi ini juga diharapkan dapat menjadi metode yang tepat untuk melatih anak usia SMA. Apalagi melihat teknik yang ada dalam bolavoli tentu saja kreativitas siswa sangat membantu dalam proses latihan.
Agar metode yang diterapkan mampu meningkatkan hasil latihan siswa dalam penguasaan keterampilan bermain bolavoli, maka dalam penelitian ini akan dicobakan dua macam metode latihan yang diterapkan dalam proses latihan keterampilan teknik dasar bolavoli yaitu metode komando dan metode eksplorasi. Dengan demikian juga akan diketahui metode yang tepat digunakan untuk latihan passing bolavoli bagi siswa SMA. Selain metode latihan siswa komponen biomotor siswa juga perlu diperhatikan. Salah satu komponen biomotor yang diamati dalam observai adalah koordinasi.
Salah satu komponen biomotor yang dibutuhkan dalam teknik passing bawah adalah koordinasi. Peranan koordinasi mata tangan dan kaki dalam permainan keterampilan passing bawah bolavoli sangat dibutuhkan, karena hampir seluruh permainan bolavoli membutuhkan koordinasi mata tangan dan kaki. Dengan koordinasi mata tangan dan kaki akan sangat menunjang untuk menguasai atau memainkan bola dengan baik. Koordinasi mata tangan dan kaki merupakan dasar untuk mencapai ketrampilan yang tinggi dalam melakukan teknik-teknik dasar bolavoli termasuk passing bawah.
Hasil observasi passing bawah yang dilakukan menunjukkan bahwa ada siswa yang dapat melakukan passing dengan baik ada pula yang tidak. Siswa yang tidak dapat melakukan passing dengan baik menunjukkan tidak memiliki koordinasi mata tangan dan kaki yang tinggi. Koordinasi tinggi siswa tercermin dari mata melihat arah datangnya bola, gerakan kaki saat akan melakukan passing, perkenaan bola dan gerak lanjutan. Siswa yang memiliki koordinasi rendah terlihat saat melakukan passing mengalami kesulitan dan hasilnya tidak maksimal. Akan tetapi, belum diadakannya tes untuk mengetahui koordinasi siswa. Untuk itu, koordinasi siswa juga perlu dilatihkan dan diukur untuk mengetahui koordinasi tinggi atau koordinasi rendah yang baik dalam latihan passing bolavoli.
Dengan demikian guru dan pelatih harus mampu untuk mengembangkan keterampilan passing siswa dan memberikan program latihan yang bermanfaat. Pelatih yang berperan dan berpengaruh dalam proses latihan dan latihan yang mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan permasalahan dapat diterapkan dalam proses latihan. Kualitas pelatih dan program latihan merupakan salah satu penentu di dalam pencapaian tujuan latihan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah eksperimen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rancangan faktorial 2 x 2 yaitu suatu eksperimen faktorial yang menyangkut dua faktor masing-masing faktor terdiri atas dua buah taraf, dengan menggunakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Eksperimen faktorial adalah eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf setiap faktor lain yang ada dalam eksperimen (Sudjana, 2002, p.148). Rancangan penelitian dapat selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Kerangka Desain Penelitian
Metode latihan (A)
Metode Komando (A1)
Metode
eksplorasi (A2)
Koordinasi (B)
Koordinasi tinggi (B1)
A1B1
A2B1
Koordinasi rendah (B2)
A1B2
A2B2

Keterangan:
A1B1: Kelompok siswa yang mempunyai
            koordinasi tinggi dilatih 
            menggunakan metode komando.
A2B1: Kelompok siswa yang mempunyai
            koordinasi tinggi dilatih 
            menggunakan metode eksplorasi
A1B2: Kelompok siswa yang mempunyai
            koordinasi rendah dilatih 
            menggunakan metode komando.
A2B2: Kelompok siswa yang mempunyai
            koordinasi rendah dilatih
            menggunakan metode eksplorasi.

