oleh:
Nanda Sulistiyo, S.Pd.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah
hal yang tidak asing lagi bagi kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi banyak
dilakukan dengan banyak cara, baik secara verbal maupun non verbal. Dalam
makalah ini saya ingin mencoba menguraikan tentang cabang-cabang komunikasi dan
teori yang mendasari komunikasi tersebut. Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain
agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. Apabila tidak ada bahasaverbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan
(body language), menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan
kepala, dan mengangkat bahu. Hampir semua manusia bisa berkomunkasi, tetapi
manusia tidak tahu teori dasar dari apa yang dikomunikasikannya.
Komunikasi
merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain,
dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa manusia
itu adalah sebagai makluk social, sehingga terjadinya interaksi yang timbal
balik. Komunikasi pasti terjadi pada kegiatan olahraga, baik saat pembelajaran
penjas maupun pelatihan cabang olahraga tertentu. Pembelajaran/pelatihan
merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila
komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan
munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Kualitas pembelajaran /pelatihan
dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran/pealatihan merupakan proses transformasi
pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik,
dari pelatih kepada atlet, dimana peserta didik atau atlet mampu memahami
maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku
menjadi lebih baik. Pengajar/pealtih yang baik adalah pihak yang paling
bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam
pembelajaran/latihan sehingga sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan
yang ada di dalam latar belakang di atas penulis akan memaparkan apa itu komunikasi,
tujuan komunikasi, unsur komunikasi, jenis komunikasi, dan apa saja komunikasi
yang terjadi di dalam kegiatan olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi
Banyak pendapat
dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika diperhatikan
dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir
sama. Menurut Agus M. Hardjana (2003: 16) secara etimologis komunikasi berasal
dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah
kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti
satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan,
persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber- communio diperlukan adanya usaha dan
kerja, maka kata communion dibuat
kata kerja communicare yang berarti
membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan
orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar
pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai
makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Komunikasi adalah
proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan
berjalan dengan baik apabila lingkungan sekitarnya timbul saling pengertian,
yaitu apabila kedua belah pihak antara pengirim dan penerima pesan dapat
memahaminya (Widjaja, 2000: 15). Menurut Effendy (2003: 60) menjelaskan bahwa
komunikasi adalah suatu proses penyampaian kesan dalam bentuk lambang yang
bermakna sebagai panduan pikiran serta perasaan berupa ide, informasi,
perasaan, harapan, imbauan, kepercayaan, dan sebagainya yang dilakukan oleh
orang-orang tidak langsung melalui media dan tujuan seseorang kepada orang lain
secara tatap muka maupun mengubah sikap, pandangan, dan perilaku.
Dari pendapat
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi pada adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses
penyampaian informasi. Dilihat dari sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi
tergantung kepada desain pesan atau informasi dan cara penyampaiannya. Menurut
konsep ini pengirim dan penerima pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
2. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan
dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki
peran yang paling menentukan dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan komunikan
atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.
3. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan
arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga
komponen yaitu pengirim, pesan, dan penerima pesan pada posisi yang seimbang.
Proses ini menuntut adanya proses encoding oleh pengirim dan decoding oleh
penerima, sehingga informasi dapat bermakna.
Semua komunikasi satu arah mengikuti proses
dasar yang sama. Sebagai langkah pertama,
satu orang memutuskan untuk mengirim pesan ke yang lain. Kemudian diterjemahkan pengirim
(encode) pikiran ke dalam pesan. Sebagai langkah ketiga, pesan tersebut disalurkan (biasanya dianggap kata yang diucapkan tapi kadang-kadang melalui cara-cara non-verbal, seperti bahasa isyarat) ke penerima. Selanjutnya, penerima berpikir tentang pesan dan merespon secara
internal, dengan menjadi tertarik,
semakin marah, atau
merasa lega.
Komunikasi tentu
dapat berjalan dengan baik apabila terdapat kesepahaman antara komunikator atau
penyampai pesan dengan komunikan atau penerima pesan. Di bawah ini
faktor-faktor penunjang dalam komunikasi adalah:
a.
Menarik perhatian
- Mudah dimengerti
- Penggunaan Intonasi
- Kecakapan Non Verbal
- Kecakapan mendengar
- Kredibilitas (Pengetahuan, Penampilan, Empati)
- Membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan
B. Tujuan Komunikasi
Menurut Riant
Nugroho (2004: 72) tujuan komunikasi
adalah menciptakan pemahaman bersama atau
mengubah persepsi, bahkan perilaku. Komunikasi
tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003: 83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai
tujuan. Menurut (Widjaja, 2000: 66-67) tujuan
komunikasi adalah sebagai berikut:
1.
Supaya pesan
yang di sampaikan dapat mengerti,
sebagai komunikator harus menjelaskan kepada
komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan
tuntas sehingga komunikan dapat mengerti dan
mengakui apa yang dimaksud dari komunikator.
2.
Memahami
orang lain. Sebagai komunikator
harus mengerti benar aspirasi masyarakat
tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3.
Supaya
gagasan dapat diterima orang lain.
Berusaha agar gagasan yang disampaikan dapat diterima
orang lain dengan pendekatan persuasif bukan
memaksakan kehendak.
4.
