Saturday, February 20, 2016

INDUSTRI DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA (Kajian Industri Olahraga dalam Kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah)


Nanda Sulistiyo, M.Or.
Universitas Kader Bangsa Palembang
nandasulistiyo@yahoo.co.id, sulistiyonanda


Abstrak
Industri olahraga merupakan suatu kegiatan bisnis di bidang olahraga dalam bentuk produk barang dan jasa yang belum dikembangkan secara maksimal di Indonesia. Pendidikan jasmani memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan industri olahraga. Dengan adanya pendidikan jasmani di sekolah diharapkan dapat mengubah masyarakat memiliki sifat industri. Kurikulum pendidikan jasmani di sekolah memiliki tiga ruang lingkup yaitu: 1) Pendidikan jasmani; 2) Pendidikan Olahraga; 3) Pendidikan kesehatan. Perlu adanya pengembangan kurikulum pendidikan jasmani agar tercipta masyarakat yang memiliki daya saing untuk mengembangkan industri olahraga.  Peran pendidikan jasmani tampak jelas dari karakter yang terbentuk. Karakter yang kuat tersebut sangat baik dikembangkan dalam industri olahraga. Melalui nilai-nilai positif yang terdapat pada pendidikan jasmani dan olahraga dan pemahaman terhadap industri olahraga yang baik maka terbentuk sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing dengan produk-produk yang dihasilkan. Keterkaitan industri olahraga dan pendidikan jasmani sangat tampak dari keberhasilan pendidikan jasmani menanamkan jiwa berwirausaha yang ulet dan pantang menyerah menimbulkan industri olahraga yang selalu tumbuh. Industri olahraga yang selalu tumbuh ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi negara juga meningkat. Dengan demikian, untuk meningkatkan perekonomian negara dapat dilakukan dengan mengembangkan pendidikan jasmani dan menumbuhkan industri olahraga.

