Oleh:
Nanda Sulistiyo, S.Pd.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri olahraga merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam perkembangan ekonomi suatau negara. Di berbagai negara industri maju dan
modern seperti di Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Korea dan China,
olahraga telah menjadi industri unggulan sebagai pemasok devisa negara. Selain
itu olahraga juga dirancang sebagai industri modern berskala global. Dalam
membangun karakter bangsa, olahraga sudah menjadi identitas industri yang
memiliki nilai tambah yang signifikan. Di Indonesia perkembangan industri
olahraga masih memerlukan peran serta dari masyarakat dalam mewujudkan olahraga
yang berprestasi dengan dukungan industri olahraga dalam negeri.
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga melalui Deputi Bidang
Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga sebagai lembaga pengembang industri
olahraga di Indonesia telah mencanangkan suatu gagasan untuk mengembangkan
industri olahraga sebagai industri kreatif yang berdaya saing tinggi dalam
percaturan globalisasi. Langkah-langkah koordinasi dengan berbagai stakeholder
telah ditempuh, kini Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga melalui Deputi
Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga mencoba melangkah lebih jauh
dalam rangka mengembangkan industri olahraga di Indonesia. Salah satu langkah
penting yang sangat mendesak untuk diimplementasikan adalah melakukan
identifikasi dan pembinaan sentra-sentra industri olahraga yang telah ada dan
mengembangkan berbagai pusat peralatan olahraga yang dapat diakses oleh
masyarakat dengan mudah.
Olahraga di negeri tercinta masih tersendat-sendat dalam prestasi.
Hal ini diyakini karena kurangnya fasilitas dan program pendidikan yang baik.
Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia khususnya Bidang Pengembangan
Industri Olahraga melihatnya, Indonesia sudah harus melakukan industrialisasi
olahraga sebagai salah satu cara menanggulangi masalah tersebut. Sekaligus,
ketertarikan negara-negara barat dan Amerika Serikat untuk berinvestasi dalam
bidang olahraga di Asia merupakan moment tepat untuk mengembangkan
industrialisasi olahraga (Ibnu, 2011: 1).
Melalui
industrialisasi olahraga maka, fasilitas-fasilitas dan event-event olahraga
akan meningkat sehingga kualitas atlet juga terasah. Peningkatan ini didapat
dari investor-investor olahraga. Dalam penjelasan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, (2008:
30-31) telah diuraikan bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan kegiatan
usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi
secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan
dalam mewujudkan stabilitas nasional. Namun demikian Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah masih menghadapai berbagai hambatan dan kendala, terutama dalam hal
produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi,
permodalan, serta iklim usaha.
Kendala dan hambatan tersebut tentu saja juga dirasakan pada
pelaku usaha industri olahraga, yang pada umumnya ”bermain” disegmen usaha
mikro. Kemajuan industri mikro olahraga memiliki nilai strategis karena terkait
dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan merupakan bagian dari upaya
pengentasan kemiskinan. Iklim usaha yang kondusif di sektor industri olahraga
juga menjadi indikator bahwa pembangunan olahraga sebenarnya memiliki dampak
pengiring yang sangat luas. Dampak tersebut tidak sekadar dibatasi pada
komunitas olahraga, tetapi juga pada masyarakat secara luas, terkait dengan
persoalan kesejahteraan sosial.
Pengembangan industri olahraga, khususnya pariwisata olahraga
perlu mendapat perhatian yang serius agar mampu menciptakan suatu masyarakat
yang maju dan lebih bersifat transformatif yaitu masyarakat maju baik secara
struktual maupun kultrual. Dimensi structural tercermin pada upaya mengubah
masyarakat yang dulu bersifat agraris menjadi masyarakat industri yang ditopang
pada dua kekuatan pokok yaitu industri yang kuat didukung oleh pertanian yang
tangguh mencakup penguasaan teknologi serta mempunyai daya saing yang kuat
dalam memasuki pasaran global. Sedangkan dimensi kultural tercermin pada
nilai-nilai baru yang berkembang dan sangat bermanfaat dalam menopang
terbentuknya suatu masyarakat industri olahraga yaitu menyangkut sikap, tingkah
laku rasional masyarakat, sadar kesehatan, dan kompetitif (Farida M., 2011: 2)
Managemen
olahraga yang belum optimal khususnya di tempat wisata di Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta, mulai dari koordinasi sampai teknis di lapangan merupakan salah
satu pemicu lemahnya daya tarik pengunjung untuk melakukan kunjungan ke
objek-objek wisata di kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Selain lemahnya
managemen olahraga faktor lain yang juga turut mempengaruhi lemahnya daya
kunjung wisatawan baik domestik maupun manca adalah pengemasan atau pemasaran
dari objek-objek wisata yang ada di kawasan kabupaten Kulon Progo tersebut. Kelemahan
tersebut selain dipengaruhi oleh faktor intern dari pihak pemerintah dan
masyarakat kulon progo, namun juga faktor ekternal, dimana letak geografis dan
juga fasilitas keterjangkauan dari kabupaten kulon progo yang cukup sulit untuk
dijangkau. Sehingga pembangunan infrastruktur seperti bandara yang akan segera
direalisasikan akan sangat membantu dari pengembangan akses ke kawasan wisata
di kabupaten kulon progo.