Menggerakkan
orang lain untuk melakukan
sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat
bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan.
Kegiatan dimaksud di sini adalah kegiatan yang
lebih banyak mendorong, namun yang penting
harus diingat adalah bagaimana cara yang baik
untuk melakukan.
C.
Hakekat
Komunikasi
Dari pengertian
dan tujuan yang telah
diuraikan, maka dapat dikemukakan hakekat
makna dari suatu proses komunikasi.
1.
Komunikasi
adalah suatu proses Komunikasi.
Dikatakan suatu proses, karena komunikasi
adalah kegiatan dinamis yang berlangsung
secara berkesinambungan.
2.
Komunikasi
adalah sistem interaksi. Setiap
komponen komunikasi memiliki tugas atau
karakter yang berbeda, mulai dari komunikator,
pesan sampai komunikan. Komponen-komponen
tersebut saling mendukung sebuah proses transaksi yang dinamakan komunikasi.
3.
Komunikasi hendak
meraih tujuan tertentu.
Setiap proses komunikasi selalu terkait dengan adanya tujuan tertentu. Seseorang berkomunikasi, tentu saja mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
D.
Bentuk
Komunikasi
Bentuk komunikasi
dapat diklasifikasikan
menurut jumlah pihak yang terlibat dalam
proses komunikasi, yaitu:
1.
Komunikasi
Intrapersonal (Intrapersonal communication), yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri. Misalnya proses berpikir untuk memecahkan masalah pribadi.
2.
Komunikasi
Antarpersonal (Antarpersonal communication), yaitu komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain, bisa berlangsung secara tatap muka (face to face) maupun dengan
bantuan media.
3.
Komunikasi
Kelompok (Group communication), yaitu komunikasi yang berlangsung dalam suatu kelompok. Misalnya diskusi, seminar, sidang kelompok dan sebagainya.
4.
Komunikasi
Massa (Mass communication), yaitu komunikasi yang melibatkan banyak orang. Beberapa ahli mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Contohnya kampanye politik.
E.
Sifat
Komunikasi
Dilihat dari sifatnya, proses
komunikasi dapat dibedakan
menjadi :
1.
Komunikasi
tatap muka (face to face communication). Dalam hal ini pihak yang berkomunikasi saling bertemu dalam suatu tempat tertentu.
2.
Komunikasi bermedia
(mediated communication). Komunikasi dengan menggunakan bantuan media, seperti telepon, surat, radio, dan sebagainya.
3.
Komunikasi
verbal. Dalam hal ini pesan
yang disampaikan atau dikirimkan berupa pesan
verbal atau dalam bentuk ungkapan kalimat,
baik secara lisan maupun tulisan. Pesan verbal harus dikirim dengan jelas dan diterima dan
diinterpretasikan dengan benar. Pada
intinya, harus memilih waktu
dan tempat yang tepat untuk menyampaikan
pesan verbal. Sayangnya, pelatih dan orang tua sering
mengambil waktu yang paling pantas
untuk menyampaikan komunikasi (misalnya
tepat setelah pertandingan atau di depan tim). Kerusakan
terjadi karena pesan akan dikirim
tidak efektif, tidak diterima, atau disalahtafsirkan. Kadang-kadang
masalahnya hanyalah kurangnya
kepercayaan antara pelatih dan
atlet atau guru dan siswa. Lebih sering, masalahnya adalah dengan transmisi pesan. Beberapa orang terlalu banyak bicara, mengoceh tentang hal-hal yang melahirkan atau mengalihkan perhatian
orang lain, sedangkan yang lain berbicara terlalu sedikit, tidak berkomunikasi informasi yang cukup.
4.
Komunikasi
non-verbal. Komunikasi ini
bercirikan pesan yang disampaikan berupa pesan
non-verbal atau bahasa isyarat, baik isyarat
badaniah (gestural)
maupun isyarat gambar (pictoral). Orang seringkali
tidak menyadari banyak isyarat
nonverbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bahkan, estimasi dari berbagai peneliti
menunjukkan bahwa sekitar 50% sampai 70% dari informasi nonverbal (Burke, 2005).
Oleh karena itu, semua lebih penting bahwa pelatih, atlet,
dan para pemimpin latihan menjadi sangat jeli isyarat
nonverbal sebagai sumber yang kaya informasi. Memahami berbagai jenis komunikasi nonverbal meningkatkan baik pengiriman dan penerimaan
pesan. Sebanyak 50%
sampai 70% dari komunikasi manusia
adalah nonverbal (Yukelson, 1998).
Pesan nonverbal cenderung berada di bawah kendali kesadaran, dan oleh sebab itu lebih sulit untuk menyembunyikan dari pesan verbal. Seseorang dapat
memberikan perasaan bawah sadar
dan sikap. Misalnya. Tepat
sebelum memulai kelas aerobik,
pemimpin latihan meminta
seorang wanita muda bagaimana
perasaannya. Para perempuan muda
mengangkat bahu, melihat ke bawah,
mengerutkan kening, dan bergumam, "oh, baik".
Meskipun kata-katanya mengatakan semuanya baik-baik saja, pemimpin tahu sebaliknya
dari pesan nonverbal yang disampaikan. Meskipun pesan nonverbal bisa
menjadi kuat, sering sulit untuk menafsirkan secara akurat. Dengan demikian, harus berhati-hati
dalam memberi mereka makna,
dan harus mencoba untuk menilai benar
konteksnya.
a.