            Hasil eksperimen yang menggunakan desain faktorial akan memperoleh informasi tentang kontribusi masing-masing variabel independen terhadap hasil perlakuan dan interaksi di antara variabel-variabel yang dilibatkan. Kelebihan menggunakan penelitian eksperimen desai faktorial adalah kemampuan untuk memperoleh informasi mengenai interaksi di antara variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen.
            Penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, kelompok 1 metode komando koordinasi tinggi (A1B1), kelompok 2 metode eksplorasi koordinasi tinggi (A2B1), kelompok 3 metode komando koordinasi rendah (A1B2), kelompok 4 metode eksplorasi koordinasi rendah (A2B2). Masing-masing kelompok dilatih oleh seorang guru dan pelatih yang mempunyai kualifikasi yang sama dan dalam pelaksanaan program latihan diawasi oleh seorang koordinator pelatih. Guru dan pelatih yang melaksanakan program latihan diundi secara random sehingga semua mempunyai kesempatan untuk melatih salah satu dari empat kelompok tersebut. Frekuansi latihan dilakukan tiga kali seminggu yaitu pada hari senin, kamis dan sabtu di lapangan bolavoli SMA Negeri 1 Sewon Bantul.

Waktu dan Tempat Penelitian

            Penelitian pengaruh metode latihan dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sewon Bantul. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan April 2014, jadi lama penelitian ini adalah selama 3 bulan. Lama latihan selama 80 menit setiap kali pertemuan. Jumlah pertemuan 21 kali. Latihan dimulai pukul 16.00-17.20 WIB

Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

            Menurut Sukandarrumidi (2004, p.47) populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tetentu dan sama. Sedangkan Mulyatiningsih (2011, p.10) menyatakan bahwa populasi adalah sekumpulan orang yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi penelitian ini adalah seluruh SMA yang menyelenggarakan ekstrakurikuler bolavoli berada di Kabupaten Bantul.
            Dalam suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh populasi diteliti, akan tetapi dapat dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi (2010, p.131) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
            Sampel penelitian ini ditentukan secara purposive random sampling dari seluruh sekolah menengah atas yang berada di Kabupaten Bantul. Adapun dalam penelitian ini kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Sekolah Menengah Atas negeri yang berada di Kabupaten Bantul, (2) SMA Negeri di Kabupaten Bantul yang menyelenggarakan ekstrakurikuler minimal 2x dalam seminggu, (3) Memiliki 2 pelatih untuk melatih kegiatan ekstrakurikuler bolavoli, (4) Keberadaan sekolah berada di tengah-tengah Kabupaten Bantul, (4) SMA Negeri di Kabupaten Bantul yang memiliki rangking 10 besar Kabupaten Bantul.
            Dengan melihat kriteria sampel di atas, maka dalam penelitian ini sampel penelitian adalah SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 2 Bantul, SMA Negeri 3 Bantul, dan SMA Negeri 1 Jetis. Sampel penelitian diambil secara random assignment adalah penunjukkan subjek sebagai sampel eksperimen yang didasarkan pada teori probabilitas bahwa setiap subyek memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel eksperimen. Sampel yang diambil secara random berarti sampel tersebut diperoleh melalui prosedur tertentu dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Siswandari, 2009, p.6). Dari seluruh sekolah menengah atas yang diambil secara purposive random sampling sampel penelitian yaitu, SMA N 1 Sewon dan SMA N 2 Bantul yang mengikuti ekstrakurikuler bolavoli berjumlah 60 orang.
            Langkah pertama dalam analisis adalah mengidentifikasi siswa menjadi kelompok atas dan kelompok bawah berdasarkan koordinasinya dengan menggunakan skor tes keseluruhan. Akan menggunakan kelompok atas sebesar 27% dan bawah sebesar 27% dari skor (Baumgarter, Jackson, Mahar, & Rowe, 2007, p.463). Kemudian setiap masing-masing kelompok dibagi menjadi 2 kelompok lagi yaitu untuk masing-masing mendapatkan perlakuan metode komando dan eksplorasi. Sehingga kelompok menjadi 4 kelompok dengan pembagian kelompok sebagai berikut:

Tabel 2. Pengelompokan sampel penelitian
Metode latihan (A)
Metode Komando (A1)
Metode
Eksplorasi (A2)
Koordinasi (B)
Koordinasi tinggi (B1)
9
8
Koordinasi rendah (B2)
9
8
Jumlah
18
16


penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent) dan 1 variabel terikat (dependent) dengan rincian variabel bebas yang terdiri dari 2 metode yaitu: (1). Metode komando, dan (2) Metode eksplorasi. Metode komando adalah pendekatan mengajar ataupun melatih yang semua proses latihan bergantung pada pelatih. Guru atau pelatih menyiapkan semua aspek yang dibutuhkan pada saat latihan, guru atau pelatih juga bertanggungjawab dan berinisiatif terhadap proses latihan sekaligus memantau kemajuan atau perkembangan latihan siswa. Jadi, metode komando kegiatan pembelajaran atau latihan. Metode latihan eksplorasi guru atau pelatih hanya membantu menyiapkan alat yang diperlukan untuk latihan dan merancang tugas atau materi yang akan dijelajahi. Metode ini diutamakan siswa untuk memecahkan permasalahan sendiri, guru atau pelatih tidak memberikan contoh terlebih dahulu, menghindari pemberian petunjuk dan hasil yang harus dicapai, hanya sebatas mengingatkan cara pemakaian alat. Tujuannya adalah agar siswa tidak hanya meniru guru, sehingga anak lebih kreatif. Jadi, metode eksplorasi ini kegiatan pembelajaran atau latihan berpusat pada siswa.
Variabel bebas atributif dalam penelitian ini yaitu: (1) Koordinasi tinggi, dan (2) Koordinasi rendah. Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan. Tingkatan baik atau tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat, cepat, dan efisien. Siswa dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan keterampilan yang masih baru baginya. Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu kepola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif.
Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah: (1) Passing atas, passing atas adalah menyajikan bola dengan menggunakan kedua tangan di angkat ke atas lurus agak di depan kepala, jari-jari tangan dibuka sedikit lebar setelah itu bola yang datang didorongkan ke atas agak depan. Passing atas ini sering digunakan untuk mengumpan. Passing atas lebih banyak digunakan oleh seorang setter dalam permainan bolavoli. (2) Passing atas, passing bawah adalah mengambil bola yang datang agak rendah dan  dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, dan memantulkan ke lengan bagian bawah dipantulkan diberikan kepada teman atau pengumpan. Passing bawah sering digunakan untuk menahan smash dari lawan.

Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi (2006, p.203) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen untuk mengetahui koordinasi dalam penelitian ini menggunakan tes koordinasi mata tangan dan kaki milik Baumgarter, Jackson, Mahar, & Rowe (2007, p.343). Tes koordinasi milik Baumgarter, Jackson, Mahar, & Rowe (2007, p.463) ini memiliki reliabilitas tes 0,867.
Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan passing adalah Kautz Volleyball Passing Test  yaitu untuk mengukur kemampuan passing atas dan passing bawah. Adapun instrumen tes ini memiliki validitas 0.82 dan reliabilitas 0.90 (Collins & Hodges, 2001, p.297).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode analisa data dengan analisis statistik parametrik berupa analisis variansi dua jalan (Two-Way Anova) dan uji lanjutnya (post-hoc test) dengan LSD (Least Square Difference). Mengingat analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan ANAVA, maka sebelum sampai pada pemanfaatan ANAVA perlu dilakukan terlebih dahulu diuji normalitas sebaran dan homogenitas varians data.
Pengujian normalitas sebaran data dipergunakan uji Kolmogorov-Smirnov Tests of Normality (Sudjana, 2005, p.466). Uji normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan software komputer SPSS.  Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila p > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti dapat disimpulkan bahwa data sampel tersebut berdistribusi normal. Demikian pula sebaliknya apabila p < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal.
Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi berasal dari varians yang sama dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Tes statistik yang digunakan adalah Levene Statistic dan proses perhitungan diselesaikan dengan bantuan komputer  software komputer SPSS. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji persamaan beberapa sampel yaitu homogen atau tidak. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila p > 0.05, maka berarti dapat disimpulkan bahwa data sampel tersebut memiliki varians homogen. Demikian pula sebaliknya apabila p < 0.05, berarti dapat disimpulkan bahwa data sampel tersebut memiliki varians tidak homogen.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan analisis varian. Analisis varians dua jalur digunakan untuk menguji pengaruh utama (main effect) antara variabel bebas metode latihan dan variabel atribut koordinasi (simple effect) terhadap variabel terikat keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila p > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti dapat disimpulkan bahwa data sampel tersebut terdapat perbedaan. Demikian pula sebaliknya apabila p < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat perbedaan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bawah ekstrakurikuler bolavoli Sekolah Menengah Atas adalah sebesar 0.041 < 0.05, maka Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bawah bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas, ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bawah bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing atas bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas adalah sebesar 0,038 < 0.05, maka Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing atas bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas, ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing atas bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bawah bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas adalah sebesar 0,018 < 0.05, maka Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bawah bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas, ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bawah bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing atas bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas adalah sebesar 0,000 < 0.05, maka Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari metode koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing atas bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas, ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan dari koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing atas bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi interaksi metode (komando dan eksplorasi) dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing bawah bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas adalah sebesar 0.590 > 0.05, maka Ho yang menyatakan tidak ada interaksi, diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi metode latihan (komando dan eksplorasi) dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing bawah bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi interaksi metode (komando dan eksplorasi) dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing atas bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas adalah sebesar 0.160 > 0.05, maka Ho yang menyatakan tidak ada interaksi, diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi metode latihan (komando dan eksplorasi) dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing atas bolavoli ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas.