Sedangkan
apabila dilihat dari segi potensi tempat wisata di daerah kulon progo sangatlah
mendukung, ada beberapa objek wisata baik yang berupa laut, pegunungan, gua dan
waduk, dll. Dari banyaknya objek wisata yang dimiliki oleh kabupaten tersebut
tentunya masyarakat Kulon Progo berharap banyak dapat mengoptimalkan dengan
maksimal sumber daya yang ada dalam rangka memperoleh keuntungan baik materi maupun
kepuasan.
Apabila
managemen olahraga pada objek wisata di kabupaten kulon progo, diharapkan
pendapatan daerah dan juga masyarakat kulon progo akan terangkat
perekonomiannya, dan juga pengembangan olahraga di kabupaten kulon progo akan
meningkat. Berdasarkan hal tersebut pemakalah ingin membahas masalah-masalah
dan contoh-contoh managemen olahraga yang bisa dijadikan alternatif untuk
mengoptimalkan tujuan dan fungsi sumber daya alam yang ada di kabupaen kulon
progo.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Industri Olahraga
Menurut Pitts; Fielding,
and Miller (1994) industri olahraga adalah “setiap produk, barang, servis,
tempat, orang-orang dengan pemikiran yang ditawarkan pada publik berkaitan
dengan olahraga. Dikutip dari pernyataan Nuryadi (2010: 10); Sport Industry adalah
sebuah industri yang menciptakan nilai tambah dengan memproduksi dan
menyediakan olahraga yang berkaitan dengan peralatan dan layanan. Sport
marketing adalah penerapan spesifik prinsip dan proses pemasaran kepada
produk olahraga dan untuk memasarkan produk nirlaba olahraga melalui asosiasi
dengan olahraga.
Jika kita mengamati
profil usaha industri olahraga di Indonesia, mereka dalam operasionalnya
menghadapi masalah pokok:
1.
Masalah
permodalan. Untuk masalah modal para pengusaha dalam menjalankan usahanya belum
mengenal dan memanfaatkan lembaga perbankan. Selain itu para pengusaha industri
olahraga (kecil) sulit untuk memperoleh kredit dari bank swasta.
2.
Lemah
dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Umumnya usaha
industri olahraga memperoleh pasar dengan cara-cara pasif. Mereka mengandalkan
kekuatan promosi personel selling yaitu komunikasi antar personal.
3.
Keterbatasan
pemanfaatan dan penguasaan teknologi. Hal ini disebabkan karena lemahnya sumber
daya manusia dalam menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.
Masalah
strategi pemasaran produk merupakan salah satu kendala besar bagi industri
olahraga yang kecil untuk masuk pasar bebas. Seringkali pemasaran produk
industri olahraga kecil harus melalui mata rantai.
5.
Lemah
dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha.
6.
Kelemahan
dalam mentalitas usaha dan kewirausahaan. Umumnya industri olahraga yang masih
kecil sedikit sekali yang memiliki kreatifitas dan inovasi, kemandirian dan
semangat untuk maju.
Kondisi
industri olahraga yang masih kecil sebagaimana disebutkan di atas tentu saja
sangat bertentangan dengan tuntutan arus pasar bebas. Pasar bebas menuntut
bisnis olahraga sekalipun kecil haruslah tangguh, mandiri, dinamis, efisien,
dan mampu membeikan produk yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan. Untuk
memperbaiki profil industri olahraga Indonesia dengan berbagai masalah dan
kelemahannya tersebut maka sangat dibutuhkan proses pemberdayaan usaha industri
olahraga. Pemberdayaan tersebut haruslah menyentuh langsung pada keenam kelemahan di atas.