Penampilan fisik
Seringkali kesan pertama kami seseorang berasal dari penampilan fisik. Mungkin
seseorang yang gemuk, kurus, tampan, ceroboh, menarik, atau jelek. Misalnya, 20
tahun yang lalu seorang atlet laki-laki yang berjalan ke kantor pelatih
mengenakan anting-anting akan kemungkinan telah dengan cepat dikawal keluar.
Sekarang lebih diterima untuk laki-laki memakai anting-anting, dan sebuah pesan
yang berbeda disampaikan.
b.
Postur
Bagaimana membawa diri dalam mengirim pesan, kiprah dan cara berjalan
membawa pesan. Seseorang yang mengocok bersama dengan kepala tertunduk dan
tangan di saku menyampaikan kesedihan, sedangkan langkah melenting menunjukkan
rasa kontrol dan kepercayaan diri. Atlet sering mengenali frustrasi atau putus
asa pada lawan dengan bagaimana bergeraknya.
c.
Gerak-gerik
Misalnya, melipat tangan di dada biasanya menyatakan bahwa tidak terbuka
kepada orang lain, sedangkan mengunci tangan di belakang kepala berkonotasi
superioritas. Pelatih sering mengekspresikan diri melalui gerakan terkadang
jika pelatih verbalisasi pikirannya kepada para pejabat, pelatih berisiko
mendapatkan dilempar keluar dari permainan.
d.
Body position
Posisi tubuh mengacu pada ruang pribadi antara individu dan posisi tubuh individu
terhadap orang lain. Posisi tubuh benar-benar sebuah aspek lain-nya, yang
merupakan studi tentang bagaimana orang berkomunikasi dengan cara individu
menggunakan ruang.
Contoh bahasa posisi tubuh adalah pelatih yang mengelilingi dirinya dengan pemain awal, bukan dengan cadangan. Banyak pelatih berdiri di samping pemain awal, bukan berarti pilih kasih. John Thompson, mantan pelatih basket untuk Georgetown universitas, membuat suatu kebiasaan untuk duduk bukan di antara cadangan untuk membuat mereka merasa seperti anggota terhormat dari tim.
Contoh bahasa posisi tubuh adalah pelatih yang mengelilingi dirinya dengan pemain awal, bukan dengan cadangan. Banyak pelatih berdiri di samping pemain awal, bukan berarti pilih kasih. John Thompson, mantan pelatih basket untuk Georgetown universitas, membuat suatu kebiasaan untuk duduk bukan di antara cadangan untuk membuat mereka merasa seperti anggota terhormat dari tim.
e.
Menyentuh
Menyentuh adalah bentuk lain yang kuat dari komunikasi nonverbal yang dapat digunakan untuk menenangkan seseorang atau untuk mengungkapkan kasih sayang atau perasaan lainnya, tergantung pada situasi. Kami telah menjadi lebih bebas dalam beberapa tahun terakhir dengan penggunaan menyentuh dalam olahraga, termasuk lebih merangkul antara laki-laki tahun lalu diterima secara sosial. Namun, dengan meningkatnya kepekaan mengenai isu pelecehan seksual, pelatih dan guru harus berhati-hati dalam penggunaan menyentuh. Anda harus memastikan bahwa menyentuh yang tepat dan disambut oleh atlet atau siswa. Menyentuh harus dibatasi pada tempat-tempat umum untuk meminimalkan salah tafsir makna dari menyentuh.
Menyentuh adalah bentuk lain yang kuat dari komunikasi nonverbal yang dapat digunakan untuk menenangkan seseorang atau untuk mengungkapkan kasih sayang atau perasaan lainnya, tergantung pada situasi. Kami telah menjadi lebih bebas dalam beberapa tahun terakhir dengan penggunaan menyentuh dalam olahraga, termasuk lebih merangkul antara laki-laki tahun lalu diterima secara sosial. Namun, dengan meningkatnya kepekaan mengenai isu pelecehan seksual, pelatih dan guru harus berhati-hati dalam penggunaan menyentuh. Anda harus memastikan bahwa menyentuh yang tepat dan disambut oleh atlet atau siswa. Menyentuh harus dibatasi pada tempat-tempat umum untuk meminimalkan salah tafsir makna dari menyentuh.
f.
Ekspresi wajah
Wajah adalah bagian paling ekspresif dari tubuh. Kontak mata sangat penting
dalam mengkomunikasikan perasaan. Mendapatkan kontak mata biasanya berarti
bahwa pendengar pesan yang disampaikan. Ketika orang merasa tidak nyaman atau
malu, mereka cenderung menghindari kontak mata langsung dan berpaling. Senyum
adalah jembatan yang universal di seluruh hambatan bahasa dan salah satu cara
yang paling efisien untuk berkomunikasi. Senyum dan ekspresi wajah lainnya
berdua bisa mengundang komunikasi verbal dan memperoleh umpan balik tentang
seberapa efektif komunikasi yang telah berlangsung.