Kata Kunci: Industri olahraga, kurikulum, pendidikan jasmani

PENDAHULUAN
Olahraga sekarang ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat baik pedesaan maupun perkotaan. Pada umumnya, orang melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran dan menjaga kesehatan. Selain itu, olahraga dapat digunakan sebagai pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Kondisi tersebut sebenarnya memberikan banyak peluang dalam dunia industri olahraga. Jika melihat negara-negara berkembang seperti Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Korea, dan Cina industri olahraga menjadi aspek yang sangat penting sebagai pemasok devisa negara. Melihat kondisi perekonomian di Indonesia yang pasang surut dan sulit diprediksi, maka melalui industri olahraga ini menjadi suatu alternatif untuk meningkatkan pendapatan guna perbaikan ekonomi negara. Di Indonesia masyarakat selalu mengejar dan mengharapkan prestasi-prestasi olahraga yang muncul tanpa memperhatikan unsur-unsur yang mendukung prestasi tersebut.
Olahraga di Indonesia masih tersendat-sendat diyakini karena kurangnya fasilitas dan program pendidikan yang baik. Malalui industri olahraga maka fasilitas-fasilitas dan kegiatan olahraga akan meningkat sehingga prestasi olahraga dapat tercapai (Bambang P., 2012: 2). Sumber utama yang menjadi penghalang pembinaan prestasi adalah ketidakmampuan organisasi dalam memperoleh dana pembinaan yang tidak kecil jumlahnya. Sudah saatnya harus bercermin pada negara-negara yang telah mampu mengelola olahraga sebagai sebuah industri. Salah satu kunci keberhasilan adalah kemampuan mengemas olahraga menjadi tontonan yang layak jual memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan menjadikan olahraga sebagai suatu kebutuhan yang senantiasa dicari masyarakat. Hal ini dikarenakan bahwa keberhasilan olahraga tidak dapat diukur dari perolehan medali, tetapi lebih pada kemampuan untuk menggerakkan olahraga menjadi tontonan yang menghibur, menggembirakan, dan yang paling puncak adalah menjadi industri olahraga (Tandiyo Rahayu dan Joni Siahaan, 2003).
Industri olahraga dapat mencakup beberapa aspek. Masik banyak olahraga yang harus dikelola dalam format industri olahraga. Industri memiliki banyak klasifikasi, sehingga industri yang dapat dilakukan dalam olahraga mencapai hasil maksimal. Klasifikasi industri: 1) Pertanian, kehutanan, dan perikanan; 2) Industri tambang; 3) Industri kepabrikan; 4) Industri konstruksi; 5) Industri transportasi; 6) Industri perdagangan; 7) Industri perbankan; 8) Industri jasa; 9) industri pemerintah (Encyclopedia Americana, 1975).
Melihat klasifikasi industri di atas, industri yang dapat dilakukan dan dikembangkan dalam olahraga yang paling banyak dilakukan adalah jasa, akan tetapi, industri kepabrikan, konstruksi juga diperlukan dalam olahraga. Sejalan dengan perkembangan jaman, nilai produksi terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini dimungkinkan karena adanya daya saing dan peningkatan daya beli masyarakat dan pencapaian prestasi melalui produk industri olahraga. Akan tetapi, masyarakat di Indonesia baru sebagian kecil yang mengembangkan industri olahraga. Permasalahan yang dihadapai adalah  mengubah masyarakat Indonesia yang bersifat agraris sesuai dengan leluhur menjadi masyarakat industri yang ditopang dengan kekuatan pokok industri yang kuat dan didukung oleh penguasaan teknologi serta mempunyai daya saing yang kuat.
Masyarakat dapat memiliki daya saing dan karakter yang kuat dapat terbentuk melalui proses pendidikan dan pengalaman. Peran dari pendidikan dalam membentuk karakter menjadi sangat penting untuk membentuk masyarakat yang berkarakter tangguh dalam mengembangkan industri olahraga. Perilaku industri olahraga juga harus dibentuk mulai dari pendidikan usia dini, sehingga dapat mengubah masyarakat yang bersifat agraris menjadi masyarakat bersifat industri. Industri dalam olahraga juga memerlukan strategi pengembangan yang sesuai dengan keadaan dan situasi yang diinginkan. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam berpartisipasi aktif , teratur, simpatik terhadap olahraga dan melekat sebagai budaya. Terbentuknya masyarakat yang simpatik terhadap olahraga melalui proses belajar dan pendidikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah merupakan tempat yang strategis untuk membentuk masyarakat yang simpatik terhadap olahraga.
Pendidikan jasmani dan olahraga yang di dapat di sekolah ini menjadi bagian yang terpenting untuk memasyarakatkan olahraga. Terdapat semboyan “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” sangat baik jika maknanya diamalkan oleh semua pihak. Masyarakat menjadi kunci keberhasilan dari pengelolaan olahraga secara mandiri. Oleh karena itu masyarakat inilah yang harus digarap terlebih dahulu (Tandiyo Rahayu dan Joni Siahaan, 2003).
Melalui pendidikan jasmani dan olahraga dapat terbentuk perkembangan karakter positif untuk membangun industri olahraga. Karakter dapat terbentuk dalam olahraga melalui peran guru dan siswa. Terbentuknya karakter berdasarkan pilar olahraga yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Sehingga dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral. Karakter yang terdapat dalam pendidikan jasmani dan olahraga dapat menggerakkan dan menumbuhkan industri olahraga. Sehingga bagaimana peran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dalam pembangunan industri olahraga di Indonesia.

