Friday, May 22, 2015

Komunikasi Olahraga



oleh:
Nanda Sulistiyo, S.Pd.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah hal yang tidak asing lagi bagi kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi banyak dilakukan dengan banyak cara, baik secara verbal maupun non verbal. Dalam makalah ini saya ingin mencoba menguraikan tentang cabang-cabang komunikasi dan teori yang mendasari komunikasi tersebut. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasaverbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan (body language), menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. Hampir semua manusia bisa berkomunkasi, tetapi manusia tidak tahu teori dasar dari apa yang dikomunikasikannya.  
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa manusia itu adalah sebagai makluk social, sehingga terjadinya interaksi yang timbal balik. Komunikasi pasti terjadi pada kegiatan olahraga, baik saat pembelajaran penjas maupun pelatihan cabang olahraga tertentu. Pembelajaran/pelatihan merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Kualitas pembelajaran /pelatihan dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran/pealatihan merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dari pelatih kepada atlet, dimana peserta didik atau atlet mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar/pealtih yang baik adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran/latihan sehingga sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
B.     Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang ada di dalam latar belakang di atas penulis akan memaparkan apa itu komunikasi, tujuan komunikasi, unsur komunikasi, jenis komunikasi, dan apa saja komunikasi yang terjadi di dalam kegiatan olahraga.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Komunikasi
Banyak pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir sama. Menurut Agus M. Hardjana (2003: 16) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber- communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila lingkungan sekitarnya timbul saling pengertian, yaitu apabila kedua belah pihak antara pengirim dan penerima pesan dapat memahaminya (Widjaja, 2000: 15). Menurut Effendy (2003: 60) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian kesan dalam bentuk lambang yang bermakna sebagai panduan pikiran serta perasaan berupa ide, informasi, perasaan, harapan, imbauan, kepercayaan, dan sebagainya yang dilakukan oleh orang-orang tidak langsung melalui media dan tujuan seseorang kepada orang lain secara tatap muka maupun mengubah sikap, pandangan, dan perilaku.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi pada adalah sebagai berikut:
1.      Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi. Dilihat dari sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan cara penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
2.      Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.
3.      Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan penerima pesan pada posisi yang seimbang. Proses ini menuntut adanya proses encoding oleh pengirim dan decoding oleh penerima, sehingga informasi dapat bermakna.
Semua komunikasi satu arah mengikuti proses dasar yang sama. Sebagai langkah pertama, satu orang memutuskan untuk mengirim pesan ke yang lain. Kemudian diterjemahkan pengirim (encode) pikiran ke dalam pesan. Sebagai langkah ketiga, pesan tersebut disalurkan (biasanya dianggap kata yang diucapkan tapi kadang-kadang melalui cara-cara non-verbal, seperti bahasa isyarat) ke penerima. Selanjutnya, penerima berpikir tentang pesan dan merespon secara internal, dengan menjadi tertarik, semakin marah, atau merasa lega.
Komunikasi tentu dapat berjalan dengan baik apabila terdapat kesepahaman antara komunikator atau penyampai pesan dengan komunikan atau penerima pesan. Di bawah ini faktor-faktor penunjang dalam komunikasi adalah: 
a.       Menarik perhatian
  1. Mudah dimengerti
  2. Penggunaan Intonasi
  3. Kecakapan Non Verbal
  4. Kecakapan mendengar
  5. Kredibilitas (Pengetahuan, Penampilan, Empati)
  6. Membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan
B.     Tujuan Komunikasi
Menurut Riant Nugroho (2004: 72) tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003: 83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan. Menurut (Widjaja, 2000: 66-67) tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
1.      Supaya pesan yang di sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga komunikan dapat mengerti dan mengakui apa yang dimaksud dari komunikator.
2.      Memahami orang lain. Sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3.      Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Berusaha agar gagasan yang disampaikan dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak.
4.      Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukan.
C.     Hakekat Komunikasi
Dari pengertian dan tujuan yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan hakekat makna dari suatu proses komunikasi.
1.      Komunikasi adalah suatu proses Komunikasi. Dikatakan suatu proses, karena komunikasi adalah kegiatan dinamis yang berlangsung secara berkesinambungan.
2.      Komunikasi adalah sistem interaksi. Setiap komponen komunikasi memiliki tugas atau karakter yang berbeda, mulai dari komunikator, pesan sampai komunikan. Komponen-komponen tersebut saling mendukung sebuah proses transaksi yang dinamakan komunikasi.
3.      Komunikasi hendak meraih tujuan tertentu. Setiap proses komunikasi selalu terkait dengan adanya tujuan tertentu. Seseorang berkomunikasi, tentu saja mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
D.    Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan menurut jumlah pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, yaitu:
1.      Komunikasi Intrapersonal (Intrapersonal communication), yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri. Misalnya proses berpikir untuk memecahkan masalah pribadi.
2.      Komunikasi Antarpersonal (Antarpersonal communication), yaitu komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain, bisa berlangsung secara tatap muka (face to face) maupun dengan bantuan media.
