Friday, May 22, 2015

Perkembangan Industri Olahraga Tempat Wisata dan Rekreasi di Kabupaten Kulon Progo

Oleh:
Nanda Sulistiyo, S.Pd.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Industri olahraga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi suatau negara. Di berbagai negara industri maju dan modern seperti di Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Korea dan China, olahraga telah menjadi industri unggulan sebagai pemasok devisa negara. Selain itu olahraga juga dirancang sebagai industri modern berskala global. Dalam membangun karakter bangsa, olahraga sudah menjadi identitas industri yang memiliki nilai tambah yang signifikan. Di Indonesia perkembangan industri olahraga masih memerlukan peran serta dari masyarakat dalam mewujudkan olahraga yang berprestasi dengan dukungan industri olahraga dalam negeri.
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga melalui Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga sebagai lembaga pengembang industri olahraga di Indonesia telah mencanangkan suatu gagasan untuk mengembangkan industri olahraga sebagai industri kreatif yang berdaya saing tinggi dalam percaturan globalisasi. Langkah-langkah koordinasi dengan berbagai stakeholder telah ditempuh, kini Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga melalui Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga mencoba melangkah lebih jauh dalam rangka mengembangkan industri olahraga di Indonesia. Salah satu langkah penting yang sangat mendesak untuk diimplementasikan adalah melakukan identifikasi dan pembinaan sentra-sentra industri olahraga yang telah ada dan mengembangkan berbagai pusat peralatan olahraga yang dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah.
Olahraga di negeri tercinta masih tersendat-sendat dalam prestasi. Hal ini diyakini karena kurangnya fasilitas dan program pendidikan yang baik. Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia khususnya Bidang Pengembangan Industri Olahraga melihatnya, Indonesia sudah harus melakukan industrialisasi olahraga sebagai salah satu cara menanggulangi masalah tersebut. Sekaligus, ketertarikan negara-negara barat dan Amerika Serikat untuk berinvestasi dalam bidang olahraga di Asia merupakan moment tepat untuk mengembangkan industrialisasi olahraga (Ibnu, 2011: 1).
Melalui industrialisasi olahraga maka, fasilitas-fasilitas dan event-event olahraga akan meningkat sehingga kualitas atlet juga terasah. Peningkatan ini didapat dari investor-investor olahraga. Dalam penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, (2008: 30-31) telah diuraikan bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Namun demikian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah masih menghadapai berbagai hambatan dan kendala, terutama dalam hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi, permodalan, serta iklim usaha.
Kendala dan hambatan tersebut tentu saja juga dirasakan pada pelaku usaha industri olahraga, yang pada umumnya ”bermain” disegmen usaha mikro. Kemajuan industri mikro olahraga memiliki nilai strategis karena terkait dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan merupakan bagian dari upaya pengentasan kemiskinan. Iklim usaha yang kondusif di sektor industri olahraga juga menjadi indikator bahwa pembangunan olahraga sebenarnya memiliki dampak pengiring yang sangat luas. Dampak tersebut tidak sekadar dibatasi pada komunitas olahraga, tetapi juga pada masyarakat secara luas, terkait dengan persoalan kesejahteraan sosial.
Pengembangan industri olahraga, khususnya pariwisata olahraga perlu mendapat perhatian yang serius agar mampu menciptakan suatu masyarakat yang maju dan lebih bersifat transformatif yaitu masyarakat maju baik secara struktual maupun kultrual. Dimensi structural tercermin pada upaya mengubah masyarakat yang dulu bersifat agraris menjadi masyarakat industri yang ditopang pada dua kekuatan pokok yaitu industri yang kuat didukung oleh pertanian yang tangguh mencakup penguasaan teknologi serta mempunyai daya saing yang kuat dalam memasuki pasaran global. Sedangkan dimensi kultural tercermin pada nilai-nilai baru yang berkembang dan sangat bermanfaat dalam menopang terbentuknya suatu masyarakat industri olahraga yaitu menyangkut sikap, tingkah laku rasional masyarakat, sadar kesehatan, dan kompetitif (Farida M., 2011: 2)
Managemen olahraga yang belum optimal khususnya di tempat wisata di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta, mulai dari koordinasi sampai teknis di lapangan merupakan salah satu pemicu lemahnya daya tarik pengunjung untuk melakukan kunjungan ke objek-objek wisata di kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Selain lemahnya managemen olahraga faktor lain yang juga turut mempengaruhi lemahnya daya kunjung wisatawan baik domestik maupun manca adalah pengemasan atau pemasaran dari objek-objek wisata yang ada di kawasan kabupaten Kulon Progo tersebut. Kelemahan tersebut selain dipengaruhi oleh faktor intern dari pihak pemerintah dan masyarakat kulon progo, namun juga faktor ekternal, dimana letak geografis dan juga fasilitas keterjangkauan dari kabupaten kulon progo yang cukup sulit untuk dijangkau. Sehingga pembangunan infrastruktur seperti bandara yang akan segera direalisasikan akan sangat membantu dari pengembangan akses ke kawasan wisata di kabupaten kulon progo.