1. Pola
Pengembangan Industri Olahraga
Sebelum
kita beranjak membicarakan tentang hal tersebut diatas, ada baiknya kita
cermati tiga pola yang berkaitan dengan tumbuh kernbangnya industri olahraga
dibawah ini: a) di Indonesia terdapat adanya potensi pelaku olahraga dan
berbagai ruang lingkup/dimensi keolahragaan yang besar. Ini merupakan salah
satu keberhasilan program pemerintah untuk memasyarakatkan olahraga, b)
terdapat tiga areal sellor bidang garapan yaitu olahraga pendidikan, olahraga
rekreasi dan olahraga prestasi, dan c) Besarnya peluang tumbuh kembangnya
industri di bidang olahraga. Dari ketiga area bidang garapan tersebut diatas,
maka industri olahraga dapat menembus di berbagai segmen pasar.
Di
samping memilih dan melakukan berbagai pendekatan untuk kesuksesan dalam bisnis
olahraga, kiranya juga perlu dibangun sebuah komunikasi yang baik dengan
berbagai pihak. Dengan komunikasi mampu memecahkan adanya sebuah konflik,
sehingga akan didapatkan konsep solusi yang lebih berkualitas, meskipun akan
ada sebuah perubahan, namun perubahan tersebut mengarah ke yang lebih baik
serta memberi dampak kepada kemajuan bersama. Industri olahraga memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Perhatian
terus-menerus pada bisnis.
b.
Merupakan
bagian atau cabang bisnis.
c.
Sesuatu
yang mempekerjakan banyak tenaga kerja dan modal, yang merupakan kegiatan yang
nyata dari perdagangan (Webs1er’s New Collegiate Dictionary)
Segmen
industri olahraga sesuai dengan tipe produknya rnenurut Parks, Zanger and
Ouarterman,(1998) terdapat tiga segment yaitu:
a.
Sport
performance / penampilan
olahraga, Segmen ini bermacam - macam produk. seperti olahraga sekolah,
perkumpulan kebugaran, camp olahraga, olahraga professional, dan taman olahraga
kota.
b.
Sport
Production / produksi
olahraga, Segmen produksi olahraga ini dapat diberikan contoh seperti bola
basket, bola tennis, sepatu olahraga, kolam renang, serta perlengkapan olahraga
lainnya,
c.
Sport Promotion / Promosi
Olahraga. Segmen ini dapat berupa barang dagangan seperti kaos, atau baju yang
berlogo, media cetak dan elektronika, sport marketing, agency, sport event
organizer.
2. Penguatan
Sistem Pembangunan Keolahragaan
a.
Pembangunan olahraga diarahkan:
1)
Mengembangkan
kebijakan dan manajemen penyusunan dan perencanaan program olahraga dalam upaya
mewujudkan penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu
dan berkelanjutan;
2)
Meningkatkan
akses dan partisipasi masyarakat secara lebih luas dan merata untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani serta membentuk watak bangsa,
sekaligus membangun konsepsi budaya olahraga di kalangan masyarakat ;
3)
Meningkatkan
sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia untuk mendukung pembinaan
olahraga;
4)
Meningkatkan
upaya pembibitan dan pengembangan prestasi olahraga secara sistematik,
berjenjang dan berkelanjutan;
5)
Meningkatkan
pola kemitraan dan kewirausahaan dalam upaya menggali potensi ekonomi olahraga
melalui pengembangan industri olahraga;
6)
Mengembangkan
sistem penghargaan dan meningkatkan kesejahteraan atlet, pelatih, dan tenaga
keolahragaan.
b.
Tujuan
program penguatan sistem pembangunan keolahragaan untuk mewujudkan keserasian
berbagai kebijakan keolahragaan. Kegiatan pokok yang dilakukan :
1)
Pemetaan
dan pendataan potensi Keolahragaan Kabupaten/kota se Indonesia;
2)
Pengkajian
kebijakan-kebijakan pembangunan di bidang Olahraga;
3)
Pengembangan
kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam pembangunan keolahragaan;
4)
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
pembangunan olahraga.