3.      Komunikasi Kelompok (Group communication), yaitu komunikasi yang berlangsung dalam suatu kelompok. Misalnya diskusi, seminar, sidang kelompok dan sebagainya.
4.      Komunikasi Massa (Mass communication), yaitu komunikasi yang melibatkan banyak orang. Beberapa ahli mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Contohnya kampanye politik.
E.     Sifat Komunikasi
Dilihat dari sifatnya, proses komunikasi dapat dibedakan menjadi :
1.      Komunikasi tatap muka (face to face communication). Dalam hal ini pihak yang berkomunikasi saling bertemu dalam suatu tempat tertentu.
2.      Komunikasi bermedia (mediated communication). Komunikasi dengan menggunakan bantuan media, seperti telepon, surat, radio, dan sebagainya.
3.      Komunikasi verbal. Dalam hal ini pesan yang disampaikan atau dikirimkan berupa pesan verbal atau dalam bentuk ungkapan kalimat, baik secara lisan maupun tulisan. Pesan verbal harus dikirim dengan jelas dan diterima dan diinterpretasikan dengan benar. Pada intinya, harus memilih waktu dan tempat yang tepat untuk menyampaikan pesan verbal. Sayangnya, pelatih dan orang tua sering mengambil waktu yang paling pantas untuk menyampaikan komunikasi (misalnya tepat setelah pertandingan atau di depan tim). Kerusakan terjadi karena pesan akan dikirim tidak efektif, tidak diterima, atau disalahtafsirkan. Kadang-kadang masalahnya hanyalah kurangnya kepercayaan antara pelatih dan atlet atau guru dan siswa. Lebih sering, masalahnya adalah dengan transmisi pesan. Beberapa orang terlalu banyak bicara, mengoceh tentang hal-hal yang melahirkan atau mengalihkan perhatian orang lain, sedangkan yang lain berbicara terlalu sedikit, tidak berkomunikasi informasi yang cukup.
4.      Komunikasi non-verbal. Komunikasi ini bercirikan pesan yang disampaikan berupa pesan non-verbal atau bahasa isyarat, baik isyarat badaniah (gestural) maupun isyarat gambar (pictoral). Orang seringkali tidak menyadari banyak isyarat nonverbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bahkan, estimasi dari berbagai peneliti menunjukkan bahwa sekitar 50% sampai 70% dari informasi nonverbal (Burke, 2005). Oleh karena itu, semua lebih penting bahwa pelatih, atlet, dan para pemimpin latihan menjadi sangat jeli isyarat nonverbal sebagai sumber yang kaya informasi. Memahami berbagai jenis komunikasi nonverbal meningkatkan baik pengiriman dan penerimaan pesan. Sebanyak 50% sampai 70% dari komunikasi manusia adalah nonverbal (Yukelson, 1998). Pesan nonverbal cenderung berada di bawah kendali kesadaran, dan oleh sebab itu lebih sulit untuk menyembunyikan dari pesan verbal. Seseorang dapat memberikan perasaan bawah sadar dan sikap. Misalnya. Tepat sebelum memulai kelas aerobik, pemimpin latihan meminta seorang wanita muda bagaimana perasaannya. Para perempuan muda mengangkat bahu, melihat ke bawah, mengerutkan kening, dan bergumam, "oh, baik". Meskipun kata-katanya mengatakan semuanya baik-baik saja, pemimpin tahu sebaliknya dari pesan nonverbal yang disampaikan. Meskipun pesan nonverbal bisa menjadi kuat, sering sulit untuk menafsirkan secara akurat. Dengan demikian, harus berhati-hati dalam memberi mereka makna, dan harus mencoba untuk menilai benar konteksnya.
a.       Penampilan fisik
Seringkali kesan pertama kami seseorang berasal dari penampilan fisik. Mungkin seseorang yang gemuk, kurus, tampan, ceroboh, menarik, atau jelek. Misalnya, 20 tahun yang lalu seorang atlet laki-laki yang berjalan ke kantor pelatih mengenakan anting-anting akan kemungkinan telah dengan cepat dikawal keluar. Sekarang lebih diterima untuk laki-laki memakai anting-anting, dan sebuah pesan yang berbeda disampaikan.
b.      Postur
Bagaimana membawa diri dalam mengirim pesan, kiprah dan cara berjalan membawa pesan. Seseorang yang mengocok bersama dengan kepala tertunduk dan tangan di saku menyampaikan kesedihan, sedangkan langkah melenting menunjukkan rasa kontrol dan kepercayaan diri. Atlet sering mengenali frustrasi atau putus asa pada lawan dengan bagaimana bergeraknya.
c.       Gerak-gerik
Misalnya, melipat tangan di dada biasanya menyatakan bahwa tidak terbuka kepada orang lain, sedangkan mengunci tangan di belakang kepala berkonotasi superioritas. Pelatih sering mengekspresikan diri melalui gerakan terkadang jika pelatih verbalisasi pikirannya kepada para pejabat, pelatih berisiko mendapatkan dilempar keluar dari permainan.
d.      Body position
Posisi tubuh mengacu pada ruang pribadi antara individu dan posisi tubuh individu terhadap orang lain. Posisi tubuh benar-benar sebuah aspek lain-nya, yang merupakan studi tentang bagaimana orang berkomunikasi dengan cara individu menggunakan ruang.
Contoh bahasa posisi tubuh adalah pelatih yang mengelilingi dirinya dengan pemain awal, bukan dengan cadangan. Banyak pelatih berdiri di samping pemain awal, bukan berarti pilih kasih. John Thompson, mantan pelatih basket untuk Georgetown universitas, membuat suatu kebiasaan untuk duduk bukan di antara cadangan untuk membuat mereka merasa seperti anggota terhormat dari tim.
e.       Menyentuh
Menyentuh adalah bentuk lain yang kuat dari komunikasi nonverbal yang dapat digunakan untuk menenangkan seseorang atau untuk mengungkapkan kasih sayang atau perasaan lainnya, tergantung pada situasi. Kami telah menjadi lebih bebas dalam beberapa tahun terakhir dengan penggunaan menyentuh dalam olahraga, termasuk lebih merangkul antara laki-laki tahun lalu diterima secara sosial. Namun, dengan meningkatnya kepekaan mengenai isu pelecehan seksual, pelatih dan guru harus berhati-hati dalam penggunaan menyentuh. Anda harus memastikan bahwa menyentuh yang tepat dan disambut oleh atlet atau siswa. Menyentuh harus dibatasi pada tempat-tempat umum untuk meminimalkan salah tafsir makna dari menyentuh.
f.       Ekspresi wajah
Wajah adalah bagian paling ekspresif dari tubuh. Kontak mata sangat penting dalam mengkomunikasikan perasaan. Mendapatkan kontak mata biasanya berarti bahwa pendengar pesan yang disampaikan. Ketika orang merasa tidak nyaman atau malu, mereka cenderung menghindari kontak mata langsung dan berpaling. Senyum adalah jembatan yang universal di seluruh hambatan bahasa dan salah satu cara yang paling efisien untuk berkomunikasi. Senyum dan ekspresi wajah lainnya berdua bisa mengundang komunikasi verbal dan memperoleh umpan balik tentang seberapa efektif komunikasi yang telah berlangsung.

