Oleh: Nanda Sulistiyo
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, sehingga
pendidikan jasmani memiliki arti yang cukup representatif dalam mengembangkan
manusia dalam persiapannya menuju manusia yang seutuhnya. Pendidikan jasmani
merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat
yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam
rangka memperoleh kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan
pembentukan karakter.
Konsep
pendidikan jasmani erat kaitannya dengan pendidikan rekreasi, dan pendidikan
kesehatan, yang menghasilkan bidang studi pendidikan jasmani dan kesehatan,
perpaduan antara pendidikan jasmani dan pendidikan kesehatan dengan titik
persamaan dalam tujuan terbentuknya gaya hidup aktif sepanjang hayat untuk
mencapai kesehatan. Meskipun demikian pebelajaran pendidikan jasmani menjadi
tidak menentu dalam hal substansi dan tujuan, Persaingan dalam alokasi bagi
penyampaian substansi dan akhirnya menggiring pendidik hanya sekedar
menyampaikan informasi dan bahkan pengetahuan yang tidak fungsional atau teori
sebagai ganti kegiatan praktik. Masalah lainnya terjadi pada evaluasi yang
hanya samapai pada pengukuran kemampuan kognitif paling rendah. Pengajaran
terpadu tidak mampu diterapkan oleh para pendidik pendidikan jasmani
mengaktualisasi konsep pendidikan jasmani yaitu proses pendidikan melalui
aktivitas jasmani sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan
jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota
masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan,
kecerdasan, dan pembentukan watak. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional. Aktivitas fisik menurut Atep Afi Hidayat (2011) adalah bergerak
dinamis, berolahraga yang teratur. Menurut Wira (2011) aktivitas fisik adalah
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat
penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan
mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar
sepanjang hari. (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI: 2006).
Pendidikan jasmani yang baik harus mampu juga dalam meningkatkan pengetahuan
anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak
mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya yang
lebih tinggi. Seperti gerak kesigapan, kelincahan, ketahanan tubuh, kelentukan
akan berdampak pada pembawaan gerak yang bermakna baik secara fisik maupun
mental.
A.
Proses Perkembangan Gerak pada Anak
Perkembangan merupakan sebuah proses yang terus
menerus yang diulangi dengan masa pembuahan (antara sperma dan ovum) dan
berhenti hanya dengan kematian.
Perkembangan meliputi semua aspek dari perilaku manusia, dan sebagai
hasil mungkin hanya dipisahkan kedalam beberapa domain, kategori, atau periode
usia (Amung Ma’mun & Yudha, 1999). Dukungan pertumbuhan mengenai konsep
perkembangan sepanjang hidup (life span)
merupakan sesuatu yang sangat berarti. Demikian pula halnya dengan studi
keterampilan selama masa remaja atau dewasa menjadi penting sama halnya masa
golden old anak-anak. Oleh karena itu perlunya mempelajari gerak manusia selama
masa bayi, anak-anak, dan kehidupan selanjutnya merupakan suatu tuntutan.
Perkembangan gerak pada seluruh jenjang usia akan
mengalami peningkatan apabila dilakukan melalui proses pembelajaran seperti
dalam pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Proses perkembangan ini akan terus
berlangsung seiring dengan performa maupun keterampilan dalam aktivitas
gerakannya. Keterlibatan berbagai faktor kemampuan gerak dan kemampuan fisik
satu sama lain berinteraksi dengan cara yang sangat kompleks.
B.
Perilaku Gerak
Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1)
Teori Gerak (Motor Control)
Teori gerak adalah studi mengenai faktor-faktor fungsi syaraf yang
mempengaruhi gerak manusia. Fungsi syaraf terkait erat dengan sistem syaraf.
Sistem syaraf merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia, sebab
sel-sel syaraf merangsang otot untuk memproduksi gerak manusia yang diinginkan.
2)
Belajar Gerak (Motor Learning)
Belajar gerak merupaka studi tentang proses keterlibatan dalam
memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak sangat terkait dengan latihan
dan pengalaman individu bersangkutan. Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh
berbagai bentuk latihan, pengalaman atau situasi belajar pada gerak manusia. Ada
tiga tahap dalam belajar gerak (motor
learning) yaitu:
a)
Tahapan verbal kognitif, maksudnya
kognitif dan proses membuat keputusan lebih menonjol.
b)
Tahapan gerak memiliki makna sebagai pola
gerak yang dikembangkan sebaik mungkin agar peserta didik atau atlet akan lebih
terampil.
c)
Tahap otomatisasi artinya memperhalus
gerakan agar performa peserta didik atau atlet menjadi lebih padu dalam
melakukan gerakannya.
3)
Perkembangan Gerak (Motor Development)
Perkembangan gerak merupakan sebuah bidang studi. Secara pasti apa yang
kita pelajari dalam perkembangan gerak sesungguhnya sesuatu yang masih bersifat
kontroversi. Kontroversi ini mulai muncul sejak awal tahun 1974 dimana enam
orang ahli dalam bidang perkembangan gerak menemui apa yang disebut dengan
“menggambarkan fokus penelitian pada perkembangan gerak”. Dengan berbagai upaya
yang telah dilakukan, kelompok tersebut memunculkan sebuah definisi mengenai
perkembangan gerak. Mereka mengatakan bahwa perkembangan gerak sebagai
perubahan dalam perilaku gerak yang merefleksikan interaksi dari kematangan
organisme dan lingkungannya.
Definisi ini diyakini masih melahirkan dua pandangan yang berbeda
dimana yang satu kelompok memandang bahwa perkembangan gerak lebih
memperhatikan pada gerak yang dihasilkan (movement
product). Kelompok lainnya memandang bahwa perkembangan gerak lebih
menekankan pada proses gerak (movement
process). Dari berbagai pandangan itu muncullah seorang pakar perkembangan
gerak yaitu Keogh yang menjelaskan bahwa perkembangan gerak dapat didefinisakan
sebagai perubahan kompetensi atau kemampuan gerak dari mulai bayi samapai dewasa,
seta melibatkan berbagai aspek perilaku manusia, kemampuan gerak dan aspek
perilaku yang ada pada manusia ini mempegaruhi perkembangan gerak dan
perkembangan gerak itu sendiri mempengaruhi kemampuan dan perilaku manusia.
C.
Ilmu Fisiologi dalam Perkembangan Fisik Remaja untuk
Kebutuhan Gerak
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan masalah
hidup (organ, jaringan, atau sel) dan fenomena fisik dan kimia yang terlibat di
dalamnya. Organ merupakan kumpulan dari jaringan dan jaringan merupakan
kumpulan dari sel yang memiliki peranan penting dalam aktivitas fisik. Dimana
kumpulan dari organ disebut dengan sistem tubuh yang memiliki fungsi
masing-masing. Berikut fungsi dari sel dan jaringan, yaitu:
1)
Memperoleh makanan dan O2 dari lingkungan
yang mengelilinginya.
2)
Menjalankan berbagai reaksi kimia yang
menggunakan zat gizi dan O2 untuk menghasilkan energi bagi sel.
3)
Mengeluarkan CO2 dan Zat-zat sisa selama reaksi kimia.
4)
Mensistesis protein dan komponen lain yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan menjalankan fungsi tertentu sel.
5)
Menjadi sensitif dan responsif terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
6)
Memindahkan Zat-zat dari salah satu bagian
sel ke bagian lain ketika menjalankan aktifitas sel
Fisiologi adalah studi tentang fungsi sel, organ, dan sistem. Organ
adalah kumpulan dari beberapa jaringan untuk melakukan fungsi tertentu di dalam
tubuh sedangkan sistem tubuh adalah gabungan dari organ-organ tubuh yang
menjalankan fungsi tertentu. Sistem-sistem tersebut antara lain sistem
ekskresi, pernapasan, pencernaan, predaran atau transportasi, reproduksi, otot,
saraf, endokrin dan rangka. Gerakan Manusia merupakan hasil dari aktivitas
neuromuskuler yang melibatkan sistem otot dan sistem saraf. Oleh karena itu,
fisiologi olahraga bertugas mempelajari berbagai sistem-sistem tubuh dan
fungsinya.
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan
masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis (Sarwono,
1994). Pada mulanya, tanda-tanda perubahan fisik dari masa remaja terjadi dalam
konteks pubertas. Dalam konteks ini,
kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduktif bertumbuh dengan cepat.
Baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami pertumbuhan fisik yang
cepat, yang disebut “growth spurt”
(percepatan pertumbuhan), di mana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan di seluruh bagian dan dimensi
badan (Zigler & Stevenson, 1993). Pertumbuhan cepat bagi anak perempuan
terjadi 2 tahun lebih awal dari anak laki-laki. Umumnya anak perempuan mulai
mengalami pertumbuhan cepat pada usia 10,5 tahun dan anak laki-laki pada usia
12,5 tahun. Bagi kedua jenis kelamin, pertumbuhan cepat ini berlangsung selama
kira-kira 2 tahun.
Menurut Zingler dan Stevenson (1993), secara garis besar besarnya
perubahan-perubahan tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik seksual.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa dimensi perubahan fisik yang terjadi
selama masa remaja tersebut.
1)
Perubahan dalam Tinggi dan Berat
Tinggi rata-rata anak laki-laki dan
perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia
18 tahun, tinggi rata-rata remaja lelaki adalah 69 inci, sedangkan tinggi
rata-rata remaja perempuan hanya 64 inci. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi
pada usia sekitar 11 atau 12 untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk
anak lelaki. Dalam tahun itu, tinggi kebanyakan anak perempuan bertambah
sekitar 3 inci dan tinggi kebanyakan anak lelaki bertambah lebih dari 4 inci
(Zigler & Steveson, 1993).
Ada pun faktor penyebab anak lelaki
memiliki rata-rata lebih tinggi dari pada perempuan adalah karena anak lelaki
memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan
anak-anak perempuan. Dengan demikian, mereka mengalami penambahan pertumbuhan
selama 2 tahun pada masa anak-anak. Tinggi rata-rata anak perempuan pada saat
ia memualai percepatan pertumbuhan adalah sekitar 54 atau 55 inci, sedangkan
tinggi rata-rata anak laki-laki adalah sekitar 59 atau 60 inci. Karena penambahan
tinggi anak laki-laki dan anak perempuan selama masa remaja sekitar 9 atau 10
inci dan setelah itu pertumbuhan relatif sedikit, maka perempuan pada akhirnya
lebih pendek dibanding dengan rata-rata pria (Seifert & Hoffnung, 1994).
Percepatan pertumbuhan badan juga
terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 13 kg bagi anak laki-laki
dan 10 kg bagi anak-anak perempuan (Malina, 1990). Meskipun berat badan juga
mengalami peningkatan selama masa remaja, namun lebih mudah dipengaruhi melalui
diet, latihan dan gaya hidup umumnya. Oleh karena itu, perubahan berat lebih
sedikit dapat diramalkan dibandingkan dengan tinggi.
2)
Perubahan dalam Proporsi Tubuh
Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan
pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian
tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu
besar. Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering
terjadi tidak proporsional. Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini
menyebabkan remaja merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa badannya
tidak akan pernah serasi dengan tangan dan kakinya.
Perubahan-perubahan
dalam proporsi tubuh selama masa remaja, juga terlihat pada perubahan
cirri-ciri wajah, di mana wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi yang
semula sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut melebar, dan bibir menjadi
lebih penuh. Di samping itu, dalam perubahan struktur kerangka, terjadi
percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan
jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan otot dari kedua jenis kelamin terjadi
dengan cepat ketika tinggi meningkat. Akan tetapi, perkembangan otot anak
laki-laki lebih cepat, dan mereka memiliki lebih banyak jaringan otot, sehingga
anak laki-laki lebih kuat dari anak perempuan. Dalam perkembangan fisik anak
dipengaruhi oleh sistem neuromuscular, yaitu:
1)
Neuro (saraf)
Saraf berfungsi
sebagai penerima rangsang (sensor), penggerak (motoris), persepsi, pengatur
dang fungsi psikologis lainnya yang terdiri dari otak, otak kecil, batang otak,
sumsung tulang belakang dan serabut saraf yang keluar masuk menuju
tempat-tempat tertentu.
Peran saraf dalam aktivitas motorik yaitu untuk mengirim informasi dari
satu tempat ke tempat lain dan mengolah informasi tersebut sehingga dapat
sesegera mungkin mengadakan reaksi.
2)
Muscular (otot)
Otot berfungsi sebagai alat
penggerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Otot terdiri dari 3
jenis yaitu otot polos, otot jantung dan otot lurik. Dalam aktivitas fisik otot
yang berperan penting adalah otot lurik.
Sistem
neuromuscular merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena dalam
bergerak atau melakukan aktivitas fisik/olahraga diperlukan otot sebagai alat
penggerak dan untuk menghasilkan sebuah gerak atau respon dibutuhkan saraf yang berfungsi sebagai penerima rangsang,dan
membawa rangasang sampai pada proses pengolahan rangsang yang diterima hingga
menghasilkan respon atau yang sering kita sebut dengan gerak. Hubungan saraf
dan otot terhadap penampilan menentukan ketepatan dalam menyampaikan informasi
dan kematangan dari saraf dan otot juga akan mempengaruhi kualitas gerak yang
dihasilkan.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan
jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam
hal fisik, mental, serta emosional. Aktivitas fisik bergerak dinamis,
berolahraga yang teratur dan adanya pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar
tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Pendidikan jasmani yang baik harus mampu
juga dalam meningkatkan pengetahuan anak tentang prinsip-prinsip gerak. Teori
gerak adalah studi mengenai faktor-faktor fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak
manusia. Fungsi syaraf terkait erat dengan sistem syaraf. Sistem syaraf
merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia, sebab sel-sel syaraf
merangsang otot untuk memproduksi gerak manusia yang diinginkan. Sistem neuromuscular merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan karena dalam bergerak atau melakukan aktivitas fisik/olahraga
diperlukan otot sebagai alat penggerak dan untuk menghasilkan sebuah gerak atau
respon dibutuhkan saraf yang berfungsi
sebagai penerima rangsang,dan membawa rangasang sampai pada proses pengolahan
rangsang yang diterima hingga menghasilkan respon atau yang sering kita sebut
dengan gerak. Hubungan saraf dan otot terhadap penampilan menentukan ketepatan
dalam menyampaikan informasi dan kematangan dari saraf dan otot juga akan
mempengaruhi kualitas gerak yang dihasilkan.
DAFTAR ISI
Amung Ma’mun & Yudha M. Saputra, (1999).
Perkembangan gerak dan belajar gerak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah bagian Proyek Penataran Guru
SLTP Setara D-III.
Atep Afi Hidayat. (2011). “Aktivitas Fisik Teratur dan
Manfaatnya”. Diambil pada tanggal 12 Oktober 2011, dari http://www.pantonanews.com/berita-293-aktivitas-fisik-teratur-dan-manfaatnya.html
Sarwono,
Sarlito Wirawan, (1994). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Seifert, K.L. & Hoffnung, R.J., (1994). Child and Adolescent Development.
Boston: Houghton Mifflin Company.
Wira. (2011). “Pentingnya Aktivitas Fisik”. Diambil
pada tanggal 12 Oktober 2011, dari http://wirainside.blogspot.com/2011/03/pentingnya-aktivitas-fisik.html
Zigler, Edward F., & Stevenson, Matia Finn, 1993. Children in a Changing World: Development
and Social Issues. California: Brooks/Cole Publishing Company, Pacific
Grove.
No comments:
Post a Comment