F. Unsur-Unsur Komunikasi
Menurut Fajar Marhaeni (2009: 58-59) ruang lingkup ilmu komunikasi berdasarkan komponennya
terdiri dari:
1. Komunikator (Communicator,
sender, source)
Dasar yang
digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan
itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan dokumen, ataupun
sejenisnya. Orang yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
Dalam komunikasi setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan
komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi komunikan
dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
Syarat-syarat komunikator yang baik
adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan luas
b. Kepribadian baik
c. Jujur dan ikhlas
d. Keberanian moral kaya perbendaharaan kata
e. Kecerdasan menguasai tema
f. Mengenal pribadi komunikan
g. Percaya diri
h. Sikap menarik
i.
Bertanggung
jawab
2. Pesan (message)
Pesan merupakan
seperangkat lambang bermakna dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan
ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha
mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Penyampaian pesan dapat
dilakukan secara verbal yakni menggunakan alat, isyarat, simbol, gambar, atau
warna untuk mendapatkan umpan balik (feedback)
dari komunikan.
3. Channel atau saluran
Saluran
komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.
4. Komunikan
Komunikan adalah
pihak penerima pesan, sering dikenal dengan sebutan receiver, audience, atau sasaran. Tugas seorang komunikan tidak
hanya menerima pesan, tetapi juga menganalisis, menafsirkan, sehingga dapat
memahami makna pesan tersebut.
Keterampilan mendengar/menerima
pesan yang efektif di antaranya:
a. Memahami pembicaraan.
b. Mendengar aktif mendorong person untuk bercerita
seperti realita sebenarnya.
c. Memperjelas percakapan antara komunikator dan
komunikan.
d. Mencegah pembuatan kesimpulan yang terburu-buru.
5. Umpan Balik (feedback)
Umpan balik
sangat berperan penting dalam komunikasi karena ia menentukan berlanjutnya atau
berhentinya komunikasi, oleh karena itu umpan balik bisa bersifat positif dan
negatif. Secara
umum umpan balik atau feedback terbagi ke dalam dua jenis yaitu intrinsic
feedback dan extrinsic feedback. Intrinsic feedback atau umpan
balik intrinsik berkaitan dengan penilaian terhadap dirinya sendiri, tentang
sikap, aktivitas dan atau perilaku yang telah dilakukannya, derta tentang
kemampuan yang telah ditunjukkannya. Misalnya dalam melaksanakan tugas gerak,
apakah aktivitas yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinstruksikan guru,
apakah sudah mampu menyelesaikan keseluruhan tugas gerak, apakah merasa nyaman
dengan alat bantu yang digunakan, atau menilai bahwa rangkaian gerakan senam
telah sesuai dengan urutan yang harus dilakukan. Sedangkan extrinsic
feedback adalah umpan balik yang berasal dari luar dirinya. Misalnya
koreksi dari guru penjas atas gerakan yang sudah dilakukan, cemoohan rekan
karena salah memberikan umpan ketika bermain bola, atau dari lingkungan
sekitar.
6. Gangguan (noise)
Dalam proses
komunikasi tidak selamanya berjalan lancar, tapi sering kali mengalami
gangguan, baik yang bersifat teknis maupun semantic. Dalam proses komunikasi
tidak selalu keenam komponen di atas itu muncul sekaligus. Prasyarat minimal agar
komunikasi dapat terlaksana, yakni sekurang-kurangnya mesti melibatkan tiga
komponen, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan.
G.
Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi dalam setiap sistem
sosial menurut Widjaja (2000: 64-66) addalah sebagai berikut:
1.
Informasi, pengumpulan,
penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini,
dan kkomentar yang dibutuhkan agar dapat mengerti dan bereaksi secara jelas
terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang
tepat.
2.
Sosialisasi, penyediaan, sumber
ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota
masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif
di masyarakat.
3.
Motivasi, menjelaskan tujuan
setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang
menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok
berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
4.
Perdebatan dan diskusi,
menyediakan saling tukar menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan
persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik,
menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar
masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
5.
Pendidikan, pengalihan ilmu
pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta
membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.
6.
Memajukan kehidupan,
menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa
lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta
membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
7.
Hiburan, penyebarluasan sinyal,
simbol, suara dan imajinasi dari drama, tari, kesenian, musik, olahraga,
kesenangan kelompok dan individu.
8.
Intregasi, menyediakan bagi
bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan
agar dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan
keinginan orang lain.
H.
Efek Komunikasi
Efek komunikasi adalah hasil dari
kegiatan komunikasi yang terjai. Efek komunikasi dapat berupa emosi dan juga
bukti fisik. Komunikasi menurut Rakhmad (2007: 219), mempunyai beberapa
pengaruh atau efek yang dapat menyangkut pengetahuan, mengubah sikap, dan
menggerakkan perilaku kita diantaranya adalah:
1.
Efek kognitif, yaitu efek yang
menyangkut pengetahuan, pemahaman, penganalisaan, dan penyimpulan.
2.
Efek afektif, yaitu efek yang
menyangkut sikap persetujuan dan rasa suka.
3.
Efek behaviorial, yaitu
lanjutan dari efek dimana efek ini berarah pada perilaku individu dalam
masyarakat.
I.
Guru dan Perilaku Pelatih Dalam Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif.
Penelitian telah menunjukkan bahwa sejumlah
perilaku guru dan pelatih dapat memfasilitasi komunikasi. Perilaku ini
meliputi:
1.
Perilaku mengkonfirmasi.
a.