F.      Unsur-Unsur Komunikasi
Menurut Fajar Marhaeni (2009: 58-59) ruang lingkup ilmu komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari:
1.      Komunikator (Communicator, sender, source)
Dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan dokumen, ataupun sejenisnya. Orang yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Dalam komunikasi setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
Syarat-syarat komunikator yang baik adalah sebagai berikut:
a.       Pengetahuan luas
b.      Kepribadian baik
c.       Jujur dan ikhlas
d.      Keberanian moral kaya perbendaharaan kata
e.       Kecerdasan menguasai tema
f.       Mengenal pribadi komunikan
g.      Percaya diri
h.      Sikap menarik
i.        Bertanggung jawab
2.      Pesan (message)
Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara verbal yakni menggunakan alat, isyarat, simbol, gambar, atau warna untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari komunikan.
3.      Channel atau saluran
Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.
4.      Komunikan
Komunikan adalah pihak penerima pesan, sering dikenal dengan sebutan receiver, audience, atau sasaran. Tugas seorang komunikan tidak hanya menerima pesan, tetapi juga menganalisis, menafsirkan, sehingga dapat memahami makna pesan tersebut.
Keterampilan mendengar/menerima pesan yang efektif di antaranya:
a.       Memahami pembicaraan.
b.      Mendengar aktif mendorong person untuk bercerita seperti realita sebenarnya.
c.       Memperjelas percakapan antara komunikator dan komunikan.
d.      Mencegah pembuatan kesimpulan yang terburu-buru.
5.      Umpan Balik (feedback)
Umpan balik sangat berperan penting dalam komunikasi karena ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi, oleh karena itu umpan balik bisa bersifat positif dan negatif. Secara umum umpan balik atau feedback terbagi ke dalam dua jenis yaitu intrinsic feedback dan extrinsic feedback. Intrinsic feedback atau umpan balik intrinsik berkaitan dengan penilaian terhadap dirinya sendiri, tentang sikap, aktivitas dan atau perilaku yang telah dilakukannya, derta tentang kemampuan yang telah ditunjukkannya. Misalnya dalam melaksanakan tugas gerak, apakah aktivitas yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinstruksikan guru, apakah sudah mampu menyelesaikan keseluruhan tugas gerak, apakah merasa nyaman dengan alat bantu yang digunakan, atau menilai bahwa rangkaian gerakan senam telah sesuai dengan urutan yang harus dilakukan. Sedangkan extrinsic feedback adalah umpan balik yang berasal dari luar dirinya. Misalnya koreksi dari guru penjas atas gerakan yang sudah dilakukan, cemoohan rekan karena salah memberikan umpan ketika bermain bola, atau dari lingkungan sekitar.
6.      Gangguan (noise)
Dalam proses komunikasi tidak selamanya berjalan lancar, tapi sering kali mengalami gangguan, baik yang bersifat teknis maupun semantic. Dalam proses komunikasi tidak selalu keenam komponen di atas itu muncul sekaligus. Prasyarat minimal agar komunikasi dapat terlaksana, yakni sekurang-kurangnya mesti melibatkan tiga komponen, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan.
G.    Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi dalam setiap sistem sosial menurut Widjaja (2000: 64-66) addalah sebagai berikut:
1.      Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan kkomentar yang dibutuhkan agar dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2.      Sosialisasi, penyediaan, sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di masyarakat.
3.      Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
4.      Perdebatan dan diskusi, menyediakan saling tukar menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
5.      Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6.      Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
7.      Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan imajinasi dari drama, tari, kesenian, musik, olahraga, kesenangan kelompok dan individu.
8.      Intregasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.
H.    Efek Komunikasi
Efek komunikasi adalah hasil dari kegiatan komunikasi yang terjai. Efek komunikasi dapat berupa emosi dan juga bukti fisik. Komunikasi menurut Rakhmad (2007: 219), mempunyai beberapa pengaruh atau efek yang dapat menyangkut pengetahuan, mengubah sikap, dan menggerakkan perilaku kita diantaranya adalah:
1.      Efek kognitif, yaitu efek yang menyangkut pengetahuan, pemahaman, penganalisaan, dan penyimpulan.
2.      Efek afektif, yaitu efek yang menyangkut sikap persetujuan dan rasa suka.
3.      Efek behaviorial, yaitu lanjutan dari efek dimana efek ini berarah pada perilaku individu dalam masyarakat.
I.       Guru dan Perilaku Pelatih Dalam Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif.
Penelitian telah menunjukkan bahwa sejumlah perilaku guru dan pelatih dapat memfasilitasi komunikasi. Perilaku ini meliputi:
1.      Perilaku mengkonfirmasi.
a.       Komunikasi menunjukkan dan apresiasi siswa atau pemain dalam menanggapi pertanyaan atau komentar.
b.      Komunikasi menunjukkan bahwa pelatih atau guru percaya bahwa siswa atau pemain bisa melakukannya dengan baik.
c.       Guru atau pelatih selalu mengecek pada pemahaman sebelum melanjutkan ke titik berikutnya.
d.      Komunikasi menunjukkan minat pada apakah mahasiswa atau pemain belajar.
e.       Umpan balik yang diberikan pada siswa atau kinerja pemain.