PEMBAHASAN
Profil Industri Olahraga
Menurut Pitts; Fielding, and Miller (1994) industri olahraga adalah “setiap produk, barang, servis, tempat, orang-orang dengan pemikiran yang ditawarkan pada publik berkaitan dengan olahraga. Nuryadi (2010) Sport Industry adalah sebuah industri yang menciptakan nilai tambah dengan memproduksi dan menyediakan olahraga yang berkaitan dengan peralatan dan layanan. Segmen industri olahraga sesuai dengan tipe produknya rnenurut Parks, Zanger and Ouarterman,(2002) terdapat tiga segment yaitu:
1.      Sport performance / penampilan olahraga, Segmen ini bermacam - macam produk. seperti olahraga sekolah, perkumpulan kebugaran, camp olahraga, olahraga professional, dan taman olahraga kota.
2.      Sport Production / produksi olahraga, Segmen produksi olahraga ini dapat diberikan contoh seperti bola basket, bola tennis, sepatu olahraga, kolam renang, serta perlengkapan olahraga lainnya,
3.      Sport Promotion / Promosi Olahraga. Segmen ini dapat berupa barang dagangan seperti kaos, atau baju yang berlogo, media cetak dan elektronika, sport marketing, agency, sport event organizer.
UU Sistem Keolahragaan Nasional mengisyaratkan bahwa olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang diproduksi, diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk masyarakat. Industri olahraga dapat berbentuk jasa penjualan, kegiatan cabang olahraga sebagai produk utama yang dikemas secara profesional, seperti kejuaraan nasional dan internasional, pekan olahraga daerah, wilayah, nasional, dan internasional, promosi, eksibisi, dan festival olahraga; atau keagenan, layanan informasi, dan konsultan olahraga (UU Sistem Keolahragaan Nasional tahun 2005, pasal 79 ayat 2).
Delpy, L. (2000) Industri olahraga adalah pasar dimana produk yang ditawarkan kepada pelaku olahraga berupa barang atau keperluan yang terkait dengan olahraga seperti fitness, rekreasi, atau olahraga yang terkait dan mungkin kegiatan, barang, jasa, orang, tempat atau ide. Berikut ini beberapa contoh jenis produk yang ditawarkan dalam industri olahraga:
1.      Produk olahraga yang ditawarkan adalah partisipasi dari masyarakat seperti liga basket perempuan.
2.      Produk olahraga yang ditawarkan adalah spectatorial (entertainment) seperti tawaran untuk menonton permainan olahraga.
3.      Produk peralatan dan pakaian olahraga yang digunakan untuk kegiatan olahraga atau kebugaran seperti seragam sepakbola, helm sepeda.
4.      Produk promosi olahraga yang digunakan untuk mempromosikan bisnis olahraga, liga atau acara olahraga seperti topi, kemeja, logo, shirt, handuk, bantal, selimut.
5.      Fasilitas olahraga yang digunakan untuk kegiatan olahraga seperti stadion olahraga, renovasi stadion.
6.      Bisnis jasa olahraga seperti penelitian pemasaran olahraga, merangkai raket, perawatan lapangan.
7.      Kegiatan rekrerasi olahraga yang dijual adalah partisipasi seperti bersepeda gunung, hiking, camping, berlayar, ski.
8.      Manajemen lengkap dan pemasaran jasa profesional seperti pengelolaan lomba lari marathon, paket wisata olahraga.
9.      Bisnis sport media yang menawarkan produk seperti majalah tentang olahraga, televisi olahraga, perusahaan internet olahraga.