Komunikasi menunjukkan dan apresiasi siswa atau pemain dalam menanggapi pertanyaan
atau komentar.
b.
Komunikasi menunjukkan bahwa pelatih atau guru percaya bahwa siswa atau
pemain bisa melakukannya dengan baik.
c.
Guru atau pelatih selalu mengecek pada pemahaman sebelum melanjutkan ke
titik berikutnya.
d.
Komunikasi menunjukkan minat pada apakah mahasiswa atau pemain belajar.
e.
Umpan balik yang diberikan pada siswa atau kinerja pemain.
2.
Perilaku kejelasan
a.
Guru atau pelatih menggunakan contoh-contoh yang jelas dan relevan.
b.
Guru atau pelatih berhubungan contoh kembali ke konsep atau aturan.
c.
Guru atau pelatih menggunakan bahasa daripada bahasa abstrak.
d.
Guru atau pelatih tetap pada tugas dan tidak menyimpang dari pokok-pokok.
e.
Guru atau pelatih jelas menjelaskan tujuan untuk setiap tugas.
Ketika pelatih memberikan informasi
kepada atlet yang akan memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan untuk
perubahan efek, maka cari sesuatu yang positif untuk mengatakan pertama kali
dan kemudian memberikan informasi yang akan memungkinkan atlet untuk
mempengaruhi perubahan perilaku atau tindakan.
Crookes (1991) bahwa pelatih harus:
1.
Mengembangkan keterampilan komunikasi
verbal dan non-verbal.
2.
Pastikan bahwa pelatih
memberikan umpan balik positif selama sesi pelatihan.
3.
Berikan semua atlet dalam
kelompok pelatihan mereka perhatian yang sama
4.
Berkomunikasi sesuai dengan
pemikiran atlet dan gaya belajar.
5.
Pastikan bahwa pelatih tidak
hanya berbicara dengan atlet tetapi bnyak orang mendengarkan.
Peningkatan keterampilan komunikasi
akan memungkinkan kedua atlet dan pelatih untuk mendapatkan lebih banyak dari
hubungan pembinaan atlet.
Komunikasi yang efektif berisi enam elemen (Crookes
1991):
1.
Jelas. Pastikan bahwa informasi
yang disajikan jelas
2.
Ringkas dan singkat, tidak
kehilangan pesan dengan menjadi panjang lebar
3.
Benar dan akurat, menghindari
memberikan informasi yang menyesatkan
4.
Lengkap. Berikan semua
informasi dan bukan hanya bagian dari itu
5.
Sopan dan tidak mengancam,
menghindari konflik
6.
Konstruktif. Bersikaplah
positif, jauh dari sikap kritis dan negatif.
J.
Pedoman Mengirim Pesan
Ini adalah pedoman untuk mengirimkan
pesan verbal dan nonverbal yang efektif (Martens, 1987b):
1.
Langsung. Orang-orang yang
menghindari berkomunikasi langsung berasumsi bahwa orang lain tahu apa yang diinginkan.
Daripada mengekspresikan pesan secara langsung, dengan mengisyaratkan apa yang
ada di pikirannya dan memberitahu orang ketiga, berharap pesan akan sampai ke
penerima, yang dimaksud demikian adalah tidak langsung. Pesan langsung adalah
berbicara langsung antara penyampai pesan ke penerima pesan.
2.
Pemilik pesan adalah diri
sendiri. Gunakan "Aku" dan "saya" bukan "kita"
atau "tim". Apa yang dikatakan diri sendiri adalah apa yang dipercaya,
dan menggunakan orang lain untuk mendukung apa yang dikatakan menyiratkan
pengecut dalam mengekspresikan pesan diri sendiri.
3.
Lengkap dan spesifik. Ketika
memberikan pesan harus memahami apa yang dibutuhkan penerima. Dan memberikan
pesan yang lengkap dan sedetailnya sehingga penerima memahami dan dapat
menangkap informasi dari penyampai pesan.
4.
Jelas dan konsisten. Hindari
pesan ganda. "Aku benar-benar ingin bermain kamu, tapi saya tidak berpikir
ini permainan yang baik untuk kamu. Saya pikir kamu seorang atlet baik, tetapi
kamu hanya harus bersabar." Ini adalah contoh dari pesan penerimaan ganda
dan penolakan mungkin penerima pesan bingung dan terluka. Pesan ganda mengirim
makna kontradiktif, dan biasanya orang yang mengirim takut untuk berbicara
secara langsung.
5.
Menyatakan kebutuhan dan dengan
perasaan yang jelas.
6.
Memisahkan fakta dari opini.
Menyatakan apa yang dilihat, didengar, dan tahu, dan kemudian jelas
mengidentifikasi pendapat atau kesimpulan tentang fakta-fakta.
7.
Fokus pada hal pada suatu
waktu.
8.
Menyampaikan pesan segera. Bila
mengamati sesuatu yang mengganggu atau yang perlu diubah, jangan menunda
mengirim pesan.
9.
Pastikan pesan tidak mengandung
agenda tersembunyi, yang berarti bahwa tujuan undang pesan tidak sama dengan
tujuan yang nyata.
10.
Jadilah mendukung. Jika pesan
ingin didengarkan orang lain maka seharusnya tidak memberikan pesan dengan
ancaman, sarkasme, perbandingan negatif, atau penilaian, akhirnya orang akan
menghindari berkomunikasi atau hanya mendengarkan saja.