2.      Perilaku kejelasan
a.       Guru atau pelatih menggunakan contoh-contoh yang jelas dan relevan.
b.      Guru atau pelatih berhubungan contoh kembali ke konsep atau aturan.
c.       Guru atau pelatih menggunakan bahasa daripada bahasa abstrak.
d.      Guru atau pelatih tetap pada tugas dan tidak menyimpang dari pokok-pokok.
e.       Guru atau pelatih jelas menjelaskan tujuan untuk setiap tugas.
Ketika pelatih memberikan informasi kepada atlet yang akan memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan untuk perubahan efek, maka cari sesuatu yang positif untuk mengatakan pertama kali dan kemudian memberikan informasi yang akan memungkinkan atlet untuk mempengaruhi perubahan perilaku atau tindakan.
Crookes (1991) bahwa pelatih harus:
1.      Mengembangkan keterampilan komunikasi verbal dan non-verbal.
2.      Pastikan bahwa pelatih memberikan umpan balik positif selama sesi pelatihan.
3.      Berikan semua atlet dalam kelompok pelatihan mereka perhatian yang sama
4.      Berkomunikasi sesuai dengan pemikiran atlet dan gaya belajar.
5.      Pastikan bahwa pelatih tidak hanya berbicara dengan atlet tetapi bnyak orang mendengarkan.
Peningkatan keterampilan komunikasi akan memungkinkan kedua atlet dan pelatih untuk mendapatkan lebih banyak dari hubungan pembinaan atlet.
Komunikasi yang efektif berisi enam elemen (Crookes 1991):
1.      Jelas. Pastikan bahwa informasi yang disajikan jelas
2.      Ringkas dan singkat, tidak kehilangan pesan dengan menjadi panjang lebar
3.      Benar dan akurat, menghindari memberikan informasi yang menyesatkan
4.      Lengkap. Berikan semua informasi dan bukan hanya bagian dari itu
5.      Sopan dan tidak mengancam, menghindari konflik
6.      Konstruktif. Bersikaplah positif, jauh dari sikap kritis dan negatif.
J.       Pedoman Mengirim Pesan
Ini adalah pedoman untuk mengirimkan pesan verbal dan nonverbal yang efektif (Martens, 1987b):
1.      Langsung. Orang-orang yang menghindari berkomunikasi langsung berasumsi bahwa orang lain tahu apa yang diinginkan. Daripada mengekspresikan pesan secara langsung, dengan mengisyaratkan apa yang ada di pikirannya dan memberitahu orang ketiga, berharap pesan akan sampai ke penerima, yang dimaksud demikian adalah tidak langsung. Pesan langsung adalah berbicara langsung antara penyampai pesan ke penerima pesan.
2.      Pemilik pesan adalah diri sendiri. Gunakan "Aku" dan "saya" bukan "kita" atau "tim". Apa yang dikatakan diri sendiri adalah apa yang dipercaya, dan menggunakan orang lain untuk mendukung apa yang dikatakan menyiratkan pengecut dalam mengekspresikan pesan diri sendiri.
3.      Lengkap dan spesifik. Ketika memberikan pesan harus memahami apa yang dibutuhkan penerima. Dan memberikan pesan yang lengkap dan sedetailnya sehingga penerima memahami dan dapat menangkap informasi dari penyampai pesan.
4.      Jelas dan konsisten. Hindari pesan ganda. "Aku benar-benar ingin bermain kamu, tapi saya tidak berpikir ini permainan yang baik untuk kamu. Saya pikir kamu seorang atlet baik, tetapi kamu hanya harus bersabar." Ini adalah contoh dari pesan penerimaan ganda dan penolakan mungkin penerima pesan bingung dan terluka. Pesan ganda mengirim makna kontradiktif, dan biasanya orang yang mengirim takut untuk berbicara secara langsung.
5.      Menyatakan kebutuhan dan dengan perasaan yang jelas.
6.      Memisahkan fakta dari opini. Menyatakan apa yang dilihat, didengar, dan tahu, dan kemudian jelas mengidentifikasi pendapat atau kesimpulan tentang fakta-fakta.
7.      Fokus pada hal pada suatu waktu.
8.      Menyampaikan pesan segera. Bila mengamati sesuatu yang mengganggu atau yang perlu diubah, jangan menunda mengirim pesan.