3. Strategi
Pengembangan Industri Olahraga
Didalam
pembangunan industri olahraga di Indonesia perlu kiranya re-orientasi program,
beberapa hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Pengembangan
budaya olahraga
Budaya
olahraga merupakan landasan nasional. Budaya olahraga merupakan sikap dan
kebiasaan masyarakat untuk senang berolahraga dan menjadikan olahraga sebagai
gaya hidup sehat. Pengembangan budaya olahraga ini dapat dimulai dari lingkup
individu dan keluarga dengan cara memberikan apresiasi terhadap makna dan
manfaat olahraga bagi peningkatan kesehatan dan kualitas hidup.
b.
Persaingan
olahraga regional dan internasional
Prestasi
olahraga nasional terus merosot di tingkat regional dan internasional. Kondisi ini
disebabkan lemahnya daya saing olahraga nasional dibandingkan dengan
negara-negara lain. Kebangkitan kekuatan baru dalam olahraga, baik di tingkat
ASEAN, Asia, maupun dunia sangat berpengaruh terhadap posisi kekuatan olahraga
Indonesia. Perkembangan olahraga di Thailand, Malaysia, China, dan beberapa
negara pecahan Uni Soviet merupakan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi
keputusan pembinaan olahraga pada umumnya di Indonesia.
c.
Manajemen
olahraga nasional
Pendekatan
integratif dalam penetapan kebijakan yang memungkinkan pembinaan dan
pengembangan olahraga nasional secara harmonis, terpadu dan jangka panjang yang
didukung dengan sistem pendanaan dengan prinsip kecukupan dan keberkelanjutan
merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan
olahraga.
d.
Sarana
prasarana olahraga serta penerapan riset dan Iptek
Penerapan
Iptek dalam pembinaan olahraga baik untuk meningkatan mutu proses
belajar-mengajar maupun pelatihan merupakan sebuah keniscayaan. Mutu proses
menjamin tercapainya hasil belajar dan prestasi olahraga yang ditargetkan.
Sulit dibayangkan pencapaian hasil belajar atau prestasi tinggi tanpa
pemanfaatan Iptek. Tersedianya dukungan Iptek termasuk sarana laboratorium
pengajaran dan pelatihan olahraga sangat diperlukan dalam upaya peningkatan
prestasi. Sebagai contoh, keberhasilan prestasi olahraga negara lain seperti
Australia dan China diantaranya karena persoalan ini.
e.
Sinkronisasi program antara; pemerintah,
masyarakat, dan Swasta
Kebijakan-kebijakan
olahraga yang diambil oleh Pemerintah sangat diperlukan dan masih dominan untuk
kelancaran proses di lapangan, seperti subsidi pembiayaan olahraga. Pihak
masyarakat dan swasta sebagai pelaksana di lapangan, akan berlindung di balik
kebijakan yang diputuskan pemerintah, sehingga dalam pelaksanaannya, pihak
masyarakat atau swasta dapat berkerja tenang dan aman. Pihak ketiga pasar atau
market, berkewajiban untuk memasyarakatkan atau mepopulerkan olahraga di
masyarakat, agar sektor olahraga tidak hanya sebagai sector nonprofit tetapi juga
profit dan dapat dijual ke masyarakat.
f.
Peran
Perbankan Dalam Pengembangan Industri Olahraga
Dalam
hal pembinaan, perbankan sebenarnya turut dapat berperan beberapa di antaranya
memiliki klub olahraga sendiri. Contohnya Bank BNI dan Bank Sumsel di cabang
bola voli, serta aktif mengikuti kompetisi dan merekrut atlet-atlet berbakat.
Sangat diharapkan, perbankan tidak hanya berperan sebagai sponsor event atau
suatu klub yang biasanya dimaksudkan juga sebagai upaya promosi, tetapi bisa
masuk lagi lebih dalam.
4. Olahraga
Sebagai Even Pariwisata
Gelaran even pariwisata menjadi bagian integral dan
utama dari pengembangan pariwisata dan strategi pemasaran. Even pariwisata
dapat digunakan untuk menggambarkan fenomena sosial dan ini bisa diartikan
sebagai “pembangunan sistematis, perencanaan, pemasaran dan menjadi kilas balik
sejarah masa lalu”. Tujuan dari even pariwisata dapat berupa:
a.
Untuk
menciptakan citra yang menguntungkan bagi tujuan wisata pada daerah atau negara
yang dituju.
b.
Untuk
memperluas informasi budaya dan tradisi lokal.
c.
Untuk
menyebarkan permintaan wisata yang lebih merata disuatu daerah.
d.
Untuk
menarik pengunjung asing dan domestik.