11.
Bersikaplah konsisten dengan
pesan nonverbal. Mungkin mengatakan pemain itu boleh saja membuat kesalahan,
tapi gerakan tubuh dan ekspresi wajah bertentangan dengan kata-kata. Pesan yang
bertentangan membingungkan orang dan menghalangi komunikasi masa depan.
12.
Memperkuat dengan pengulangan.
Ulangi poin kunci untuk memperkuat apa yang akan disampaikan. Namun, jangan
terlalu sering mengulang, karena hal ini menyebabkan orang lain untuk berhenti
mendengarkan. Dapat memperkuat pesan dengan menggunakan saluran komunikasi
tambahan menunjukkan gambar atau video bersama dengan menjelaskan keterampilan.
13.
Membuat pesan sesuai dengan
frame penerima acuan. Pesan dapat dipahami jauh dengan baik jika menyesuaikan
dengan pengalaman orang dengan siapa berkomunikasi. Hal ini tidak pantas,
misalnya, untuk menggunakan bahasa yang kompleks ketika berbicara kepada atlet
muda karena tidak memiliki kosakata untuk memahami apa yang digunakan.
14.
Carilah umpan balik bahwa pesan
telah ditafsirkan secara akurat. Perhatikan sinyal verbal dan nonverbal bahwa
orang kepada siapa berbicara dapat menerima pesan yang dimaksudkan. Jika tidak
ada sinyal diberikan, mengajukan pertanyaan untuk meminta umpan balik.
K.
Komunikasi antara Atlet dan
Pelatih
Hubungan antara
pelatih dan atlet sangat penting
dan harus baik jika ingin mencapai hasil yang
sangat baik, yang tentu saja membutuhkan komunikasi. Tanpa kemampuan untuk
mengkomunikasikan hal yang diketahui dan apa yang pelatih ingin diajarkan
kepada atlet akan menjadi dua hal yang berbeda
atlet karena tidak akan mengerti atau memahami. Penting untuk memiliki
komunikasi nonverbal yang baik. Nada dan
kecepatan yang digunakan saat berbicara, postur
dan gerakan tubuh, semua ini adalah
komunikasi, dan ini adalah salah satu yang
paling penting. Arti yang tepat dari kata-kata
yang tepat diungkapkan oleh komponen
non-verbal. Hal ini sangat penting dalam
individu kompetisi, di mana pelatih dan atlet
harus bekerja sama sebagai tim, dan harus
saling menghormati satu sama lain dan komunikasi yang baik.
Pelatih
menjelaskan, berkomunikasi dengan
atlet, tentang bagaimana dan apa yang harus
dilakukan, menyarankan, membantu, sementara
atlet harus mampu mengatakan padanya jika ada
sesuatu yang tidak dipahami, apakah ada sesuatu yang tidak bisa lakukan, apakah sakit sedikit, dan sebagainya. Komunikasi non-verbal atau tingkah
lakunya harus menjadi model peran untuk atlet. Jika perilaku pelatih dan
ekspresi wajah menunjukkan tanda-tanda perhatian secara otomatis akan menyebabkan seperti respon di atlet. Atlet tidak dapat menunjukkan emosi seperti itu, pelatih adalah orang yang kata-katanya harus mengilhami dan mendorong atlet untuk melakukan yang terbaik untuk mencapai hasil yang lebih baik. Orang sering mendengar bahwa seorang atlet mengatakan bahwa untuk keberhasilannya pelatih yang berjasa, dan mereka sering sangat berterima kasih kepada pelatih untuk memotivasi dan mendukung atlet selama ini. Namun, saat ini masalah utama adalah bahwa kebanyakan pelatih tidak menyadari apa dan bagaimana untuk menjelaskan hal-hal untuk atlet mereka.
Seorang pelatih dapat
memiliki ide yang sempurna
dari apa yang diinginkan bahkan dari atletnya. Komunikasi yang buruk antara
pelatih dan atlet dapat menyebabkan
konsekuensi serius. Ini dapat memutuskan hasil
pertandingan, itu dapat menyebabkan cedera dari atlet, dan jika para atlet dan pelatih tidak menghormati satu sama lain dan memiliki ide yang berbeda, dapat berarti bahwa atlet tidak akan berpartisipasi dalam beberapa peristiwa, dan akhirnya itu mengarah ke putus kerjasama. Pelatih bisa sangat aktif, bisa membuat banyak suara, berteriak, gelombang tangan, bersorak pada semua cara untuk membantu atlet tetapi sering lebih baik komunikator yang diam-diam menonton kompetisi, berkonsentrasi pada setiap saat agar tidak kehilangan sesuatu yang dapat menjadi sangat penting.
Atlet adalah
orang-orang yang sering
melihat ke atas untuk pelatih mereka dan
mereka tidak harus melihat setiap reaksi
negatif, karena dapat menyebabkan penurunan
kepercayaan diri, dan dengan demikian untuk
hasil yang buruk. Sering selama kompetisi
atlet memblokir semua suara sekitar lainnya,
dan semua yang didengar kecuali pelatih dari atlet tersebut,
karena pada saat itu pelatih adalah
satu-satunya orang yang didengar dan yang atlet yakini karena pelatih adalah orang yang tahu, bagaimana bersaing, kelemahan, dan sisi kuat. Keyakinan
seperti itu tidak dicapai selama satu malam
dan tidak mungkin tanpa komunikasi yang baik.