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Komando dan Metode Latihan Eksplorasi terhadap Peningkatan Keterampilan Passing Bolavoli Ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dinyatakan bahwa hipotesis penelitian tentang ada perbedaan pengaruh metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas, diterima. Artinya bahwa metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas.
Keberhasilan metode komando dalam meningkatkan keterampilan passing bolavoli dikarenakan pelatih selalu mengawasi jalannya latihan. Pelatih selalu memberikan materi dengan jelas dan memberikan contoh langsung kepada siswa teknik passing yang baik dan benar. Jalannya latihan metode komando ini dapat terkendali dengan baik sehingga siswa dapat terfokus pada latihan yang diberikan oleh pelatih. Pelatih pada metode latihan komando ini lebih menunjukkan karakter dari pelatih ini untuk dapat melatih siswa dengan efektif dan efisien. Pelatih leluasa untuk membentuk keterampilan siswa. Dalam hal ini pelatih melalui metode latihan komando dapat meningkatkan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas.
Menrurut Paturusi (2012, p.123). Metode latihan komando ini berarti semua proses latihan berpusat pada pelatih. Dengan adanya latihan yang berpusat pada pelatih ini diharapkan semua proses latihan dapat diawasi dan dalam pengawasan pelatih. Pelatih dapat melakukan perlakuan sesuai dengan kemauan pelatih sendiri. Metode latihan komando ini merupakan salah satu metode latihan yang digunakan untuk melatih. Penerapan dari metode ini adalah penjelasan disampaikan singkat dan langsung tertuju pada yang dimaksud. Tekanannya adalah pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk berlatih sebanyak mungkin. Yang perlu dianalisis yaitu, biasannya yang sering terjadi, yaitu petunjuk pelatih terlampau rinci dan informasi terlampau banyak yang biasanya tidak dapat diingat oleh siswa. Penyampaian yang bertele-tele, perlu diganti dengan penyampaian contoh, baik sebagian maupun keseluruhan tugas gerak (Paturusi, 2012, p.123).
Sedangkan metode latihan eksplorasi pada dasarnya pelatih hanya membantu menyiapkan alat yang diperlukan untuk latihan dan merancang tugas atau materi yang akan dijelajahi. Metode ini diutamakan siswa untuk memecahkan permasalahan sendiri, pelatih tidak memberikan contoh terlebih dahulu, menghindari pemberian petunjuk dan hasil yang harus dicapai, hanya sebatas mengingatkan cara pemakaian alat. Tujuannya adalah agar anak tidak hanya meniru pelatih, sehingga anak lebih kreatif (Paturusi, 2012, p.131).
Pada metode latihan eksplorasi ini latihan berpusat pada siswa. Dalam hal ini siswa berkuasa sepenuhnya pada proses latihan yang sedang dijalani. Pelatih dalam metode latihan eksplorasi ini hanya memberikan petunjuk latihan, waktu, alat yang dipakai, dan petunjuk permainan, atau teknik yang akan siswa lakukan. Dalam latihan eksplorasi siswa merupakan titik sentral dalam latihan, sehingga gaya melatih eksplorasi ini memberi kesempatan kepada siswa seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
Keberhasilan pelatih menggunakan metode latihan eksplorasi ini pada latihan dikarenakan tujuan dari latihan eksplorasi ini dapat terlaksana dengan baik. Siswa yang sebelumnya hanya mencontoh dari pelatih saat latihan kini menjadi lebih kreatif karena dituntut untuk dapat menyelesaikan sebuah permasalahan sendiri. Adanya persaingan yang sehat dengan teman berlatih ini menyebabkan siswa termotivasi untuk berlatih dan menunjukkan kemampuan dan terus menggali kemampuan yang dimilikinya untuk menjadi yang terbaik. Siswa yang sebelumnya tidak percaya diri jika diawasi oleh pelatih dapat menjadi percaya diri dikarenakan bebas bergerak dan bebas untuk melakukan latihan sesuai dengan kemauan sendiri.
Kedua metode komando dan metode eksplorasi dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan passing bolavoli siswa. Metode komando terbukti dapat meningkatkan keterampilan passing bolavoli secara signifikan hal ini membuktikan bahwa metode komando memiliki kelebihan lebih banyak penekanan dari pelatih dan semua siswa dapat berkembang secara kelompok dikarenakan perlakuan yang sama dan berulang-ulang dari pelatih. Sedangkan pada metode eksplorasi juga dapat meningkatkan keterampilan passing bolavoli. Penekanan pada metode eksplorasi yaitu siswa dihadapkan pada permasalahan passing. Metode eksplorasi memiliki kelebihan membuat siswa dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Siswa dapat mengeksplor permasalahan yang dihadapi sehingga siswa akan mudah ketika dihadapkan pada permasalahan latihan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedua metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas. Guru dan pelatih jika ingin meningkatkan keterampilan passing bolavoli secara berkelompok maka lebih baik menggunakan metode komando, apabila menginginkan siswa dapat berlatih untuk memecahkan masalah maka lebih baik menggunakan metode eksplorasi.

