Sunday, February 21, 2016

Aktivitas Fisik dan Performa



BAB I
PENDAHULUAN

Performa atau kinerja tubuh yang sehat dan bugar akan sangat mempengaruhi pada aktivitas fisik sehari-hari seseorang. Mulai dari terjaganya imunitas tubuh, tekanan darah yang normal, kepercayaan diri yang tumbuh dari kondisi fisik yang bugar juga akan menambah motivasi seseorang untuk beraktivitas. Kondisi demikian sangat dipengaruhi oleh pola hidup seseorang dalam mengatur pemakaian waktu kesehariannya. Pekerjaan yang banyak terkadang sangat menyita perhatian, bahkan sampai mengesampingkan kebugaran dan kesehatan karena terlalu sibuk dengan banyaknya aktivitas yang dijalaninya sehingga seperti kebutuhan refreshing, berolahraga, dan mengkontrol makanan yang dikonsumsi kurang diperhatikan.
Tetapi saat ini pola hidup masyarakat pun sudah berubah semenjak banyaknya ketidak nyamanan dalam tubuh yang sering sakit, kondisi fisik yang kurang sesuai dengan harapannya yang disebabkan pola hidup yang tidak berimbang antara aktivitas didalam pekerjaan dan kebutuhan fisik mereka. Kini masyarakat banyak yang melakukan olahraga untuk mengimbangi aktivitas fisik keseharian mereka agar mendapatkan kondisi fisik yang sesuai harapan mereka dan memilik kebugaran untuk menjalani aktivitas mereka sehari-hari.
Pada dasarnya olahraga adalah suatu aktivitas fisik yang terukur, tercatat dan terprogram yang didalamnya ada pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Maka, olahraga kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat secara luas. Terbukti dari bertumbuhnya pusat-pusat olahraga serta dipenuhinya ruang-ruang publik pada hari libur oleh masyarakat yang berolahraga. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga bukan hanya sekedar kebutuhan, namun sudah menjadi gaya hidup.
Pada umumnya mereka melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh serta menjaga kesehatan, akan tetapi tidak sedikit juga mereka yang melakukannya karena hobi atau mengejar prestasi. Contohnya seorang ibu-ibu rumah tangga mengikuti senam aerobik agar memiliki tubuh yang langsing dan penampilannya yang lebih segar atau seorang pegawai kantoran memilih berolahraga futsal setelah jam kantor atau hari libur untuk menghilangkan penat dan menjaga kebugarannya untuk tampil lebih bugar saat menghadapi pekerjaannya. Contoh lain bagi seorang atlet yang mempunyai target untuk berprestasi pasti akan berusaha agar performa atau kinerjanya selama berlatih itu meningkat dan dapat membuahkan hasil prestasi yang memuaskan pada saat mereka akan bertanding. Itu pun tidak hanya diri mereka saja yang mengatur pola hidupnya, namun ada program yang selalu menyertai aktivitas keseharian para atlet seperti program diet, program pelatihan fisik, pelatihan psikis pra-tanding, dan program-program lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Aktivitas Fisik dan Performa
Aktivitas fisik menurut Atep Afi Hidayat (2011) adalah bergerak dinamis, berolahraga yang teratur. Menurut Wira (2011) aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI: 2006).
Pengertian kata performa, dalam bahasa Inggris adalah performance, dalam kata lain didalam bahasa Indonesia adalah kinerja. Konsep kinerja atau performa pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja perindividu dan kinerja organisasi. Mengutip dari Muhamad Fad (2010: 35) Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut.
Menurut Sjafri Mangkuprawira (2007)  performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
Menurut Brian J. Sharkey, Phd (2003:4-5). Ahli epidemiologi meneliti populasi untuk menentukan hubungan antara kebiasaan, seperti aktivitas fisik, dan keberadaan penyakit tertentu. Para peneliti berpegang pada morbiditas (atau penyakit) dan mortabilitas (atau kematian). Penelitian dapat bersifat retrospektif, melihat ke kebiasaan lampau, cross-sectional,melihat kepotongan kronologis atau segmen usia populasi; atau prospektif, mengikuti kelompok di masa depan. Malangnya, tidak ada bentuk penelitian yang bebas dari masalah. Penelitian retrospektif sering disulitkan oleh kurangnya informasi yang solid mengenai aktivitas, kebugaran dan kebiasaan sehat lainnya dimasa lampau, sedangkan penelitian prospektif menghadapi masalah kebiasaan yang berubah-ubah atau dihentikan. Kebanyakan penelitian dirintangi oleh masalah akses kecacatan medis, atau kepercayaan, tapi masalah utamanya adalah pemilihan subyek. Kritik dilontarkan bahwa subyek harus aktif karena sehat, bukan sehat karena aktif. Karena pemilihan subyek mengacaukan hasil penelitian retrospektif dan cross-sectional, hanya penelitian prospektif yang terkontrol baik, yang melibatkan penentuan subyek secara acak, pada tingkat aktif (atau tidak aktif) yang memungkinkan kesimpulansebab dan akibat. Karena penelitian ini sulit untuk dijalankan dan mungkin tidak etis (ketidak-aktifan membahayakan kesehatan anda), bukti mutlak dari nilai aktivitas dan kebugaran mungkin tidak dapat dikumpulkan. Namun, jika sejumlah besar penelitian mendukung keuntungan kesehatan dari aktivitas, dan jika resikonya minim, kelihatannya beralasan untuk menyarankan tindakan yang bijaksana.