Namun, tidak hanya penting apa yang pelatih mengatakan atletnya, tetapi juga cara pelatih menafsirkannya. Artinya, bagaimana mendengar semua petunjuk
ini, bagaimana menerima dan akhirnya bereaksi terhadapnya. Kata-kata pelatih
dapat merangsang dan mendorong, tetapi jika
atlet dipahami kemudian salah, atlet dapat kehilangan kepercayaan dirinya karena kurangnya hasil. Oleh karena itu penting untuk memiliki hubungan yang dikembangkan dan baik, komunikasi yang baik
antara pelatih dan atlet sehingga situasi
semacam ini tidak akan terjadi. Tentu saja,
pelatih tidak berkomunikasi hanya dengan atlet,
hari ini ada masalah yang berkembang dari
serangan terhadap wasit oleh pelatih, dengan
verbal atau nonverbal, ketika atlet percaya
bahwa atlet rusak oleh hakim. Itulah sebabnya
kebijakan baru diperkenalkan, misalnya dalam sepak bola, di mana hakim dapat menghapus pelatih dari kursi pelatih. Ada hukuman karena menghina wasit, serta larangan menjaga tim tanpa pelatih di sejumlah tertentu pertandingan atau denda. Salah satu contoh terbaik adalah Sir Alex Feguson, tentu salah satu pelatih terbesar dan terbaik yang pernah ada, yang sering dikenal berada dalam konflik dengan hakim dan sering menghina wasit dan sering dihukum. Dengan semacam hukuman pelatih mencoba untuk mencegah serangan pada hakim. Ini
adalah contoh dari komunikasi yang buruk, yang
saat ini sayangnya hal yang jauh lebih umum daripada
komunikasi yang baik.
L. Berikut 10 tips untuk meningkatkan komunikasi
atlet dan pelatih dalam tim.
1. Jadilah didekati
Sebagai
pelatih harus menetapkan dan membuka jalur komunikasi dengan atlet. Ajukan
pertanyaan yang secara khusus menangani cedera, status hidrasi, dan pemulihan.
Perhatikan baik pesan verbal dan non-verbal untuk berkomunikasi dengan atlet.
Jika atlet terlihat lelah dan kurang usaha, mereka dapat mengirim pesan
non-verbal penting tentang hidrasi dan status gizi atau kebutuhan mereka untuk
istirahat tambahan.
2. Jadilah pendengar yang aktif
Dalam
keterampilan mendengar, pemahaman atlet tentang apa yang dikatakan pelatih
pasti berbeda-beda. Pelatih juga harus mendengarkan apa yang dikatakan dan
diharapkan oleh atlet. Dengan demikian tercipta komunikasi yang baik ketika
pelatih mengetahui keinginan dan maksud atlet begitu juga sebaliknya.
3. Mendefinisikan peran
Pelatih
harus memberikan rasa percaya diri atlet terhadap bagaimana peran atlet atau
tugas atlet saat latihan maupun bertanding. Dengan mengakui peran masing-masing atlet
memberikan kontribusi untuk tim, pelatih memberikan atlet Anda rasa layak dan
prestasi. Pelatih harus menanamkan dalam setiap anggota tim perasaan bahwa atlet
tersebut dapat meningkatkan statusnya dengan kerja keras dan komitmen.
4. Tetapkan tujuan
Pelatih
harus dapat mendorong atlet untuk menetapkan tujuan yang realistis dan
berkomunikasi bagaimana untuk mencapainya. Diskusikan perbedaan antara individu
dan tujuan tim dan kebutuhan untuk kadang-kadang mengorbankan tujuan pribadi
untuk tujuan tim. Kemampuan untuk menetapkan tujuan dengan rasa tujuan adalah
keterampilan hidup yang akan membantu pelatih di luar pertandingan.
5. Membangun rasa saling percaya
Hubungan
positif yang dibangun di atas saling menghormati dan kepercayaan. Atlet harus
tahu bahwa mereka dapat bergantung pada pelatih untuk bersikap adil dan
positif, bahkan dalam persaingan yang ketat. Criticise perilaku atau
pengambilan keputusan, tetapi meninggalkan kepribadian dari itu. Kritik harus
konstruktif, positif, konsisten, dan berorientasi pada peningkatan kinerja. Tidak
ada satupun dari atlet akan meningkatkan kemampuannya ketika atlet dibuat
merasa buruk oleh pelatih itu sendiri tentang keadaannya.
6. Berkomunikasi dengan pendekatan
positif
Saat
memberikan umpan balik yang konstruktif, berpikir yang baik, lebih baik,
bagaimana. Baik dimulai dengan sesuatu yang mereka lakukan dengan benar. Lebih
baik dengan memberikan umpan balik instruksional tentang cara untuk mendapatkan
yang lebih baik. Bagaimana dapat memberikan pujian setelah selesai latihan sehingga
atlet ingin mendapatkan yang lebih baik.