Perspektif Kurikulum Pendidikan Jasmani
Kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga di Amerika Serikat menawarkan banyak pendekatan tertentu, misalnya pendidikan jasmnai perkembangan, pendidikan petualangan, aktivitas fisik, kebugaran, dan pendidikan  kesehatan  (Siedentop dan Tannehill, 2000). Di Asia, pendekatan yang hampir sama telah muncul, tetapi fokusnya adalah terutama pada dunia kerja, ekonomi atau lebih masalah terkait (Pemerintah Kerajaan Thailand, 2005) seperti:
1.      Olahraga, kebugaran, rekreasi outdoor, dan dunia kerja
2.      Pendidikan industri olahraga
3.      Seni bela diri, aktivitas fisik dan pekerjaan
4.      Aktivitas fisik dan kebugaran untuk anak perempuan
5.      Aktivitas fisik dan kebutuhan masyarakat miskin.
De Vries (2003) mengidentifikasi kendala pada kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah-sekolah Asia:
1.      Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki prioritas yang rendah karena tidak memberikan kontribusi langsung secara substansial terhadap perekonomian negara. Sehingga membuat kebijakan lebih mementingkan mata pelajaran lain dibandingkan pendidikan jasmani dan olahraga.
2.      Subjek yang diprioritaskan adalah mata pelajaran yang dapat membentuk tenaga profesional siap kerja dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga pendidikan jasmani diberikan alokasi waktu 40-80 menit per minggu.
3.      Jumlah siswa satu kelas yang terlalu banyak dan seringkali menjalankan dua sesi pagi dan sore. Kelas yang terbatas fasilitas yang terbatas sehingga pendidikan jasmani dan olahraga menggunakan fasilitas yang tersedia seadanya.
4.      Keterbatasan dana menyebabkan guru tidak mendapatkan program-program untuk peningkatan kualitas guru.
Adanya permasalahan di atas memberikan gambaran bahwa pendidikan jasmani dan olahraga hanya dipandang sebelah mata. Pendidikan jasmani tidak menjadi mata pelajaran prioritas di sekolah. De Vries (2003) pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah Asia menderita dalam  hal sumber daya dan tidak dinilai makna dari pendidikan jasmani dikarenakan:
1.      Pendidikan jasmani dan olahraga tidak dilihat sebagai subjek ekonomis.
2.      Asia tidak memiliki budaya olahraga yang kuat.
3.      Kebijakan-kebijakan dalam pendidikan jasmani dan olahraga sering dibuat oleh pejabat pemerintah tanpa memiliki kualifikasi akademis dan disiplin ilmu yang sesuai.
4.      Pendidikan jasmani dan olahraga dianggap hanya pelajaran bermain dan tidak mengembangkan kapasitas berpikir.
Temuan persepsi di atas menunjukkan bahwa inovasi dalam pendidikan jasmani dan olahraga sangat sedikit. Perhatian terfokus pada jadwal sekolah memiliki jam mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dengan sumber daya yang terbatas. Inovasi dalam pendidikan jasmani sangat diperlukan untuk memberikan gambaran bahwa manfaat dari pendidikan jasmnai sangat kompleks. Guru harus lebih memberikan inovasi dan ide-ide untuk perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga. Pandangan olahraga yang tidak memiliki nilai secara ekonomi harus dapat diubah dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa pendidikan jasmnai dan olahraga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Kenyataannya, olahraga memiliki berbagai manfaat yang luas bagi individu maupun masyarakat. Berkat partisipasi masyarakat dalam olahraga dapat memberikan dampak yang signifikan. Manfaat yang didapat berkat konsumsi dan partisipasi masyarakat dalam olahraga (Sportengland, 2013) yaitu:
1.      Memiliki kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih.
2.      Memperolah perbaikan kesehatan (fisik dan mental). Individu yang sehat memiliki nilai ekonomis dengan mengurangi biaya kesehatan yang digunakan untuk perawatan kesehatan.
3.      Tercapainya pendidikan yang baik. Partisipasi dalam olahraga dapat meningkatkan motivasi, sosial dalam berhubungan dengan teman sebaya, disiplin dalam memanajemen waktu dan harga diri.
4.      Mengurangi kejahatan remaja. Partisipasi dalam olahraga berkontribusi terhadap mengurangi perilaku kejahatan dan anti-sosial terutama pada pemuda.
5.      Dampak dari olahraga di masyarakat menjadikan ramah lingkungan. misalnya, mendorong lebih banyak berjalan dan bersepeda, yang dapat mengurangi emisi dan kemacetan, meskipun ini akan menjadi diimbangi dengan mereka yang menghadiri acara olahraga.
6.      Penggunaan proyek dalam bidang olahraga merangsang regenerasi dan pengembangan masyarakat dalam bidang industri olahraga.
7.      Kegiatan olahraga yang bersifat sukarela seperti penggalangan dana dapat bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya pertandingan amal yang disalurkan kepada panti asuhan.