B.     Kebugaran Tubuh
Kebugaran tubuh adalah suatu kondisi seseorang dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, serta memiliki cadangan kemampuan. Kondisi kebugaran seseorang merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatannya. Menurut Nani Cahyani Sudarsono (2008). Kebugaran tubuh itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu kebugaran secara aerobik dan non aerobik.
Menurut Brian J. Sharkey, Phd (2003:72). Kebugaran aerobik berarti “daya tahan” atau “stamina” yang menggambarkan kemampuan, bagian yang diwarisi dan bagian yang dilatih, untuk mempertahankan usaha yang keras dan lama.  Orang yang mengejar kebugaran mendapat lebih banyak dari sekedar kesehatan yang meningkat dan prestasi. Bagi kebanyakan orang, proses tersebut menjadi lebih penting daripada tujuan, yang menghasilkan disiplin, tantangan, dan waktu untuk mewujudkannya.
Kebugaran aerobik, didefinisikan sebagai kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen , sebaiknya diukur dalam tes laboratorium yang disebut maksimal pemasukan oksigen. Tes tersebut,yang menentukan intensitas latihan tertinggi yang dapat dilakukan, membutuhkan treadmill atau alat lainya; sistem pengukuran metabolisme untuk mengukur oksigen, karbondioksida, dan volume udara yang dikeluarkan.
Setelah melakukan pemanasan singkat, subyek memulai tes dengan menggunakan masker untuk menyalurkan udara yang dikeluarkan ke dalam alat analisa. Tes terdiri dari berjalan kaki pada treadmill, yang diprogram untuk bertambah cepat setiap satu atau dua menit. Pemasukan oksigen dihitung setiap menit saat tes berlangsung menuju usaha maksimal. Tes dihentikan bila tingkat pemasukan oksigen turun walaupun kecepatan treadmill bertambah, atau bila subyek tidak lagi dapat mengikuti treadmill. Kadaroksigen tertinggi yang dapat dicapai disebut dengan maksimal pemasukan oksigen atau kebugaran aerobik (Brian J. Sharkey, Phd, 2003:74).
pada seorang yang mempunyai kebugaran jantung dan paru yang baik, berbagai sistem dalam tubuhnya mampu mengambil oksigen dari udara secara optimal, mendistribusikannya ke seluruh tubuh dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan tubuh pada saat tersebut. Oksigen diambil dari udara oleh paru-paru, selanjutnya jantung dan pembuluh darah mendistribusikannya ke seluruh tubuh. Di bagian tubuh yang memerlukan, sel dari jaringan memanfaatkan oksigen melalui jalur metabolisme yang disebut sebagai jalur metabolisme aerobik.
Salah satu tanda kebugaran jantung-paru yang baik adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan aktivitas harian dalam jangka waktu yang lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, serta kemampuan untuk segera pulih setelah melakukan suatu aktivitas fisik. Komponen berikutnya dari kebugaran adalah kebugaran otot, yang terdiri dari kekuatan otot dan daya tahan otot. Kemampuan otot mendukung kegiatan jasmani ditentukan oleh efisiensi pengaturan oleh sistem saraf serta mekanisme seluler yang bekerja di dalam otot. Pada otot yang bugar, energi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan jasmani lebih rendah karena otot bekerja lebih efisien, sehingga otot dapat tampil lebih kuat dan mempertahankan kerjanya dalam waktu yang lebih lama. Kondisi seperti ini yang dinamakan dengan performa tubuh yang bugar untuk menjadikan aktivitas keseharian menjadi lancar dan lebih ringan untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan.
Untuk melakukan zona latihan dalam mendapatkan kebugaran aerobik, bisa dilakukan dengan berbagai cara yang salah satunya dengan menggunakan baju untuk latihan, lakukan pemanasan dan mulai melangkah dengan kecepatan berjalan kaki. Tambahkan kecepatan sedikitnya setiap satu menit, mulai dari berjalan perlahan hingga berjalan cepat. Kira-kira 5 mil per jam mulai lari perlahan. Terus tingkatkan kecepatan secara bertahap hingga kita merasa tidak nyaman,nafas menjadi sukar. Pada titik ini, latihan menjadi aerobik, yang berarti adanya “oksigen”. Enrgi timbul dari pembakaran lemak dan karbohidrat. Jika latihan terus ditingkatkan intensitasnya, otot akan mulai menghasilkan energi secara non-aerobik, atau tanpa pembakaran , yang melibatkan usaha yang intensif dalam durasi yang pendek dan akumulasi asam laktat dalam otot dan darah.
Asam laktat adalah pembawa energi dan produk samping metabolisme dari usaha yang intensif. Akumulasi asam ini merupakan tanda bahwa energi yang digunakan lebih cepat dari yang dapat dihasilkan secara aerobik. Asam laktat yang berlebihan mengganggu kontraksi otot dan kapabilitas metabolisme. Asam laktat dan tingginya tingkat karbondioksida yang dihasilkan dalam usaha yang berat dikaitkan dengan kesukaran bernafas, kelelahan dan ketidaknyamanan. Latihan aerobik dapat didefinisikan sebagai latihan dibawah titik dimana kadar asam laktat darah naik dengan cepat, dibawah ambang laktat.