Sedangkan apabila dilihat dari segi potensi tempat wisata di daerah kulon progo sangatlah mendukung, ada beberapa objek wisata baik yang berupa laut, pegunungan, gua dan waduk, dll. Dari banyaknya objek wisata yang dimiliki oleh kabupaten tersebut tentunya masyarakat Kulon Progo berharap banyak dapat mengoptimalkan dengan maksimal sumber daya yang ada dalam rangka memperoleh keuntungan baik materi maupun kepuasan.
Apabila managemen olahraga pada objek wisata di kabupaten kulon progo, diharapkan pendapatan daerah dan juga masyarakat kulon progo akan terangkat perekonomiannya, dan juga pengembangan olahraga di kabupaten kulon progo akan meningkat. Berdasarkan hal tersebut pemakalah ingin membahas masalah-masalah dan contoh-contoh managemen olahraga yang bisa dijadikan alternatif untuk mengoptimalkan tujuan dan fungsi sumber daya alam yang ada di kabupaen kulon progo.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Industri Olahraga
Menurut Pitts; Fielding, and Miller (1994) industri olahraga adalah “setiap produk, barang, servis, tempat, orang-orang dengan pemikiran yang ditawarkan pada publik berkaitan dengan olahraga. Dikutip dari pernyataan Nuryadi (2010: 10); Sport Industry adalah sebuah industri yang menciptakan nilai tambah dengan memproduksi dan menyediakan olahraga yang berkaitan dengan peralatan dan layanan. Sport marketing adalah penerapan spesifik prinsip dan proses pemasaran kepada produk olahraga dan untuk memasarkan produk nirlaba olahraga melalui asosiasi dengan olahraga.
Jika kita mengamati profil usaha industri olahraga di Indonesia, mereka dalam operasionalnya menghadapi masalah pokok:
1.      Masalah permodalan. Untuk masalah modal para pengusaha dalam menjalankan usahanya belum mengenal dan memanfaatkan lembaga perbankan. Selain itu para pengusaha industri olahraga (kecil) sulit untuk memperoleh kredit dari bank swasta.
2.      Lemah dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Umumnya usaha industri olahraga memperoleh pasar dengan cara-cara pasif. Mereka mengandalkan kekuatan promosi personel selling yaitu komunikasi antar personal.
3.      Keterbatasan pemanfaatan dan penguasaan teknologi. Hal ini disebabkan karena lemahnya sumber daya manusia dalam menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.      Masalah strategi pemasaran produk merupakan salah satu kendala besar bagi industri olahraga yang kecil untuk masuk pasar bebas. Seringkali pemasaran produk industri olahraga kecil harus melalui mata rantai.
5.      Lemah dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha.
6.      Kelemahan dalam mentalitas usaha dan kewirausahaan. Umumnya industri olahraga yang masih kecil sedikit sekali yang memiliki kreatifitas dan inovasi, kemandirian dan semangat untuk maju.
Kondisi industri olahraga yang masih kecil sebagaimana disebutkan di atas tentu saja sangat bertentangan dengan tuntutan arus pasar bebas. Pasar bebas menuntut bisnis olahraga sekalipun kecil haruslah tangguh, mandiri, dinamis, efisien, dan mampu membeikan produk yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan. Untuk memperbaiki profil industri olahraga Indonesia dengan berbagai masalah dan kelemahannya tersebut maka sangat dibutuhkan proses pemberdayaan usaha industri olahraga. Pemberdayaan tersebut haruslah menyentuh langsung pada keenam kelemahan di atas.
1.       Pola Pengembangan Industri Olahraga
Sebelum kita beranjak membicarakan tentang hal tersebut diatas, ada baiknya kita cermati tiga pola yang berkaitan dengan tumbuh kernbangnya industri olahraga dibawah ini: a) di Indonesia terdapat adanya potensi pelaku olahraga dan berbagai ruang lingkup/dimensi keolahragaan yang besar. Ini merupakan salah satu keberhasilan program pemerintah untuk memasyarakatkan olahraga, b) terdapat tiga areal sellor bidang garapan yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi, dan c) Besarnya peluang tumbuh kembangnya industri di bidang olahraga. Dari ketiga area bidang garapan tersebut diatas, maka industri olahraga dapat menembus di berbagai segmen pasar.
Di samping memilih dan melakukan berbagai pendekatan untuk kesuksesan dalam bisnis olahraga, kiranya juga perlu dibangun sebuah komunikasi yang baik dengan berbagai pihak. Dengan komunikasi mampu memecahkan adanya sebuah konflik, sehingga akan didapatkan konsep solusi yang lebih berkualitas, meskipun akan ada sebuah perubahan, namun perubahan tersebut mengarah ke yang lebih baik serta memberi dampak kepada kemajuan bersama. Industri olahraga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Perhatian terus-menerus pada bisnis.
b.      Merupakan bagian atau cabang bisnis.
c.       Sesuatu yang mempekerjakan banyak tenaga kerja dan modal, yang merupakan kegiatan yang nyata dari perdagangan (Webs1er’s New Collegiate Dictionary)