9.      Pastikan pesan tidak mengandung agenda tersembunyi, yang berarti bahwa tujuan undang pesan tidak sama dengan tujuan yang nyata.
10.  Jadilah mendukung. Jika pesan ingin didengarkan orang lain maka seharusnya tidak memberikan pesan dengan ancaman, sarkasme, perbandingan negatif, atau penilaian, akhirnya orang akan menghindari berkomunikasi atau hanya mendengarkan saja.
11.  Bersikaplah konsisten dengan pesan nonverbal. Mungkin mengatakan pemain itu boleh saja membuat kesalahan, tapi gerakan tubuh dan ekspresi wajah bertentangan dengan kata-kata. Pesan yang bertentangan membingungkan orang dan menghalangi komunikasi masa depan.
12.  Memperkuat dengan pengulangan. Ulangi poin kunci untuk memperkuat apa yang akan disampaikan. Namun, jangan terlalu sering mengulang, karena hal ini menyebabkan orang lain untuk berhenti mendengarkan. Dapat memperkuat pesan dengan menggunakan saluran komunikasi tambahan menunjukkan gambar atau video bersama dengan menjelaskan keterampilan.
13.  Membuat pesan sesuai dengan frame penerima acuan. Pesan dapat dipahami jauh dengan baik jika menyesuaikan dengan pengalaman orang dengan siapa berkomunikasi. Hal ini tidak pantas, misalnya, untuk menggunakan bahasa yang kompleks ketika berbicara kepada atlet muda karena tidak memiliki kosakata untuk memahami apa yang digunakan.
14.  Carilah umpan balik bahwa pesan telah ditafsirkan secara akurat. Perhatikan sinyal verbal dan nonverbal bahwa orang kepada siapa berbicara dapat menerima pesan yang dimaksudkan. Jika tidak ada sinyal diberikan, mengajukan pertanyaan untuk meminta umpan balik.
K.    Komunikasi antara Atlet dan Pelatih
Hubungan antara pelatih dan atlet sangat penting dan harus baik jika ingin mencapai hasil yang sangat baik, yang tentu saja membutuhkan komunikasi. Tanpa kemampuan untuk mengkomunikasikan hal yang diketahui dan apa yang pelatih ingin diajarkan kepada atlet akan menjadi dua hal yang berbeda atlet karena tidak akan mengerti atau memahami. Penting untuk memiliki komunikasi nonverbal yang baik. Nada dan kecepatan yang digunakan saat berbicara, postur dan gerakan tubuh, semua ini adalah komunikasi, dan ini adalah salah satu yang paling penting. Arti yang tepat dari kata-kata yang tepat diungkapkan oleh komponen non-verbal. Hal ini sangat penting dalam individu kompetisi, di mana pelatih dan atlet harus bekerja sama sebagai tim, dan harus saling menghormati satu sama lain dan komunikasi yang baik.
Pelatih menjelaskan, berkomunikasi dengan atlet, tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan, menyarankan, membantu, sementara atlet harus mampu mengatakan padanya jika ada sesuatu yang tidak dipahami, apakah ada sesuatu yang tidak bisa lakukan, apakah sakit sedikit, dan sebagainya. Komunikasi non-verbal atau tingkah lakunya harus menjadi model peran untuk atlet. Jika perilaku pelatih dan ekspresi wajah menunjukkan tanda-tanda perhatian secara otomatis akan menyebabkan seperti respon di atlet. Atlet tidak dapat menunjukkan emosi seperti itu, pelatih adalah orang yang kata-katanya harus mengilhami dan mendorong atlet untuk melakukan yang terbaik untuk mencapai hasil yang lebih baik. Orang sering mendengar bahwa seorang atlet mengatakan bahwa untuk keberhasilannya pelatih yang berjasa, dan mereka sering sangat berterima kasih kepada pelatih untuk memotivasi dan mendukung atlet selama ini. Namun, saat ini masalah utama adalah bahwa kebanyakan pelatih tidak menyadari apa dan bagaimana untuk menjelaskan hal-hal untuk atlet mereka.