Even dapat menjadi saluran yang paling umum di mana
pengunjung memenuhi keinginan mereka untuk mencicipi makanan lokal dan tradisi,
berpartisipasi dalam permainan, atau akan dihibur. Even lokal dan regional
dapat memiliki keuntungan tambahan agar menjaga pasar pariwisata domestik aktif
(Getz, 1991: 67). Even wisatawan atau pengunjung dapat didefinisikan sebagai
mereka yang bepergian jauh dari rumah untuk bisnis, kesenangan, urusan pribadi
atau tujuan lain (kecuali untuk pulang-pergi karena bekerja) dan yang menginap
pada tujuan even (Masberg, 1998: 67).
B.
Potensi
sumber daya wisata di Kabupaten
Kulon
Progo
Yogyakarta.
Berikut peta tempat-tempat wisata di kabupaten kulon progo Yogyakarta, yang dapat dikembangkan dan dimanage khususnya menjadi tempat pengembangan wisata olahraga, baik olahraga rekreasi, olahraga prestasi, dan olahraga industri.
Ada minimal 3 macam
pengembangan olahraga yang bisa dilakukan untuk mengembangkan daya tarik wisata
di objek wisata kabupaten kulon progo tersebut: 1) Olahraga prestasi, 2) Olahraga
rekreasi, 3) Olahraga industri.
1.
Olahraga
Prestasi
Dalam hal ini olahraga prestasi yang dimaksud adalah
bagaimana kita harus memanage suatu even olahraga yang bisa dilaksanakan di
objek wisata atau sekitarnya yang memungkinkan untuk diselenggarakan suatu even
olahraga. misalkan di kawasan pantai, baik (pantai congot, glagah, trisik,
waduk sermo, taman air ancol dan bugel) bisa diselenggarakan even seperti: a)
sepakbola pasir, b) bolavoli pasir, dan c) silat pasir terutama di pantai
glagah indah, begitu juga dengan even olahraga air, a) kanoe, b) perahu naga,
c) motor cross, dll. Berikut gambar daerah kawasan wisata pantai glagah dan taman
air ancol:
2.
Olahraga
Rekreasi
Sedangkan dikawasan lain, misalkan di daerah
pegunungan, seperti di pegunungan puncak suralaya, menoreh, gunung kelir, dan
gunung kucir, bisa dimanfaatkan untuk penyelenggaraan even olahraga seperti: a)
hash, b) mountain bike, dll. Pengoptimalan dan pengerahan massa bisa digunakan
dalam penyelenggaraan even di kawasan ini, selain medannya bagus dan sangat cocok
untuk even tersebut, manfaat yang diperoleh dari peserta juga sangat bisa
dirasakan, tinggal bagaimana pemasaran atau marketing evennya, bisa lewat
sekolah, kantor, dan juga dunia usaha, sehingga seluruh elemen masyarakat bisa
tersentuh. Berikut gambar tempat wisata di kawasan pegunungan di kabupaten
kulon progo:
Untuk
pengembangan olahraga rekreasi yang lain, beberapa tempat wisata di kabupaten
kulon progo bisa dijadikan alternatif, misalkan di daerah pantai baik, bugel,
trisik, dan juga congot, dimana ditempat tersebut bisa digunakan untuk kegiatan
memancing. berikut gambar kegiatan memancing di kawasan pantai:
3.
Olahraga
Industri
Untuk
olahraga industri kawasan wisata yang memungkinkan dan banyak bisa digunakan
untuk melakukan penjualan barang atau jasa dalam usaha di bidang olahraga,
antara lain: pemandian clereng, desa kerajinan sentolo, dan pantai glagah. Sungai Progo sebelah atas bagi penggemar olahraga
minat khusus terutama rafting dan
kayaking merupakan spot yg potensial dan menantang untuk dicoba. Banyaknya
jeram dengan berbagai variasi tingkat kesulitan menjadikan Sungai progo atas
sebagai spot yg wajib diarungi oleh penghoby. dengan panjang pengarungan
sekitar 12 km bisa ditempuh kurang lebih 2,5 jam perjalanan. Indahnya
pemandangan di kiri dan kanan sungai serta ada air terjun yang masih alami
menjadikan pengarungan lebih berkesan. Beberapa usaha seperti
barang atau alat olahraga bisa dijual di kawasan wisata tersebut, baik berupa
perlengakapan renang, dan juga alat-alat olahraga yang lain-lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Industri
olahraga adalah “setiap produk, barang, servis, tempat, orang-orang dengan
pemikiran yang ditawarkan pada publik berkaitan dengan olahraga.