Segmen industri olahraga sesuai dengan tipe produknya rnenurut Parks, Zanger and Ouarterman,(1998) terdapat tiga segment yaitu:
a.       Sport performance / penampilan olahraga, Segmen ini bermacam - macam produk. seperti olahraga sekolah, perkumpulan kebugaran, camp olahraga, olahraga professional, dan taman olahraga kota.
b.      Sport Production / produksi olahraga, Segmen produksi olahraga ini dapat diberikan contoh seperti bola basket, bola tennis, sepatu olahraga, kolam renang, serta perlengkapan olahraga lainnya,
c.       Sport Promotion / Promosi Olahraga. Segmen ini dapat berupa barang dagangan seperti kaos, atau baju yang berlogo, media cetak dan elektronika, sport marketing, agency, sport event organizer.
2.       Penguatan Sistem Pembangunan Keolahragaan
a.       Pembangunan olahraga diarahkan:
1)      Mengembangkan kebijakan dan manajemen penyusunan dan perencanaan program olahraga dalam upaya mewujudkan penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan;
2)      Meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat secara lebih luas dan merata untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani serta membentuk watak bangsa, sekaligus membangun konsepsi budaya olahraga di kalangan masyarakat ;
3)      Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia untuk mendukung pembinaan olahraga;
4)      Meningkatkan upaya pembibitan dan pengembangan prestasi olahraga secara sistematik, berjenjang dan berkelanjutan;
5)      Meningkatkan pola kemitraan dan kewirausahaan dalam upaya menggali potensi ekonomi olahraga melalui pengembangan industri olahraga;
6)      Mengembangkan sistem penghargaan dan meningkatkan kesejahteraan atlet, pelatih, dan tenaga keolahragaan.
b.      Tujuan program penguatan sistem pembangunan keolahragaan untuk mewujudkan keserasian berbagai kebijakan keolahragaan. Kegiatan pokok yang dilakukan :
1)      Pemetaan dan pendataan potensi Keolahragaan Kabupaten/kota se Indonesia;
2)      Pengkajian kebijakan-kebijakan pembangunan di bidang Olahraga;
3)      Pengembangan kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam pembangunan keolahragaan;
4)      Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan olahraga.
3.       Strategi Pengembangan Industri Olahraga
Didalam pembangunan industri olahraga di Indonesia perlu kiranya re-orientasi program, beberapa hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Pengembangan budaya olahraga
Budaya olahraga merupakan landasan nasional. Budaya olahraga merupakan sikap dan kebiasaan masyarakat untuk senang berolahraga dan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup sehat. Pengembangan budaya olahraga ini dapat dimulai dari lingkup individu dan keluarga dengan cara memberikan apresiasi terhadap makna dan manfaat olahraga bagi peningkatan kesehatan dan kualitas hidup.
b.      Persaingan olahraga regional dan internasional
Prestasi olahraga nasional terus merosot di tingkat regional dan internasional. Kondisi ini disebabkan lemahnya daya saing olahraga nasional dibandingkan dengan negara-negara lain. Kebangkitan kekuatan baru dalam olahraga, baik di tingkat ASEAN, Asia, maupun dunia sangat berpengaruh terhadap posisi kekuatan olahraga Indonesia. Perkembangan olahraga di Thailand, Malaysia, China, dan beberapa negara pecahan Uni Soviet merupakan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi keputusan pembinaan olahraga pada umumnya di Indonesia.
c.       Manajemen olahraga nasional
Pendekatan integratif dalam penetapan kebijakan yang memungkinkan pembinaan dan pengembangan olahraga nasional secara harmonis, terpadu dan jangka panjang yang didukung dengan sistem pendanaan dengan prinsip kecukupan dan keberkelanjutan merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan olahraga.
d.      Sarana prasarana olahraga serta penerapan riset dan Iptek
Penerapan Iptek dalam pembinaan olahraga baik untuk meningkatan mutu proses belajar-mengajar maupun pelatihan merupakan sebuah keniscayaan. Mutu proses menjamin tercapainya hasil belajar dan prestasi olahraga yang ditargetkan. Sulit dibayangkan pencapaian hasil belajar atau prestasi tinggi tanpa pemanfaatan Iptek. Tersedianya dukungan Iptek termasuk sarana laboratorium pengajaran dan pelatihan olahraga sangat diperlukan dalam upaya peningkatan prestasi. Sebagai contoh, keberhasilan prestasi olahraga negara lain seperti Australia dan China diantaranya karena persoalan ini.
e.       Sinkronisasi program antara; pemerintah, masyarakat, dan Swasta
Kebijakan-kebijakan olahraga yang diambil oleh Pemerintah sangat diperlukan dan masih dominan untuk kelancaran proses di lapangan, seperti subsidi pembiayaan olahraga. Pihak masyarakat dan swasta sebagai pelaksana di lapangan, akan berlindung di balik kebijakan yang diputuskan pemerintah, sehingga dalam pelaksanaannya, pihak masyarakat atau swasta dapat berkerja tenang dan aman. Pihak ketiga pasar atau market, berkewajiban untuk memasyarakatkan atau mepopulerkan olahraga di masyarakat, agar sektor olahraga tidak hanya sebagai sector nonprofit tetapi juga profit dan dapat dijual ke masyarakat.