Seorang pelatih dapat memiliki ide yang sempurna dari apa yang diinginkan bahkan dari atletnya. Komunikasi yang buruk antara pelatih dan atlet dapat menyebabkan konsekuensi serius. Ini dapat memutuskan hasil pertandingan, itu dapat menyebabkan cedera dari atlet, dan jika para atlet dan pelatih tidak menghormati satu sama lain dan memiliki ide yang berbeda, dapat berarti bahwa atlet tidak akan berpartisipasi dalam beberapa peristiwa, dan akhirnya itu mengarah ke putus kerjasama. Pelatih bisa sangat aktif, bisa membuat banyak suara, berteriak, gelombang tangan, bersorak pada semua cara untuk membantu atlet tetapi sering lebih baik komunikator yang diam-diam menonton kompetisi, berkonsentrasi pada setiap saat agar tidak kehilangan sesuatu yang dapat menjadi sangat penting.
Atlet adalah orang-orang yang sering melihat ke atas untuk pelatih mereka dan mereka tidak harus melihat setiap reaksi negatif, karena dapat menyebabkan penurunan kepercayaan diri, dan dengan demikian untuk hasil yang buruk. Sering selama kompetisi atlet memblokir semua suara sekitar lainnya, dan semua yang  didengar kecuali pelatih dari atlet tersebut, karena pada saat itu pelatih adalah satu-satunya orang yang didengar dan yang atlet yakini karena pelatih adalah orang yang tahu, bagaimana bersaing, kelemahan, dan sisi kuat. Keyakinan seperti itu tidak dicapai selama satu malam dan tidak mungkin tanpa komunikasi yang baik. Namun, tidak hanya penting apa yang pelatih mengatakan atletnya, tetapi juga cara pelatih menafsirkannya. Artinya, bagaimana mendengar semua petunjuk ini, bagaimana menerima dan akhirnya bereaksi terhadapnya. Kata-kata pelatih dapat merangsang dan mendorong, tetapi jika atlet dipahami kemudian salah, atlet dapat kehilangan kepercayaan dirinya karena kurangnya hasil. Oleh karena itu penting untuk memiliki hubungan yang dikembangkan dan baik, komunikasi yang baik antara pelatih dan atlet sehingga situasi semacam ini tidak akan terjadi. Tentu saja, pelatih tidak berkomunikasi hanya dengan atlet, hari ini ada masalah yang berkembang dari serangan terhadap wasit oleh pelatih, dengan verbal atau nonverbal, ketika atlet percaya bahwa atlet rusak oleh hakim. Itulah sebabnya kebijakan baru diperkenalkan, misalnya dalam sepak bola, di mana hakim dapat menghapus pelatih dari kursi pelatih. Ada hukuman karena menghina wasit, serta larangan menjaga tim tanpa pelatih di sejumlah tertentu pertandingan atau denda. Salah satu contoh terbaik adalah Sir Alex Feguson, tentu salah satu pelatih terbesar dan terbaik yang pernah ada, yang sering dikenal berada dalam konflik dengan hakim dan sering menghina wasit dan sering dihukum. Dengan semacam hukuman pelatih mencoba untuk mencegah serangan pada hakim. Ini adalah contoh dari komunikasi yang buruk, yang saat ini sayangnya hal yang jauh lebih umum daripada komunikasi yang baik.
L.     Berikut 10 tips untuk meningkatkan komunikasi atlet dan pelatih dalam tim.
1.      Jadilah didekati
Sebagai pelatih harus menetapkan dan membuka jalur komunikasi dengan atlet. Ajukan pertanyaan yang secara khusus menangani cedera, status hidrasi, dan pemulihan. Perhatikan baik pesan verbal dan non-verbal untuk berkomunikasi dengan atlet. Jika atlet terlihat lelah dan kurang usaha, mereka dapat mengirim pesan non-verbal penting tentang hidrasi dan status gizi atau kebutuhan mereka untuk istirahat tambahan.
2.      Jadilah pendengar yang aktif
Dalam keterampilan mendengar, pemahaman atlet tentang apa yang dikatakan pelatih pasti berbeda-beda. Pelatih juga harus mendengarkan apa yang dikatakan dan diharapkan oleh atlet. Dengan demikian tercipta komunikasi yang baik ketika pelatih mengetahui keinginan dan maksud atlet begitu juga sebaliknya.
3.      Mendefinisikan peran
Pelatih harus memberikan rasa percaya diri atlet terhadap bagaimana peran atlet atau tugas atlet saat latihan maupun bertanding.  Dengan mengakui peran masing-masing atlet memberikan kontribusi untuk tim, pelatih memberikan atlet Anda rasa layak dan prestasi. Pelatih harus menanamkan dalam setiap anggota tim perasaan bahwa atlet tersebut dapat meningkatkan statusnya dengan kerja keras dan komitmen.
