Oleh: Nanda Sulistiyo
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai orang tua akan menantikan dan memperhatikan
perkembangan anaknya seperti belajar bagaimana untuk berguling dan merangkak.
Masing-masing merupakan bagian dari proses perkembangan fisik. Proses
pematangan terjadi secara teratur, yaitu kemampuan keterampilan tertentu dan umumnya
terjadi sebelum mencapai perkembangan lainnya. Sebagai contoh, bayi belajar
merangkak sebelum mereka belajar berjalan. Namun, juga penting untuk menyadari
bahwa tingkat di mana tonggak ini dicapai dapat bervariasi. Beberapa anak
belajar berjalan lebih cepat dari teman sebaya mereka yang sama usianya,
sementara yang lain mungkin diperlukan waktu sedikit lebih lama.
Seorang anak yang mengalami pertumbuhan, sistem
sarafnya menjadi lebih matang. Oleh karena itu anak menjadi lebih mampu
melakukan tindakan yang semakin kompleks. Seiring dengan pertumbuhan anak akan
terjadi perkembangan motoriknya juga. Anak akan memiliki keterampilan motorik
kasar dan motorik halus yang akan dikembangkan. Keterampilan motorik melibatkan
otot-otot yang lebih besar termasuk lengan dan kaki. Tindakan yang membutuhkan
keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, berlari, keseimbangan dan
koordinasi. Ketika mengevaluasi
keterampilan motorik kasar, faktor-faktor yang termasuk ahli melihat kekuatan,
otot, kualitas gerakan dan berbagai gerakan. Keterampilan motorik melibatkan
otot kecil di jari, jari kaki, mata dan daerah lainnya. Tindakan yang
memerlukan keterampilan motorik halus cenderung lebih rumit, seperti
menggambar, menulis, memegang benda, melempar, melambai dan penangkapan.
Pusat tubuh berkembang sebelum daerah luar. Otot
terletak di inti tubuh menjadi lebih kuat dan mengembangkan lebih cepat dari
yang di kaki dan tangan. Pembangunan berjalan dari atas ke bawah, dari kepala
ke jari kaki. Inilah sebabnya mengapa bayi belajar untuk menahan kepala mereka
sebelum mereka belajar cara merangkak. Otot besar berkembang sebelum otot kecil
tangan. Otot tubuh dalam inti, kaki dan tangan berkembang sebelum mereka di
jari dan. Anak-anak belajar bagaimana melakukan keterampilan motorik seperti
berjalan sebelum mereka belajar untuk melakukan keterampilan motorik seperti
menggambar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGUKURAN
PENAMPILAN MOTORIK
Berbagai cara dapat dilakukan dalam
mengukur penampilan keterampilan gerak, tetapi pada dasarnya terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu; response
outcome measures (mengukur indikasi produk atau hasil dari penampilan
motorik), dan respons production measures
(mengukur karakteristik) (Wengayo, 2010). Pengukuran ini menginformasikan
tentang sistem syaraf berfungsi dan otot beroperasi atau bagaimana anggota
badan, dan persendian beraksi sebelum, saat, dan setelah gerakan. Dua kategori
tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut:
Kategori
contoh pengukuran dan contoh penampilan
1.
Performance
outcome measures
Waktu Reaksi, Kesalahan gerak,
Keberhasilan gerak, Jarak, Waktu bergerak saat mendengar suara, Seberapa jauh
jarak antara tubuh dengan obyek, Kemampuan mengenai target saat menendang,
Ketinggian lompatan
2.
Performance
product measures
Penempatan, Kecepatan,
Electroencephalogram, Jarak gerak tubuh untuk memperoleh hasil, Kecepatan tubuh
bergerak, Karakteristik tanggapan, Waktu Reaksi (reaction time), Seberapa lama
waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk memulai suatu gerak disebut sebagai
waktu reaksi (reaction time). Waktu reaksi bukanlah waktu yang digunakan seseorang
dalam bergerak melainkan sejenak sebelum gerak itu sendiri dimulai. Waktu
reaksi dimulai ketika menerima isyarat (berupa kata-kata, suara, cahaya, dll),
kemudian diterima oleh alat sensori, dan direspon dalam berbagai tindakan yang
diperlukan.
Ada tiga tipe situasi waktu reaksi,
yaitu:
1.
Waktu reaksi sederhana
(simple RT), yaitu jika hanya terdapat
satu isyarat dan diperlukan satu respon sederhana.
2.
Waktu reaksi pilihan (choice RT), yaitu jika terdapat lebih
dari satu isyarat rangsang, dan masing-masing isyarat tersebut memerlukan
tanggapan yang khusus
3.
Waktu reaksi
diskriminasi (diskrimination RT),
yaitu jika terdapat lebih dari satu isyarat rangsang, tetapi tanggapan hanya
satu saja. Waktu Pergerakan dan Waktu Reaksi (Movement Time and Reaction Time)
Waktu bergerak
merupakan pengukuran waktu yang hampir serupa dengan pengukuran waktu reaksi.