Koordinasi Tinggi Lebih Baik daripada Koordinasi Rendah terhadap Peningkatan Keterampilan Passing Bolavoli Ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dinyatakan bahwa koordinasi tinggi lebih baik daripada koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas diterima. Artinya bahwa koordinasi tinggi dan koordinasi rendah mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas.
Siswa yang memiliki koordinasi tinggi mempunyai kesempatan untuk bergerak lebih dinamis, lebih efektif, dan efisien. Siswa yang memiliki koordinasi tinggi akan lebih mudah dalam menyerap materi latihan yang diberikan. Siswa yang memiliki koordinasi tinggi akan lebih mudah beradaptasi, lebih mudah untuk melakukan dan mempelajari teknik-teknik yang baru dipelajari sehingga penguasaan teknik passing dalam bolavoli tentunya akan lebih mudah.
Sebaliknya, siswa yang memiliki koordinasi rendah akan mudah mengalami kelelahan, sulit beradaptasi, sulit berkonsentrasi, karena banyak melakukan gerakan yang tidak efektif dan efisien. Siswa akan kebingungan dalam melakukan gerakan dikarenakan antara tangan, mata, dan kaki tidak terkoordinir dengan baik sesuai dengan gerakan yang akan dilakukan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi tinggi dan koordinasi rendah mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas.

Interaksi antar Kedua Kelompok Latihan dan Koordinasi terhadap Peningkatan Keterampilan Passing Bolavoli Ekstrakurikuler Sekolah Menengah Atas

Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang menyatakan ada interaksi antar kedua kelompok latihan dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas, ditolak. Artinya bahwa tidak terdapat interaksi yang signifikan antara kedua kelompok latihan dan koordinasi terhadap peningkatan keterampilan passing siswa bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas.
Simpulan dan saran
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan pada bab terdahulu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan metode latihan komando dan metode latihan eksplorasi terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA. Keterampilan passing siswa peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA yang dilatih menggunakan metode komando lebih tinggi daripada siswa yang dilatih menggunakan metode eksplorasi. (2) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan koordinasi tinggi dan koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler SMA. Siswa yang memiliki koordinasi tinggi lebih baik daripada koordinasi rendah terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas. (3) Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara kedua kelompok latihan dan koordinasi terhadap keterampilan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas.
Saran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, dan pembahasan, maka penelitian ini mempunyai implikasi sebagai berikut: (1) Metode latihan komando ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan keterampilan passing bolavoli ekstrakurikuler sekolah menengah atas. Guru, pelatih, dan pembina olahraga dapat menerapkan metode latihan ini dalam melatih atau mengajar keterampilan passing. Dengan memperhatikan kelebihan dan keefektifan dari metode latihan komando dapat digunakan sebagai solusi bagi pelatih atau pembina olahraga dalam upaya peningkatan hasil keterampilan passing bolavoli. (2) Koordinasi tinggi dan rendah dapat mempengaruhi dalam upaya meningkatakan hasil keterampilan passing bolavoli. Dengan demikian pelatih atau pembina olahraga dapat memperhatihkan latihan koordinasi dalam upaya peningkatan keterampilan passing bolavoli.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Babu, M.S. & Kumar, P.P.P.S. (2014). Effect of continuous running fartlek and interval training on speed and coordination among male soccer players. Journal of physical education and sports management: American Research Institute for Policy Development 42 Monticello Street.
Barbara L.V. & Bonnie J.F. (2004). Bolavoli tingkat pemula. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Baumgarter, T.A., Jackson, A.S.T., Mahar, M.T., & Rowe, D.A. (2007). Measurement for evaluation in physical education and exercise science. New York: Avenue of the Americas.

Bompa, Tudor O. (1999). Periodization: theory and methodology of training, (4th editi-on). Dubuque, Lowa: Kendal/Hunt Publising Company.

Collins, D. R. & Hodges, P.B. (2001). A comprehensive guide to sports skills test and measurement. USA: British Library.

Hadi, Sutrisno. (2002). Metodologi research. Yogyakarta: Andi Offside.
Irianto, J.P. (2000). Pendidikan kebugaran jasmani yang efektif dan aman. Yogyakarta: Lukman Offset.
Lutan, Rusli. (2000). Strategi belajar mengajar penjaskes. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Pendididan Dasar dan Menengah.
Moston, Muska & Ashworth, Sara. (2008). Teaching physical education. Jyvaskyla, Finland: University of Jyvaskyla.
Mulyatiningsih, Endang. (2011). Riset terapan. Yogyakarta: UNY Press.
Nuril, Ahmadi. (2007). Panduan olahraga bola voli. Surakarta: Era Pustaka Utama.
Paturusi, Achmad. (2012). Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga. Jakarta: Rineka Cipta.

Roji. (2007). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Jakarta: Erlangga.

Siswandari. (2009). Statistika. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Sudjana. (2002). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sukadiyanto. (2010). Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Yogyakarta: FIK UNY.

Sukandarrumidi. (2004). Metode penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Profil Singkat
1.      Nanda Sulistiyo
Nanda Sulistiyo merupakan alumni  mahasiswa ilmu keolahragaan program pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Alamat rumah: Pundung Ped. V RT 20 RW 10 Banaran Galur Kulon Progo.
Riwayat Pendidikan
No
Jenjang
Bidang
Asal Sekolah
Tahun Lulus
1
SD

SD N Sidakan
2002
2
SMP

SMP N 1 Galur
2005
3
SMA

SMA N 2 Bantul
2008
4
S1
PJKR
UNY
2008
5
S2
Ilmu Keolahragaan
UNY
2015


2.      Prof. Dr. Suharjana, M.Kes.
Prof. Dr. Suharjana, M.Kes. merupakan guru besar UNY jurusan pendidikan kesehatan dan rekreasi. Alamat rumah: Perum Balai Asri Blok A2, Gamping Sleman Yogyakarta.
Riwayat Pendidikan
No
Jenjang
Bidang
Asal Sekolah
Tahun Lulus
1
SD

SD N Wijimulyo
1975
2
SMP

SMP N Jatisarono
1979
3
SMA
Pend. OR dan Kesehatan
SGON Wates
1982
4
S1
Pend. OR dan Kesehatan
FPOK IKIP Yogyakarta
1987
5
S2
Ilmu Kesehatan OR
PPs UNAIR Surabaya
1997
6
S3
Ilmu Keolahragaan
PPs UNESA Surabaya
2009



No comments:

Post a Comment