4.      Tetapkan tujuan
Pelatih harus dapat mendorong atlet untuk menetapkan tujuan yang realistis dan berkomunikasi bagaimana untuk mencapainya. Diskusikan perbedaan antara individu dan tujuan tim dan kebutuhan untuk kadang-kadang mengorbankan tujuan pribadi untuk tujuan tim. Kemampuan untuk menetapkan tujuan dengan rasa tujuan adalah keterampilan hidup yang akan membantu pelatih di luar pertandingan.
5.      Membangun rasa saling percaya
Hubungan positif yang dibangun di atas saling menghormati dan kepercayaan. Atlet harus tahu bahwa mereka dapat bergantung pada pelatih untuk bersikap adil dan positif, bahkan dalam persaingan yang ketat. Criticise perilaku atau pengambilan keputusan, tetapi meninggalkan kepribadian dari itu. Kritik harus konstruktif, positif, konsisten, dan berorientasi pada peningkatan kinerja. Tidak ada satupun dari atlet akan meningkatkan kemampuannya ketika atlet dibuat merasa buruk oleh pelatih itu sendiri tentang keadaannya.
6.      Berkomunikasi dengan pendekatan positif
Saat memberikan umpan balik yang konstruktif, berpikir yang baik, lebih baik, bagaimana. Baik dimulai dengan sesuatu yang mereka lakukan dengan benar. Lebih baik dengan memberikan umpan balik instruksional tentang cara untuk mendapatkan yang lebih baik. Bagaimana dapat memberikan pujian setelah selesai latihan sehingga atlet ingin mendapatkan yang lebih baik.
7.      Memberdayakan atlet
Dalam konteks lingkungan yang disiplin dan terstruktur, pelatih harus dapat memberdayakan atlet untuk membuat keputusan dan mengendalikan berbagai aspek dari permainan atau kompetisi. Benar-benar mengajarkan konsep dengan setiap atlet memahami bagaimana perannya. Kemudian, biaya atlet untuk melaksanakan latihan dan pertandingan ataupun hadiah dari pertandingan harus dikomunikasikan secara baik antara atlet dan pelatih. Tanggung jawab dan otoritas harus berjalan seiring. Hindari pembinaan takut kegagalan menjadi metode komunikasi pelatih dan mendorong pengambilan risiko sebagai bagian integral dari kompetisi.
8.      Pikiran atlet penuh dan tubuh
Atlet tidak akan dapat melakukan latihan ataupun bertanding dengan mental dan fisik yang baik tanpa makanan yang tepat dan cairan. Mendidik atlet tentang pilihan makanan dan cairan yang fokus pada pengisian bahan bakar dan dehidrasi. Minuman olahraga atlet menawarkan lebih dari air karena atlet mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dalam keringat dan menempatkan kembali energi karbohidrat. Atlet benar-benar memicu untuk mampu tampil di tingkat yang lebih tinggi secara fisik dan mental.
9.      Mengembangkan rencana komunikasi
Rencana peluang komunikasi seperti pelatih berencana untuk menyusun struktur permainan. Peluang untuk komunikasi dapat sesederhana mencari tahu atlet setelah latihan sulit dan bertanya apakah atlet memahami alasan untuk kritik yang diberikan. Atlet hanya dapat menerapkan pedoman pembinaan sejauh mereka memahami apa yang diinginkan dari mereka. Sebuah teknik yang sangat baik untuk mengembangkan jalur komunikasi adalah wawancara setelah berakhirnya kompetisi. Pelatih dapat melibatkan atlet dalam  pertanyaan di lingkungan yang tenang sehingga atlet merasa tertarik dengan menjadi diri sendiri.
10.  Gunakan komunikasi untuk meningkatkan kerja sama tim
Komunikasi yang efektif adalah semuanya jelas dan dapat dipahami, komunikasi positif dari pelatih ke pelatih, pelatih ke atlet, dan atlet untuk atlet sangat penting dalam membangun konsep kerja tim. Semua anggota tim dan staf jelas akan memahami tujuan tim dan bekerja menuju pencapaian tujuan yang dinyatakan.