C.    Performa Atlet dalam Ketercapaian Prestasi
Prestasi yang diperoleh atlet sebagai duta olahraga disebuah negara merupakan gambaran prestasi dan prestise suatu negara itu sendiri. Untuk memperoleh prestasi tersebut, perlu adanya sinergi kerja yang ekstra keras serta komitmen para pelatih, atlet, pembina serta kerja sama yang solid dengan instansi lain dan elemen masyarakat yang peduli terhadap kemajuan dan perkembangan prestasi olahrga di sebuah negara. Peran serta instansi pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota, serta keterlibatan pengcab-pengcab, sangat diharapkan dalam mendukung atlet potensial pada saat ini dan saat yang akan datang. Bentuk sinergisitas dari beberapa komponen pendukung tersebut adalah bentuk kinerja atau  performa dari kelompok yang menginginkan tercapainya sebuah prestasi olahraga.
Menurut Norman Gledhill (1994), kinerja tinggi dari sebuah sistem olahraga terdiri dari program pelatihan dan kompetitif atlet, bersama dengan dukungan personil yang bekerjasama dengan para atlet seperti pelatih, administrator, ilmuwan olahraga, dan profesional medis dan paramedis. Sistem yang mendukung kinerja ini termasuk ahli fisiologi olahraga yang bekerja untuk meningkatkan latihan para atlet dan memantau kebugaran mereka, ahli biomekanik olahraga yang memberikan masukan untuk atlet dan pelatih pada teknik-teknik yang akan dilakukan, seperti sudut tinggal landas ideal untuk memaksimalkan produksi gaya, fisiologi olahraga yang bekerja untuk mengoptimalkan kesiapan mental dan ahli gizi yang memberikan informasi tentang diet yang optimal.
Sebuah contoh yang spesifik dari dukungan ilmu olahraga dalam sistem kinerja tinggi cabang olahraga adalah penilaian fisiologis atlet dalam komponen-komponen kebugarannya. karena hal ini penting untuk performa yang ingin dicapai dalam olahraga yang mereka pilih. Informasi ini digunakan sebagai data dasar untuk merancang program pelatihan dan mengevaluasi efektivitas program tersebut. Dengan adanya penilaian fisiologis atlet ini diharapkan baik atlet maupun pelatih memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap olahraga mereka. Kegunaan penilaian ini sangat tergantung pada validitas dan reliabilitas tes yang digunakan. Item tes harus relevan dengan olahraga yang dijalani, pengukuran komponen kebugaran yang dapat membatasi performa atau kinerja atlet sendiri dan tes tersebut harus sesuai dengan proses kerja yang  aktual dalam olahraga tersebut. Seperti tes daya ledak otot untuk atlet angkat berat, tes ketahanan kardiovaskuler untuk atlet lari jarak jauh.
Selain itu, penilaian tersebut digunakan untuk mengidentifikasi potensi dan bakat untuk memprediksi performa atau kinerja yang akan dicapainya besok. Agar tidak hanya sebagai program yang insidental, sebaiknya sinergi sistem kinerja ini memiliki program lanjutan yang akan tetap memantau perkembangan kinerja atlet untuk meraih prestasi yang paling tinggi. Hal ini menimbulkan peluang-peluang kepada pihak-pihak terkait untuk mengembangkan bidang keilmuannya dan kinerjanya.