2. Beberapa permasalahan
industri olahraga; a) Masalah permodalan, b) Lemah dalam memperoleh peluang
pasar dan memperbesar pangsa pasar, c) Keterbatasan pemanfaatan dan penguasaan
teknologi. d) Masalah strategi pemasaran produk merupakan salah satu kendala
besar bagi industri olahraga yang kecil untuk masuk pasar bebas, e) Lemah dalam
jaringan usaha dan kerja sama usaha.
3. Terdapat
tiga segmen industri olahraga yaitu: a) Sport performance, b) Sport
Production, c) Sport Promotion.
4. Re-orientasi
program strategi industri olahraga:
a. Pengembangan
budaya olahraga.
b. Persaingan
olahraga regional dan internasional.
c. Manajemen
olahraga nasional.
d. Sarana
prasarana olahraga serta penerapan riset dan iptek.
e. Sinkronisasi
program antara; pemerintah, masyarakat, dan swasta.
f. Peran
perbankan dalam pengembangan industri olahraga.
5. Pertumbuhan kegiatan olahraga yang menjadi dasar pendirian uasaha
pariwisata, rekreasi dan olahraga sebagai bagian integral yang utama dari
pengembangan pariwisata dan strategi pemasaran. Pertumbuhan pariwisata
tergantung pada gelaran acara besar untuk kualitas manajemen dan pengetahuan
manajer eksekutif. Seorang manajer even olahraga harus memiliki pelatihan yang
lengkap di sektor pariwisata serta di sektor olahraga, dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
6. Tempat
wisata yang ada di kabupaten kulon progo diharapkan mampu bersaing dengan tempat
wisata yang lain, oleh karena itu dengan managemen khususnya dalam bidang
olahraga di kawasan wisata diharapkan mampu mengoptimalkan daya tarik wisatawan
domestik maupun mancanegara. Kerjasama yang sinergis antara pihak di kabupaten
kulon progo, baik dinas pemuda dan olahraga, dinas pariwisata dan dinas lainnya
hendaknya didukung oleh program pemerintah yang jelas dan support yang lebih
dari masyarakat sekitar kulon progo untuk mengembangkan tujuan wisata dan
olahraga di kabupaten ini.
DAFTAR PUSTAKA
Farida M. (2011). Pemberdayaan Industri Olahraga Dalam Menghadapi Pasar Bebas (Online),
(http://staff. uny.ac.id/sites/default/files/131808341/Proceeding%20SEMNAS-Pemberdayaan%20Industri%20Olahraga%20Dalam%20Menghadapi%20
Pasar%20Bebas.pdf, diakses 29 Desember 2013).
Ibnu. (2011). Visi, Misi, Sasaran dan Program Kadin Untuk Olahraga Nasional (online),
(http://sport.ghiboo. com/visi-misi-sasaran-dan-program-kadin-untuk-olahraga-nasional,
diakses 29 Desember 2013).
Getz, D. Special events. In Managing Tourism, ed S Medelik. pp.
67,123. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1991.
Lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Masberg, BA. Defining the tourist: is it possible? Journal of
Travel Research, vol. 37, p.p. 67-70, August 1998.
Nuryadi. 2010. Industri Olahraga (Sport Industry) (Online),
(http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=36399
8434&url=4ad8305a5fa81d9f5811a731c2530ab2, diakses 29 Desember 2013).
Pemkab_Kulon_progo.
(2013).
Objek wisata di kabupaten kulon progo.
http://www.kulonprogokab.go.id/v21/obyek-wisata_94_hal,
di akses tangga 29
Desember
2013.
Parks & Recreation New Zealand. Running Sport: Event
Management.
(2002) (http://www.sparc.org.nz
diakses 29
Desember 2013].
Pitts B.G, Fielding, L.W., and Miller (1994). Industry Segmentation
Theory and Sport Industry. Developing a Spoort Industry Segmentation Model
Sport Marketing Quarterly. 3. 1994. (Morgantown, WV: Titness Information
Technologi, Inc).
R. Dodd & A. Cassels, “Centennial Review: Health Development
and the Millennium Development Goals” (2006) 100:5-6 Annals of Tropical
Medicine & Parasitology at 379-387.
No comments:
Post a Comment