Industri Olahraga dan Kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah Indonesia
Berdasarkan UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN), olahraga dibagi menjadi tiga pilar, yaitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Prestasi, dan Olahraga Rekreasi.
1.      Olahraga Pendidikan (Education Sport)
2.      Olahraga Rekreasi (Sport for All)
3.      Olahraga Prestasi (Competitive Sport)
Sesuai dengan tiga pilar di atas, maka pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian dari olahraga pendidikan yaitu pendidikan jasmani dan olah raga yang dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh penggetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Pendidikan jasmani dan olahraga dapat diartikan sebagai kegiatan mendidik anak dengan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga dengan tujuan untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai tujuan pendidikan nasional (Achmad Paturusi, 2012). Melalui pendidikan jasmani di sekolah merupakan wahana untuk mendidik anak. Agus Mahendra (2004) tujuan pendidikan jasmani dan olahraga meliputi tiga ranah atau domain, yaitu: 1) domain kognitif, 2) domain psikomotor, dan 3) domain afektif.
Kurikulum KTSP (2006) ruang lingkup pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga meliputi tiga aspek terstruktur meliputi:
1.      Pendidikan Jasmani, Pendidikan gerak yang bertujuan mengembangkan potensi-potensi aktivitas siswa secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional.
2.      Pendidikan Olahraga, Pendidikan gerak yang bertujuan mengembangkan kemampuan gerak dasar cabang-cabang olahraga.
3.      Pendidikan Kesehatan, Pendidikan yang membentuk dan mengembangkan pengetahuan serta pandangan hidup sehat, serta dapat menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan salah satu tujuan utamanya yaitu mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. Pada intinya pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah untuk menjaga kebugaran siswa agar dapat mengikuti kegiatan di sekolah setiap harinya. Selain itu, perkembangan kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga tidak hanya kebugaran yang menjadi tujuan utama, namun juga penanaman karakter siswa.
Terbentuknya karakter berdasarkan pilar olahraga yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Sehingga dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas, dedikasi, pengorbanan, kerja tim, dan kewarganegaraan yang baik. Sementara nilai-nilai moral yang meliputi kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.
Peran pendidikan jasmani dalam menumbuhkan industri olahraga terlihat dari karakter siswa yang terbentuk. Karakter yang di dapat dalam pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah sangat diperlukan untuk mengembangkan industri olahraga. Akan tetapi, sebenarnya tidak hanya karakter yang di dapat dalam pendidikan jasmani. Seharusnya masih banyak aspek yang dikembangkan dalam pendidikan jasmani untuk membentuk masyarakat yang bersifat industri. Pendidikan jasmani harus berkembang mengikuti perkembangan jaman.
Pengembangan  dalam pembelajran jasmani ini dapat memberdayakan siswa ataupun masyarakat menuju industri olahraga. Terdapat tiga kunci dari pemberdayaan yaitu kekuasaan (power), sumber daya (resource), dan kerja sama (collaboration) baik dalam tataran teori maupun praktik (Lawson, 2005). Pemberdayaan ini merupakan penyaluran baru kekuasaan dan ketika kekuasaan itu terbatas, maka pemberdayaan tidak tersalurkan. Sumber daya disini termasuk uang, yang tidak berhubungan dengan uang, tenaga kerja dan masyarakat lainnya. Sumber daya ini dapat terbentuk melalui pendidikan jasmani yang membentuk karakter siswa. Maka, karakter siswa yang sudah terbentuk melalui pendidikan jasmani seperti pekerja keras, pantang menyerah maka jika diterapkan dalam industri olahrga hasilnya akan baik.
Maka dari itu, pengembangan olahraga dan pendidikan jasmani dapat terus dilakukan. Menurut Soni (2010) terdapat 5 tema pengembangan olahraga dan pendidikan jasmani; 1) Enhancing the Sporting Infrastructure, program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem keolahragaan yang bertaraf dunia, pemersatu jaringan organisasi-organisasi dan kesempatan untuk memulai, tinggal, dan berhasil dalam olahraga; 2) Developing Education and Skill, program ini bertujuan untuk pemanfaatan olahraga dan pendidikan jasmani untuk meningkatkan pembelajaran sepanjang hayat dan partisipasi olahraga untuk keuntungan pribadi dan ekonomi; 3) Improving Health and Well Being, program ini bertujuan untuk pemanfaatan olahraga dan pendidikan jasmani dalam meningkatkan kesehatan jasmani, sosial, dan mental; 4) Benefiting the Economy, program ini bertujuan untuk pemanfaatan olahraga dan pendidikan jasmani dalam memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan daya tarik dan keterampilan orang tersebut, pengembangan daya tarik dan pendidikan jasmani untuk masuk dalam investasi, pemanfaatan olahraga untuk memberikan kesan positif; 5) Creating Stronger and Safer Communities, program ini bertujuan untuk pemanfaatan olahraga dan pendidikan jasmani dalam mempersatukan masyarakat, membuka keterampilan sekitar, membantu orang dari resiko untuk mengambil gaya hidup yang positif.
Pengembangan kurikulum pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan mempertimbangkan lima hal di atas. Kurikulum pendidikan jasmani dapat dikembangkan untuk memberdayakan siswa menuju industri olahraga. Tentunya dengan membentuk siswa memiliki pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan karakter yang baik, dan ditambah dengan kemampuan siswa untuk menumbuhkan industri olahraga. Bekal yang sudah diperoleh melalui pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah diharapkan terbentuk masyarakat yang memiliki karakter yang kuat, memiliki daya saing untuk mengembangkan industri olahraga di Indonesia. Masyarakat berpartisipasi aktif dalam olahraga dengan menciptakan suasana bisnis dalam olahraga. Pencapaian yang demikian menjadi prestasi olahraga di Indonesia dikarenakan industri olahraga yang selalu tumbuh, derajat kesehatan masyarakat membaik, perekonomian meningkat, fasilitas olahraga yang tumbuh berkat industri olahraga dan pendidikan jasmani.