BAB III
KESIMPULAN

Kehidupan manusia ditandai oleh dinamika komunikasi. Seluruh umat manusia di dunia benar-benar menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya dapat dipenuhi jika melakukan komunikasi dengan orang lain. Pada akhirnya seluruh proses komunikasi menggantungkan keberhasilan pada tingkat ketercapaian tujuan komunikasi, yakni sejauh mana para partisipan memberikan makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan.
Komunikasi yang efektif dapat terjadi jika kedua belah pihak dari pengirim dan penerima pesan memiliki keterampilan yang baik dalam mengirim ataupun menerima pesan. Bagi pengirim pesan harus terampil dalam mengolah pesan yang akan disampaikan dan mengirimkannya kepada penerima dan dapat segera dipahamai maksud dari pengirim pesan tersebut. Penerima pesan juga harus terampil dalam menerima pesan dengan memahami dengan benar maksud dari pengirim peasan.
Untuk itu, guru/pelatih diharapkan mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik agar materi pembelajaran/latihan dapat diterima dengan baik oleh anak didik/atlet. Bagi anak didik atau atlet juga harus penjadi penerima pesan atau materi dari guru/pelatih agar apa yang disampaikan tidak menjadi salah persepsi dari diri sendiri. Dengan adanya komunikasi yang baik antara pelatih dan atlet, guru dan siswa, atlet dan atlet itu sendiri diharapkan mampu menciptakan kondisi tim atau kelas yang solid, kuat, dan kondusif sehingga dapat tercapai tujuan yaitu prestasi dari tim atau kelas tersebut.




DAFTAR PUSTAKA


Agus M. Hardjana. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi
Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Deddy Mulyana. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT
Rosdakarya Offset.

Effendy, Onong Uchjana.(2005). Ilmu komunikasi teori dan praktek. PT. Remaja
rosdakarya: Bandung

Eningwidihastuti.blogspot.com/2012/06/komunikasi.html?m=1 (Diakses pada
tanggal 1 Maret 2013).

Fajar Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu.

File.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR.../UMPAN_BALIK.pd. (Diakses pada tanggal
1 Maret 2013).

Rakhmad Jalaludin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Riant Nugroho D. (2004). Komunikasi Pemerintahan. Jakarta: Elek Media
Komputindo Gramedia.

Rusadi Ruslan. (2003). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: Grafindo Persada.

Pendidikanjasmani13.blogspot.com/2012/12/metode-sarana-komunikasi-
dalam.html?m=1 (DIakses pada tanggal 1 Maret 2013).

Weinberg, Roberts S; Gould, Daniel. (2007). Foundations of sport and exercises psychology.4thedition. Champaign II: Human Kinetics Pubhlisers.Inc.

Widjaja. (2000). Ilmu Komunikasi. Bina Aksara: Jakarta.

No comments:

Post a Comment