f.       Peran Perbankan Dalam Pengembangan Industri Olahraga
Dalam hal pembinaan, perbankan sebenarnya turut dapat berperan beberapa di antaranya memiliki klub olahraga sendiri. Contohnya Bank BNI dan Bank Sumsel di cabang bola voli, serta aktif mengikuti kompetisi dan merekrut atlet-atlet berbakat. Sangat diharapkan, perbankan tidak hanya berperan sebagai sponsor event atau suatu klub yang biasanya dimaksudkan juga sebagai upaya promosi, tetapi bisa masuk lagi lebih dalam.
4.       Olahraga Sebagai Even Pariwisata
Gelaran even pariwisata menjadi bagian integral dan utama dari pengembangan pariwisata dan strategi pemasaran. Even pariwisata dapat digunakan untuk menggambarkan fenomena sosial dan ini bisa diartikan sebagai “pembangunan sistematis, perencanaan, pemasaran dan menjadi kilas balik sejarah masa lalu”. Tujuan dari even pariwisata dapat berupa:
a.       Untuk menciptakan citra yang menguntungkan bagi tujuan wisata pada daerah atau negara yang dituju.
b.      Untuk memperluas informasi budaya dan tradisi lokal.
c.       Untuk menyebarkan permintaan wisata yang lebih merata disuatu daerah.
d.      Untuk menarik pengunjung asing dan domestik.
Even dapat menjadi saluran yang paling umum di mana pengunjung memenuhi keinginan mereka untuk mencicipi makanan lokal dan tradisi, berpartisipasi dalam permainan, atau akan dihibur. Even lokal dan regional dapat memiliki keuntungan tambahan agar menjaga pasar pariwisata domestik aktif (Getz, 1991: 67). Even wisatawan atau pengunjung dapat didefinisikan sebagai mereka yang bepergian jauh dari rumah untuk bisnis, kesenangan, urusan pribadi atau tujuan lain (kecuali untuk pulang-pergi karena bekerja) dan yang menginap pada tujuan even (Masberg, 1998: 67).
B.     Potensi sumber daya wisata di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.



Berikut peta tempat-tempat wisata di kabupaten kulon progo Yogyakarta, yang dapat dikembangkan dan dimanage khususnya menjadi tempat pengembangan wisata olahraga, baik olahraga rekreasi, olahraga prestasi, dan olahraga industri.


 

Ada minimal 3 macam pengembangan olahraga yang bisa dilakukan untuk mengembangkan daya tarik wisata di objek wisata kabupaten kulon progo tersebut: 1) Olahraga prestasi, 2) Olahraga rekreasi, 3) Olahraga industri.
1.      Olahraga Prestasi
Dalam hal ini olahraga prestasi yang dimaksud adalah bagaimana kita harus memanage suatu even olahraga yang bisa dilaksanakan di objek wisata atau sekitarnya yang memungkinkan untuk diselenggarakan suatu even olahraga. misalkan di kawasan pantai, baik (pantai congot, glagah, trisik, waduk sermo, taman air ancol dan bugel) bisa diselenggarakan even seperti: a) sepakbola pasir, b) bolavoli pasir, dan c) silat pasir terutama di pantai glagah indah, begitu juga dengan even olahraga air, a) kanoe, b) perahu naga, c) motor cross, dll. Berikut gambar daerah kawasan wisata pantai glagah dan taman air ancol:
           







2.        Olahraga Rekreasi
Sedangkan dikawasan lain, misalkan di daerah pegunungan, seperti di pegunungan puncak suralaya, menoreh, gunung kelir, dan gunung kucir, bisa dimanfaatkan untuk penyelenggaraan even olahraga seperti: a) hash, b) mountain bike, dll. Pengoptimalan dan pengerahan massa bisa digunakan dalam penyelenggaraan even di kawasan ini, selain medannya bagus dan sangat cocok untuk even tersebut, manfaat yang diperoleh dari peserta juga sangat bisa dirasakan, tinggal bagaimana pemasaran atau marketing evennya, bisa lewat sekolah, kantor, dan juga dunia usaha, sehingga seluruh elemen masyarakat bisa tersentuh. Berikut gambar tempat wisata di kawasan pegunungan di kabupaten kulon progo:








 




























 
Untuk pengembangan olahraga rekreasi yang lain, beberapa tempat wisata di kabupaten kulon progo bisa dijadikan alternatif, misalkan di daerah pantai baik, bugel, trisik, dan juga congot, dimana ditempat tersebut bisa digunakan untuk kegiatan memancing. berikut gambar kegiatan memancing di kawasan pantai:



3.        Olahraga Industri
Untuk olahraga industri kawasan wisata yang memungkinkan dan banyak bisa digunakan untuk melakukan penjualan barang atau jasa dalam usaha di bidang olahraga, antara lain: pemandian clereng, desa kerajinan sentolo, dan pantai glagah. Sungai Progo sebelah atas bagi penggemar olahraga minat khusus terutama rafting dan kayaking merupakan spot yg potensial dan menantang untuk dicoba. Banyaknya jeram dengan berbagai variasi tingkat kesulitan menjadikan Sungai progo atas sebagai spot yg wajib diarungi oleh penghoby. dengan panjang pengarungan sekitar 12 km bisa ditempuh kurang lebih 2,5 jam perjalanan. Indahnya pemandangan di kiri dan kanan sungai serta ada air terjun yang masih alami menjadikan pengarungan lebih berkesan. Beberapa usaha seperti barang atau alat olahraga bisa dijual di kawasan wisata tersebut, baik berupa perlengakapan renang, dan juga alat-alat olahraga yang lain-lainnya.  






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Industri olahraga adalah “setiap produk, barang, servis, tempat, orang-orang dengan pemikiran yang ditawarkan pada publik berkaitan dengan olahraga.
2.      Beberapa permasalahan industri olahraga; a) Masalah permodalan, b) Lemah dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, c) Keterbatasan pemanfaatan dan penguasaan teknologi. d) Masalah strategi pemasaran produk merupakan salah satu kendala besar bagi industri olahraga yang kecil untuk masuk pasar bebas, e) Lemah dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha.
3.      Terdapat tiga segmen industri olahraga yaitu: a) Sport performance, b) Sport Production, c) Sport Promotion.
4.      Re-orientasi program strategi industri olahraga:
a.       Pengembangan budaya olahraga.
b.      Persaingan olahraga regional dan internasional.
c.       Manajemen olahraga nasional.
d.      Sarana prasarana olahraga serta penerapan riset dan iptek.
e.       Sinkronisasi program antara; pemerintah, masyarakat, dan swasta.
f.       Peran perbankan dalam pengembangan industri olahraga.
5.      Pertumbuhan kegiatan olahraga yang menjadi dasar pendirian uasaha pariwisata, rekreasi dan olahraga sebagai bagian integral yang utama dari pengembangan pariwisata dan strategi pemasaran. Pertumbuhan pariwisata tergantung pada gelaran acara besar untuk kualitas manajemen dan pengetahuan manajer eksekutif. Seorang manajer even olahraga harus memiliki pelatihan yang lengkap di sektor pariwisata serta di sektor olahraga, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
6.      Tempat wisata yang ada di kabupaten kulon progo diharapkan mampu bersaing dengan tempat wisata yang lain, oleh karena itu dengan managemen khususnya dalam bidang olahraga di kawasan wisata diharapkan mampu mengoptimalkan daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kerjasama yang sinergis antara pihak di kabupaten kulon progo, baik dinas pemuda dan olahraga, dinas pariwisata dan dinas lainnya hendaknya didukung oleh program pemerintah yang jelas dan support yang lebih dari masyarakat sekitar kulon progo untuk mengembangkan tujuan wisata dan olahraga di kabupaten ini.


DAFTAR PUSTAKA

Farida M. (2011). Pemberdayaan Industri Olahraga Dalam Menghadapi Pasar Bebas (Online), (http://staff. uny.ac.id/sites/default/files/131808341/Pro­ceeding%20SEMNAS-Pemberdayaan%20Industri%20Olahraga%20Dalam%20Menghadapi%20 Pasar%20Bebas.pdf, diakses 29 Desember 2013).
Ibnu. (2011). Visi, Misi, Sasaran dan Program Kadin Untuk Olahraga Nasional (online), (http://sport.ghiboo. com/visi-misi-sasaran-dan-program-kadin-un­tuk-olahraga-nasional, diakses 29 Desember 2013).
Getz, D. Special events. In Managing Tourism, ed S Mede­lik. pp. 67,123. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1991.
Lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Masberg, BA. Defining the tourist: is it possible? Journal of Travel Research, vol. 37, p.p. 67-70, August 1998.
Nuryadi. 2010. Industri Olahraga (Sport Industry) (Online), (http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=36399 8434&url=4ad8305a5fa81d9f5811a731c2530ab2, diakses 29 Desember 2013).
Pemkab_Kulon_progo. (2013). Objek wisata di kabupaten kulon progo. http://www.kulonprogokab.go.id/v21/obyek-wisata_94_hal, di akses tangga 29 Desember 2013.
Parks & Recreation New Zealand. Running Sport: Event Management. (2002) (http://www.sparc.org.nz diakses 29 Desember 2013].
Pitts B.G, Fielding, L.W., and Miller (1994). Industry Seg­mentation Theory and Sport Industry. Developing a Spoort Industry Segmentation Model Sport Mar­keting Quarterly. 3. 1994. (Morgantown, WV: Tit­ness Information Technologi, Inc).
R. Dodd & A. Cassels, “Centennial Review: Health Devel­opment and the Millennium Development Goals” (2006) 100:5-6 Annals of Tropical Medicine & Parasi­tology at 379-387.

No comments:

Post a Comment