7. Memberdayakan atlet
Dalam
konteks lingkungan yang disiplin dan terstruktur, pelatih harus dapat
memberdayakan atlet untuk membuat keputusan dan mengendalikan berbagai aspek dari
permainan atau kompetisi. Benar-benar mengajarkan konsep dengan setiap atlet
memahami bagaimana perannya. Kemudian, biaya atlet untuk melaksanakan latihan
dan pertandingan ataupun hadiah dari pertandingan harus dikomunikasikan secara
baik antara atlet dan pelatih. Tanggung jawab dan otoritas harus berjalan
seiring. Hindari pembinaan takut kegagalan menjadi metode komunikasi pelatih
dan mendorong pengambilan risiko sebagai bagian integral dari kompetisi.
8. Pikiran atlet penuh dan tubuh
Atlet
tidak akan dapat melakukan latihan ataupun bertanding dengan mental dan fisik yang
baik tanpa makanan yang tepat dan cairan. Mendidik atlet tentang pilihan
makanan dan cairan yang fokus pada pengisian bahan bakar dan dehidrasi. Minuman
olahraga atlet menawarkan lebih dari air karena atlet mengganti cairan dan
elektrolit yang hilang dalam keringat dan menempatkan kembali energi
karbohidrat. Atlet benar-benar memicu untuk mampu tampil di tingkat yang lebih
tinggi secara fisik dan mental.
9. Mengembangkan rencana komunikasi
Rencana
peluang komunikasi seperti pelatih berencana untuk menyusun struktur permainan.
Peluang untuk komunikasi dapat sesederhana mencari tahu atlet setelah latihan
sulit dan bertanya apakah atlet memahami alasan untuk kritik yang diberikan.
Atlet hanya dapat menerapkan pedoman pembinaan sejauh mereka memahami apa yang
diinginkan dari mereka. Sebuah teknik yang sangat baik untuk mengembangkan
jalur komunikasi adalah wawancara setelah berakhirnya kompetisi. Pelatih dapat
melibatkan atlet dalam pertanyaan di lingkungan
yang tenang sehingga atlet merasa tertarik dengan menjadi diri sendiri.
10. Gunakan komunikasi untuk
meningkatkan kerja sama tim
Komunikasi
yang efektif adalah semuanya jelas dan dapat dipahami, komunikasi positif dari
pelatih ke pelatih, pelatih ke atlet, dan atlet untuk atlet sangat penting
dalam membangun konsep kerja tim. Semua anggota tim dan staf jelas akan
memahami tujuan tim dan bekerja menuju pencapaian tujuan yang dinyatakan.
BAB III
KESIMPULAN
Kehidupan manusia ditandai oleh dinamika komunikasi. Seluruh umat manusia
di dunia benar-benar menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya dapat dipenuhi jika melakukan komunikasi
dengan orang lain. Pada akhirnya seluruh proses
komunikasi menggantungkan keberhasilan pada tingkat ketercapaian tujuan komunikasi,
yakni sejauh mana para partisipan memberikan makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan.
Komunikasi yang efektif dapat
terjadi jika kedua belah pihak dari pengirim dan penerima pesan memiliki
keterampilan yang baik dalam mengirim ataupun menerima pesan. Bagi pengirim
pesan harus terampil dalam mengolah pesan yang akan disampaikan dan
mengirimkannya kepada penerima dan dapat segera dipahamai maksud dari pengirim
pesan tersebut. Penerima pesan juga harus terampil dalam menerima pesan dengan
memahami dengan benar maksud dari pengirim peasan.
Untuk itu, guru/pelatih diharapkan
mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik agar materi pembelajaran/latihan
dapat diterima dengan baik oleh anak didik/atlet. Bagi anak didik atau atlet juga
harus penjadi penerima pesan atau materi dari guru/pelatih agar apa yang
disampaikan tidak menjadi salah persepsi dari diri sendiri. Dengan adanya
komunikasi yang baik antara pelatih dan atlet, guru dan siswa, atlet dan atlet
itu sendiri diharapkan mampu menciptakan kondisi tim atau kelas yang solid,
kuat, dan kondusif sehingga dapat tercapai tujuan yaitu prestasi dari tim atau
kelas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agus M. Hardjana.
(2003). Komunikasi Intrapersonal dan
Komunikasi
Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Deddy Mulyana. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
PT
Rosdakarya Offset.
Effendy, Onong Uchjana.(2005).
Ilmu komunikasi teori dan praktek.
PT. Remaja
rosdakarya: Bandung
Eningwidihastuti.blogspot.com/2012/06/komunikasi.html?m=1
(Diakses pada
tanggal 1 Maret 2013).
Fajar Marhaeni. (2009).
Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
File.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR.../UMPAN_BALIK.pd.
(Diakses pada tanggal
1 Maret 2013).
Rakhmad Jalaludin.
(2007). Psikologi Komunikasi.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Riant Nugroho D.
(2004). Komunikasi Pemerintahan.
Jakarta: Elek Media
Komputindo Gramedia.
Rusadi Ruslan.
(2003). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: Grafindo Persada.
Pendidikanjasmani13.blogspot.com/2012/12/metode-sarana-komunikasi-
dalam.html?m=1 (DIakses pada tanggal 1 Maret 2013).
Weinberg, Roberts S; Gould, Daniel. (2007). Foundations of sport and exercises
psychology.4thedition. Champaign II: Human Kinetics
Pubhlisers.Inc.
Widjaja. (2000). Ilmu
Komunikasi. Bina Aksara: Jakarta.
No comments:
Post a Comment