KESIMPULAN
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan industri olahraga di Indonesia. Melalui karakter yang terbentuk dari pendidikan jasmani dapat menjadi langkah awal yang strategis untuk mengembangkan industri olahraga. Keterkaitan industri olahraga dan pendidikan jasmani sangat tampak dari keberhasilan pendidikan jasmani menanamkan jiwa berwirausaha yang ulet dan pantang menyerah menimbulkan industri olahraga yang selalu tumbuh. Industri olahraga yang selalu tumbuh ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi negara juga meningkat. Maka untuk meningkatkan perekonomian negara dapat dilakukan dengan mengembangkan pendidikan jasmani dan menumbuhkan industri olahraga.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Paturusi. (2012). Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga. Jakarta: Rineka Cipta.

Agus Mahendra. (2004). Modul teori belajar mengajar motorik. FPOK UPI. Bandung.

Bambang Priyono. (2012). Pengembangan Pembangunan Industri Keolahragaan Berdasarkan Pendekatan Pengaturan Manajemen Pengelolaan. Jurnal Medikora. Vol. 2., No. 2, Desember 2012, pp 112-123. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki.

BNSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BNSP

Delpy, L. (2000). An Overview of Sport Tourism: Building Toward a Dimensional Framework. Journal of Vocation Marketing. Vol 4, 23-38.

De Vries, L.A. (2003). The Study of the Concept of Context in Physical Education in Asian Schools. Proceedings: the 4th ICHPER.SD Asia Congress, Bangkok Thailand. Bangkok: Thai Association for Health, Physical Education and Recreation, pp. 426-431.

Hari Setiono. (2015). Peran Olahraga Pendidikan dalam Sistem Keolahragaan Nasional. Proceding. (Seminar Nasional Olahraga UNY 2015). Hal 39-47.

Lawson., H.A. (2005). Empowering People, Facilitating Community Development, And Contributing To Sustainable Development: The Social Work Of Sport, Exercise, And Physical Education Programs. Sport, Education and Society. Vol.10, No.1, March 2005, pp. 135-160. Taylor & Francis Ltd.

Menpora. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Nuryadi. (2010). Industri Olahraga (Sport Industry) (Online), (http://ebookbrowse.com/gdoc.php?id=363998434&url=4ad8305a5fa81d9f5811a731c2530ab2, diakses 29 Desember 2013).

Parks & Recreation New Zealand. Running Sport: Event Management. (2002) (http://www.sparc.org.nz diakses 29 Desember 2013].

Pemerintah Kerajaan Thailand. (2005). Consultant’s Report: International Conference on Sport and Education Celebrating 2005 United Nations International Year of Sport and Physical Education. Paper commissioned by the Ministry of Tourism and Sport, Bangkok, Thailand.

Pitts B.G, Fielding, L.W., and Miller (1994). Industry Seg­mentation Theory and Sport Industry. Developing a Spoort Industry Segmentation Model Sport Mar­keting Quarterly. 3. 1994. (Morgantown, WV: Tit­ness Information Technologi, Inc).

Siedentop, D. and Taunehill, D. (2000). Developing Teaching Skills in Physical Education, 4th Edition. Mountain View, CA: Mayfield Publishing Company.

Soni Nopembri. (2010). Empowerment People dalam Olahraga: Awal Menuju Industri Olahraga. Artikel: FIK UNY.

Sport England. (2013). Economic Value of Sport in England. London. www.sportengland.org.

Tandiyo Rahayu & Jonni Siahaan. 2003. Kembangkan Olahraga Tanpa Bapak Angkat. Suara merdeka. Edisi Selasa, 9 September 2003.

No comments:

Post a Comment