Yang membedakan adalah dimulai ketika waktu reaksi telah berakhir dan berakhir
setelah pergerakan selesai dilakukan. Jumlah dari kedua waktu adalah merupakan
waktu tanggapan (respons time).
Dari uraian di atas adalah nyata bahwa
ada perbedan dan harus dibedakan anatara reaction
time, movement time, dan respons time, mengingat implikasinya
dalam pembelajaran penguasaan keterampilan gerak.
Pengukuran Kesalahan (Error Measurement), dibuat sebagai hasil
dari sebuah pergerakan merupakan hal penting dalam upaya penelitian
pembelajaran gerak. Salah satu hasil data dari pengukuran ini adalah ketepatan
gerak seseorang dalam penggunaan waktu/tempo dan ruang. Contoh pengukuran ini
dapat tergambar jelas pada pengukuran technical
skill pada cabang aerobic gymnastics.
Pelaporan hasil dari pengukuran ini
dapat berupa tabel yang mencatat beberapa kali percobaan pergerakan dan
seberapa akurat pergerakan yang dilakukan baik secara spatial maupun temporal.
Dari catatan tersebut dapat dapat diolah dan dimaknai seberapa bagus kualitas
keterampilan yang dilkaukan.
a.
Hubungan
antara Pengukuran Kesalahan dan Pembelajaran Keterampilan
Sebagai guru jika melihat kesalahan pada pembelajar,
yang harus dilakukan adalah menganalisa jenis kesalahan apakah yang terjadi,
kemudian mencari apa penyebabnya , kemudian berdasarkan data pengukuran dapat
ditentukan rencan langkah perbaikan untuk mengatasi perbedaan tersebut.
Pengukuran pada keterampilan yang bersifat kontinyu menghasilkan penelusuran
kesalahan penampilan (tracking performance error).
b. Pengukuran Kinematis (Kinematic Measure)
Terminologi
kinematik adalah diskripsi gerak tanpa memerlukan tenaga maupun masa.
Pengukuran kinematis berguna pada peningkatan akuisisi perlengkapan yang
disediakan untuk menganalisa pergerakan kinematis yang akan diukur. Komponen
kinematis yang dapat diukur adalah kecepatan, percepatan, kecepatan linier,
kecepatan anguler, dll. Selain pengukuran di atas dalam pembelajaran juga
penting untuk dilakukan adalah pengukuran dengan menggunakan alat elektik yaitu
electromyography (EMG). Alat ini mengukur masing-masing kwalitas gerak yang
dilakukan oleh masing-masing otot. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
pengukuran ketepatan terhadap sasaran dengan pergerakan subyek yang cepat. Panduan
untuk Pengukuran Penampilan Pilihan Terdapat empat kriteria besar dalam
Pengukuran, yaitu:
1.
Obyektivitas
2.
Reliabilitas
3.
Validitas
4.
Novelitas
B. PENILAIAN
PERKEMBANGAN
Perkembangan
anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan
indikator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena itu
perkembangan anak harus dipantau secara berkala (Nurwindia, 2009). Bayi atau
anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan perkembangan perlu mendapat
prioritas, antara lain bayi prematur, berat lahir rendah, bayi dengan riwayat
asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus,
gemelli, dll. Dokter anak sedikitnya harus menguasai skrining perkembangan
dengan metode Denver II.
a. Langkah
Persiapan
1.
Formulir Denver II
2.
Benang
3.
Kismis
4.
Kerincingan dengan
gagang yang kecil
5.
Balok-balok berwarna
dengan luas 10 inci
6.
Botol kaca kecil dengan
lubang 5/8 inci
7.
Bel kecil
8.
Bola tennis
9.
Pinsil merah
10. Boneka
kecil dengan botol susu
11. Cangkir
plastik dengan gagang/pegangan
12. Kertas
kosong
b. Langkah
Pelaksanaan
Deteksi
dini penyimpangan perkembangan anak umur
1.
Personal Social
( sosial personal )
Penyesuaian
diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan.
2.
Fine Motor Adaptive
( motorik halus adaptif )
Koordinasi
mata – tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil.
3.
Language
( bahasa )
Mendengar,
mengerti dan menggunakan bahasa.
4.
Gross Motor
( motorik kasar )
Duduk,
jalan, melompat dan gerakan umum otot besar.
c. Pencatatan
Hasil
1.
Koreksi faktor
prematuritas. Tarik garis umur dari garis paling atas ke bawah dan cantumkan
tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur.
2.
Semua uji coba untuk
setiap sektor dimulai dengan uji coba yang terletak di sebelah kiri garis umur,
kemudian dilanjutkan sampai kanan garis umur.
3.
Pada setiap sektor
dilakukan minimal 3 uji coba terdekat di sebelah kiri garis umur serta tiap uji
coba yang dilalui garis umur.
4.
Bila anak tidak mampu
untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah 3( “gagal”; “menolak”; “tidak
ada kesempatan” ), lakukan ujicoba tambahan ke sebelah kiri pada sektor yang
sama sampai anak dapat melewati 3 uji coba.
d. Skor
Penilaian
Skor
dari tiap uji coba ditulis pada kotak segi empat. Uji coba dekat tanda garis
50%.
·
P: Pass/Lewat. Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh
anak memberi laporan (tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya).
·
F: Fail/Gagal. Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau
ibu/pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya
dengan baik.
·
No: No Opportunity/tidak ada kesempatan.
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan.
Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R.
·
R: Refusal/Menolak.
Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat dikurangi dengan
mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukan, atau menanyakan kepada anak
apakah ia dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu/pengasuh anak tidak
di skor sebagai penolakan).
e. Interprestasi
Penilaian Individual
1.
Lebih (Advanced)
Bilamana
seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di sebelah kanan garis umur,
maka dinyatakan bahwa perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
2.
Normal
Bila
seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di sebelah kanan garis umur.
3.
Peringatan (Caution)
Bila
seorang anak gagal atu menolak uji coba yang dilalui garis umur terletak pada
atau antara persentil ke-75 dan 90.
4.
Keterlambatan (Delay)
Bila
seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba yang seluruhnya terletak di
sebelah kiri garis umur.
5.
Tidak ada kesempatan (No Opportunity)
Uji
coba yang dilaporkan orangtua.
f. Intervensi
Denver II
1.
Normal
Bila
tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution. Lakukan
ulangan pada kontrol berikutnya.
2.
Suspek
Bila
didapatkan ≥ 2 peringatan dan / atau ≥ 1 keterlambatan. Lakukan uji ulang dalam
1 – 2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan
sakit atau kelelahan.
3.
Tidak dapat diuji
Bila
ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba yang terletak di sebelah kiri garis umur
atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75 – 90
%.
4.
Uji ulang dalam 1 –
2minggu
Bila
pada uji ulang didapatkan hasil yang mencurigakan atau tidak dapat diuji, maka
pikirkan untuk merujuk anak tersebut.
g. Contoh
Pelaksanaan Test Denver II
SEKTOR
|
RESPON ANAK
|
KESIMPULAN
|
Personal
Sosial
|
Anak dapat mengambil
makanan sendiri
Anak dapat menggosok gigi
sendiri
Anak dapat berpakaian sendiri
|
Anak dalam batas normal dan tidak
mengalami keterlambatan dalam perkembangan personal sosial
|
Motorik Halus
|
Anak dapat mencontoh
menggambar kotak
Anak belum bisa menggambar
orang dengan 5 bagian
Anak dapat mencontoh kotak
ditunjukkan
Anak dapat memilih mana garis
yang lebih panjang
Anak dapat membuat tanda
tambah (+)
|
Anak dalam batas normal dan
tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus
|
Bahasa
|
Anak dapat mengartikan 7 kata
Anak belum bisa menyebutkan 2
kata yang berlawanan
Anak dapat menghitung khusus
( 1 – 10 )
Anak dapat meneyebutkan 3 kata
– kata sifat
Anak dapat mengartikan 5 kata
|
Anak dalam batas normal dan tidak
mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya
|
Motorik Kasar
|
Anak dapat berdiri dengan 1
kaki selama 6 detik
Anak dapat berjalan dengan
kaki menjinjit
Anak dapat berdiri dengan 1
kaki selama 5 detik
|
Anak dalam batas normal dan tidak
mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar
|
BAB III
KESIMPULAN
Suatu hal penting dalam pemahaman belajar gerak
adalah pengukuran tentang penampilan gerak. Seluruh konsep memperkenalkan tes
didasarkan pada penelitian di mana peneliti mengamati dan mengukur penampilan
gerak. Mengukur penampilan gerak penting untuk dilakukan sebagai penilaian atas
defisiensi gerak, seperti halnya untuk penilaian prestasi siswa atau pasien
(terapi) yang mengalami kemajuan dalam proses penyembuhan. Di dalam konsep ini,
pengukuran dipusatkan pada berbagai cara untuk dapat melakukan penelitian dan
penerapannya. Ada dua kategori pengukuran penampilan gerak:
1.
Performance outcome
measures meliputi ukuran waktu, kesalahan dan besarnya suatu respon. Yang
dibahas yaitu waktu untuk bereaksi, waktu pergerakan dan berbagai mengukur
kesalahan lebih luas karena termasuk kebiasaan dalam riset belajar gerak.
2.
Performance production
measures, meliputi kinematic, kinetik, EMG, dan EEG ukuran, yag menguraikan
karakteristik organ tubuh, sendi tulang, otot, dan aktivitas otak selama
pergerakan. Yang akhirnya, kita membahas kontoroversi yang berkelanjutan
mengenai penilaian karakteristik koordinasi gerakan yang kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Nurwindia, (2009). “Penilaian
pertumbuhan dan perkembangan anak”. Diambil pada tanggal 22 Maret 2012, dari http://nurwindia.wordpress.com/2009/01/17/penilaian-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/
Wengayo, (2010). “Pengukuran
penampilan motorik”. Diambil pada tanggal 16 Maret 2012, dari http://wengayo.blogspot.com/2010/06/pengukuran-penampilan-motorik
No comments:
Post a Comment