BAB III
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa kinerja atau performa adalah hasil kerja yang dicapai seseorang maupun sebuah oraganisasi untuk mewujudkan tujuannya. Dalam pembahasan aktivitas fisik dan performa ini berdasar pada ketercapaian tujuan seseorang untuk mendapatkan hasil dari sebuah aktivitas fisik yaitu dengan berolahraga. Ketercapaian hasil kinerja (aktivitas fisik) individu tersebut dapat berbentuk kebugaran tubuh untuk keseimbangan aktivitas sehari-hari, peningkatan kualitas hidup, peningkatan kepercayaan diri (self confidence) dan prestasi gemilang seorang atlet yang akan didapatkan dari sinergisitas kinerja kelompok yaitu komitmen para pelatih, atlet, pembina serta kerja sama yang solid dengan instansi lain dan elemen masyarakat yang peduli terhadap kemajuan dan perkembangan prestasi olahraga.

DAFTAR PUSTAKA
Atep Afi Hidayat. (2011). “Aktivitas Fisik Teratur dan Manfaatnya”. Diambil pada tanggal 12 Oktober 2011, dari http://www.pantonanews.com/berita-293-aktivitas-fisik-teratur-dan-manfaatnya.html
Muhamad Fad. (2010). “BAB II”. Diambil pada tanggal 16 Oktober 2011, dari  http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/454/jbptunikompp-gdl-muhamadfad-22696-2-babii.pdf
Nani Cahyani Sudarsono. (2008). ”Kebugaran”. Diambil pada tanggal 16 Oktober 2011, dari http://staff.ui.ac.id/internal/140222109/material/KEBUGARAN.pdf
Norman Gledhill (1994). Physical Activity Sciences: Physical Activity and High Performance. New York.
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. (2006). ”Gaya Hidup Sehat”. Diambil pada tanggal 23 Oktober 2011, dari http://balaiolahragamks.wordpress.com/2009/02/01/lakukan aktifitas fisik-30- menit-sehari 2/
Sjafri Mangkuprawira. (2007). “Kinerja: Apa Itu?”. Diambil pada tanggal 16 Oktober 2011, dari http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/kinerja-apa-itu/
Wira. (2011). “Pentingnya Aktivitas Fisik”. Diambil pada tanggal 12 Oktober 2011, dari http://wirainside.blogspot.com/2011/03/pentingnya-aktivitas-fisik.html

1 comment: